28.2 C
Jakarta

Spirit Menyelamatkan Diri

Baca Juga:

Oleh: Afita Nur Hayati*)

SAMARINDA, MENARA62.COM-Alhamdulillah saat bulan Muharram tahun 1443 Hijriyah datang, kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menikmatinya, dalam kondisi sehat.  Artinya kita mendapat anugerah besar karena masih memiliki waktu untuk terus memperbanyak ibadah kepada-Nya dalam bentuk apapun.

Di tengah situasi pandemi covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akan beranjak pergi kita patut bersyukur.  Bagaimana tidak, emosi kita diaduk-aduk dalam dua sampai tiga minggu sebelumnya dengan banyaknya berita duka di berbagai media yang bisa dengan mudah kita akses bahkan media sosial yang kita punya.  Entah dimakamkan dengan protokol covid atau tidak, setidaknya dari berita yang masuk itu, kita bisa mengkalkulasi peningkatan jumlahnya, mulai yang tidak kita kenal sampai kenalan jauh, teman, tetangga, dan sanak saudara.  Imunitas yang terbentuk, tidak hanya dari kondisi fisik yang prima tetapi juga disusun atas pikiran yang selalu positif, rasanya seperti dinaikturunkan.

Momentum tahun baru Islam menjadi penting untuk berkontemplasi dengan apa yang telah dilakukan oleh suri tauladan kita bersama, Nabi Muhammad Saw, semangat hijrah.  Dalam lektur.id, hijrah secara nomina diartikan sebagai perpindahan Nabi Muhammad Saw bersama para pengikutnya dari Mekkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri karena tekanan kaum Qurais.  Selain berarti perubahan baik sikap maupun tingkah laku ke arah lebih baik.  Sedangkan secara verba, hijrah adalah berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu.

Sebuah tindakan untuk menyelamatkan diri walaupun dalam konteks yang berbeda di kondisi pandemi sekarang ini.  Jikalau dari sejarah yang kita baca, Nabi  Saw menyelamatkan diri dari tekanan kaum Qurais dengan cara berpindah ke tempat lain, maka cara penyelamatan yang kita lakukan untuk hidup kita adalah terhindar dari virus corona, virus yang ukurannya begitu kecil tetapi bisa membuat antibodi kita harus berjuang lebih keras dalam menghadapinya.  Tidak dengan cara berpindah dari tempat yang sekarang kita diami ke tempat lain, karena agama mengajarkan pada kita untuk tidak keluar dari daerah yang kita tinggali dan tidak memasuki tempat lain ketika wabah terjadi.

Apa saja langkah kecil yang bisa kita lakukan dalam berhijrah untuk alasan keselamatan dan kebaikan di masa pandemi sekarang ini untuk diri dan keluarga inti?  Adalah dengan ikhtiar melakukan vaksinasi yang sudah disediakan oleh pemerintah dan tetap menerapkan protokol kesehatan di segala lini kehidupan. Tidak kendor menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun atau membawa hand sanitiezer jika harus berada diluar rumah dan tidak menemukan fasilitas cuci tangan, menghindari kerumunan serta mengurangi mobilitas.  Menahan rindu untuk bertemu sanak keluarga jika tak berada dalam satu kota dan terpisah ribuan kilometer dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Saling menjaga satu sama lain karena semua mempunyai hak untuk hidup lebih lama secara layak.

Menerapkan pola hidup sehat secara terus menerus dan bukan sesaat juga menjadi gaya hidup pilihan banyak orang sekarang ini.  Antibodi yang kita miliki harus selalu dalam kondisi prima, agar ketika ada serangan virus masuk di tempat yang tidak kita duga, mampu melawan dengan sempurna.  Makan bergizi dan seimbang, tidur sesuai anjuran kesehatan, dan olah raga teratur menjadi rutinitas wajib dalam keseharian.

Kita juga harus menjaga dan memastikan bahwa pikiran yang kita bangun adalah pikiran-pikiran positif penaik imunitas.  Bahwa Tuhan Maha Baik kepada umat-Nya.  Bahwa ini salah satu cara Tuhan untuk membuat kita untuk tak terlalu tersihir dengan hiruk-pikuk dunia.  Untuk mereka yang masih harus keluar rumah, karena bekerja pada sektor esensial, maka pekerja sektor non esensial membuat keseimbangan dengan menerapkan sistem kerja dari rumah sebagai upaya mengurangi mobilitas dengan alat bantu aplikasi.

Dari semua usaha yang bersifat fisik, hubungan transedental dengan pemilik semesta juga memegang peran penting.  Menyandarkan diri sebagai salah satu bentuk kepasrahan total kepada Sang Maha setelah melakukan berbagai usaha.  Bahwa kita sebagai hamba begitu kecil dihadapan-Nya.  Virus corona yang tak kasat mata dan mulai datang di Wuhan akhir 2019, kemudian masuk ke Indonesia sekitar awal bulan Maret 2020 membuat semua mengalami perubahan. Dan doa adalah kekuatan orang beriman yang mengakui adanya Tuhan.  Buang jauh-jauh pikiran bahwa ini adalah bentuk konspirasi, bukan pandemi tetapi plandemi.  Tidak ada kejadian apapun dimuka bumi ini tanpa campur tangan Tuhan.  Dan konsekuensi dari pernyataan bahwa kita beriman adalah bentuk ujian layaknya siswa yang berada diakhir semester berjalan.  Cobaan dalam bentuk sedikit ketakutan dengan pola virus yang menyebar secara cepat, kekurangan harta dan kelaparan karena menganggap pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat begitu mengekang proses mencari nafkah.  Tuhan sedang melakukan evaluasi kepada makhluk-Nya.  Semoga pandemi segera berlalu dan kita semua termasuk orang-orang yang sabar dengan apa yang digariskan Tuhan dan bisa melewati ujian dengan nilai maksimal.

 

*) Bekerja di UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Kabid Kader PW Nasyiatul Aisyiyah Kaltim

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!