32.9 C
Jakarta

Suatu Pagi di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta

Baca Juga:

Pagi itu, udara begitu dingin merasuk sampai pori-pori. Rasa dingin begitu merajuk, namun tak dihiraukan oleh keluarga besar Civitas Akademika Sekolah Pendidikan Karakter Berbasis TIK SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta. Pukul 05.30, mereka yang rumahnya jauh sudah melakukan perjalanan menembus dinginnya udara pagi.

“Ada teman seperjuangan kami yang rumahnya Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen. Di dorong oleh niat kuat untuk mengemban amanah dan menjalankan dengan tulus ikhlas demi membangun peradaban anak bangsa. Komitmen kami pukul 07.00 wajib sampai sekolahan dan mengikuti kultum,” ujar Ki Agung Sudarwanto SSn MSn, salah satu pengajar di SD Muhammadiyah 1 PK Surakarta, Ahad (25/2/2018) pagi.

Pagi itu, ada rangkaian sejarah dan momentum unik karena kegiatan ngaji bareng, pengajian keluarga SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Jawa Tengah, dilakukan bersamaan dengan tasyakuran pernikahan tenaga tependidikan Prasetyo Utomo.

Ngaji bareng, ngaji ayat-ayat Allah baik yang Qauliyah maupun Kauniyah bersama Ki Agung Sudarwanto bersama ustaz Dwi Jatmiko SPdI dan tim musik Yuliarto Wiku Prabowo SE entertainment, Slamet Widodo “Koes Plus”, dan Adi “Nike Ardila”.

Ki Agung mengatakan, agar pesan yang disampaikan menarik dan sampai kepada pendengar, maka perlu mengkaji lewat lagu atau tembang Jawa. “Tembang itu dilantunkan secara apik dibumbui “humor” sehingga lebih komunikatif dan mengena,” katanya.

Banyu langit, Layang Kangen, Yen Ing Tawang Ana Lintang, Gegaraning wong akrami, dudu bandha dudu rupa, amung ati pawitane, luput pisan kena pisan, yen gampang luwih gampang, yen angel, angel, kelangkung, tan kena tinumbas arta, nyidam sari, wuyung,” ujar Ki Agung menyebut sejumlah tembang Jawa.

Sementara, dalam tausyiahnya Jatmiko menyampaikan, menikah dalam Islam, berarti menyempurnakan separuh dari agamanya. “Menikah penuh dengan nilai-nilai religi. Bagaimana tidak, sesuatu yang awalnya diharamkan, berubah hukum menjadi sesuatu berpahala dan menjadi ibadah. Menikah pada dasarnya menciptakan generasi saleh dalam rangka perwujudan peradaban Islam,” ungkap Jatmiko.

Seberapa penting pernikahan dalam Islam?
Pernikahan dalam Islam kita sebut dengan mitsaqan ghalizha. Ikatan ini bukan hanya dengan manusia, tapi dengan Allah. “Salah satu tanda kebesaran Allah adalah menikah. Dalam Alquran disebutkan, salah satu tanda kebesaran Allah adalah Dia menciptakan makhluknya berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada perempuan,” ujarnya.

Bagaimana cara Islam mengajarkan dalam hal memilih jodoh?
Hadisnya sudah jelas soal ini. Islam menuntun kita, beristikharah. Istikharah tentu saja dengan ilmu. Jadi, memilih jodoh itu dengan ilmu. Bagaimana keturunannya, hartanya, rupanya, dan agamanya. Ini kriteria yang sangat memanusiakan manusia, maka pilihlah agamanya.

Apa makna sakinah, mawaddah, warahmah?
Orang yang memiliki sakan (rumah) dan mempunyai istri, intinya telah memilikii tempat kembali (sakana) itu merasa nyaman. Di situlah dia nanti akan mencintai keluarganya. Kalau sudah sakinah (tenang) hubungan suami istri itu akan baik. “Jika berumah tangga tujuannya adalah untuk ibadah, pasti anak keturunan yang akan dilahirkan akan saleh, dan menjadi generasi rabbani yang berkemajuan, insya Allah,” ujarnya.

Kegiatan ini di hadiri 160 tamu undangan, mulai kepala sekolah SD Muhammadiyah 1 PK Sri Sayekti SPd MPd bersama suami, tenaga pendidik dan kependidikan, keluarga mempelai dan hadir pula mantan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 PK Muzaini SAg SPdSD MM, serta Parimin Tejo Pramono SPd MPd Kepala sekolah SD Muhammadiyah 8 Jagalan.

Ustadz Jatmiko saat memberi tausyiah
- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!