Kondisi perdamaian Suriah makin memprihatinkan. Terlebih, setelah militer Amerika Serikat dan sekutu barat-nya melakukan serangan terhadap Suriah. Serangan militer yang dilakukan Amerika dan sekutunya tersebut, merupakan bukti hilangnya keadaban dalam peradaban modern.
Antara melansir, serangan rudal sekutu ke Suriah Sabtu pekan lalu, telah memuntahkan 105 peluru kendali AS, Inggris dan Prancis. Serangan itu, menyasar tiga fasilitas senjata kimia sebagai balasan atas serangan gas di Douma pada 7 April. Serangan ini juga menjadi operasi militer besar Prancis pertama sejak Presiden Prancis Emmanuel Macron terpilih Mei tahun lalu, demikian The Guardian.
Macron mengaku telah meyakinkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, untuk mempertahankan tentaranya di Suriah dalam jangka panjang, dan membatasi serangan rudal ke Suriah Sabtu pekan lalu agar hanya menyasar fasilitas-fasilitas senjata kimia.
Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin, memperingatkan bahwa serangan Barat ke Suriah akan membawa dunia dalam kekacauan. Saat yang sama AS bersiap menerapkan sanksi ekonomi terbaru kepada Rusia.
Dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Putin sepakat dengan Rouhani, bahwa serangan Barat itu telah merusak kesempatan mencapai resolusi politik untuk perang saudara Suriah yang sudah berusia tujuh tahun.
“Vladimir Putin, khususnya, menekankan bahwa jika aksi-aksi yang melanggar Piagam PBB semacam itu terus berlangsung, maka tidak ayal lagi akan menciptakan kekacauan dalam hubungan internasional,” kata Kremlin dalam laman CNBC.
Sesalkan
Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Din Syamsuddin amat menyesalkan serangan itu. Ia menilai, seangan tersebut tidak memiliki asar kebenaran legal.
Menurut Din, pendekatan kekeraan semacam ini, merupakan pendekatan klise yang masih terus dilakukan Amerika di kawasan Timur Tengah. Pengalaman memperlihatkan, tuduhan yang kemudian menjadi dasar serangan tidak terbukti.
Din mengingatkan pengalaman ketika Amerika melakukan serangan terhadap Irak. Alasan yang menjadi serangan adalah mencari senjata pemusnah massal, yang ternyata juga tidak terbukti. Saat ini di Suriah, Amerika kembali menggunakan alasan yang mirip. Amerika menuduh adanya penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Presiden Bashar al-Assad, yang juga sulit dibuktikan. Tuduhan ini kemudian dijadikan alasan untuk melakukan serangan militer.
Tidak manusiawi
Din mengingatkan, langkah Amerika yang menggunakan pendekatan kekerasan dengan menjatuhkan bom dan menembakkan rudal, dengan menyasar bangunan sipil, dan bukan sekedar kompleks militer, bukanlah cara beradab dalam menyelesaikan persoalan dunia. Pendekatan unilateral semacam ini, menurut Din, dapat menyulut reaksi serta akan menjadi pangkal dari malapetaka.
Menurut Din, jika beberapa negara Arab ikut mendukung serangan Barat ke Suriah, maka perang proksi, yang selama ini diduga terjadi di kawasan Timur Tengah telah terbukti, akan segera berlanjut dan akan makin memburuk.
Indonesia, menurut Din, telah mendapat mandat konstitusi perlu mendesak diselenggarakannya sidang darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk membahas mengenai krisis Suriah. Sidang darurat juga pernah digelar OKI dalam kasus Yerusalem yang diklaim secara sepihak oleh AS sebagai ibu kota Israel.