(Catatan Perjalanan Muktamar)
JOGJAKARTA, MENARA62.COM. Memasuki areal Kraton Jogjakarta, kita akan disambut oleh petugas khusus yang akan memandu kita selama mengeksplor Kraton Jogjakarta yang baru kali pertama saya sempat nikmati dari beberapa kali menginjakkan kaki di bumi Merapi ini.
Dengan sangat ramah ibu-ibu yang cukup berumur memandu kami dengan logat kental jawanya khas Jogja. Beliau dengan lancar dan fasih menjelaskan tempat-tempat yang kami eksplore tanpa berfikir. Tertarik dengan penampakan-penampakan yang ada didepan mata, akhirnya sayapun bertanya ditimpali kawan-kawan yang sama-sama dipandu oleh ibu tersebut.
” maaf bu, bapak-bapak yang duduk-duduk dengan pakaian khas jawa itu ngapain ya bu?” Tanyaku.
” nggih, jadi mereka adalah Abdi Dalam Kraton ini, mereka semua adalah pesiunan PNS yang disuruh mengabdi kembali setelah masa pensiun. Mereka bertugas disini secara bergiliran dan memang diberi honor tapi tidak besar.” Jelas ibu sang pemandu.
Eksplorepun kami lanjutkan ke beberapa ruangan yang dipenuhi dengan berbagai alat-alat makan, yang dahulu dipergunakan tempat sajian makan keluarga raja atau menjamu tamu. Tak jauh dari ruangan tersebut, kami memasuki sebuah ruangan yang ada beberapa rak kaca dipenuhi dengan berbagai atribut-atribut dan medali-medali dari berbagai negara yang merupakan milik dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX.
Melihat medali-medali yang ada, disini kita bisa menilai bahwa beliau Sri Sultan Hamengkubuwana IX sangat dihormati dan disegani oleh berbagai negara, termasuk Jepang yang justru pernah menjajah negara Indonesia.
Mendekati pintu menuju keluar ruangan ini, pandangan saya tertuju pada sebuah foto yang cukup besar terpasang diatas lemari yang berisi sebuah tulisan yang berbunyi “Tahta Untuk Rakyat”. Melihat tulisan itu saya jadi ingat dengan ibu pemandu kami. Sebelumnya beliau menjelaskan bahwa Sri Sultan menyumbangkan uangnya sendiri untuk pembangunan Istana Presiden sebesar 65.000 gulden.
Dengan tiga kata-kata yang saya lihat ” Tahta Untuk Rakyat ” ini memberi makna bahwa Sri Sultan rela mengorbankan miliknya sendiri untuk kepentingan rakyat dan negara diatas kepentingannya sendiri. Terlebih lagi beliau Sri Sultan Hamengkubuwana IX tidak menganggap jabatan beliau sebagai raja seakan-akan menjadi pemilik atas kedudukan dan kekayaan alam Jogja. Bahkan beliau menganggap Tahta yang beliau sedang duduki justru adalah milik dan dipersembahkan untuk rakyat.
Dengan pengalaman ini, saya sangat merekomendasikan agar para calon pemimpin ataupun pejabat agar sebelum memimpin atau menjabat sempatkan ke Jogja dan merenung didepan foto Sri Sultan Hamengkubuwana IX dengan pesan tulisannya ” Tahta Untuk Rakyat ” di Kraton Jogjakarta.
TAHTA UNTUK RAKYAT ( Sri Sultan Hamengkubuwana IX 1912 -1988 )
- Advertisement -