BLITAR, MENARA62.COM – Anggota Fraksi NasDem DPR, Achmad Fadil Muzakki Syah alias Lora Fadil, boleh bangga dapat menggandeng tiga istrinya sekaligus saat pelantikannya menjadi wakil rakyat, di Gedung Parlemen, Jakarta, awal Oktober lalu. Ia menunjukkan bahwa berpoligami itu indah, bisa jalan bareng dengan rukun.
Tapi, tak kalah kerennya adalah dua istri Wakil Bupati (Wabup) Blitar Marhaenis Urip Widodo, yaitu Halla Unaryanti (48 tahun) dan Fedriana Anitasari (33). Selain juga bisa hidup harmonis, mereka menjadi calon petahana yang dapat menunjukkan diri sebagai wanita tangguh: sama-sama terpilih kembali sebagai kepala desa (kades) periode enam tahun kedua.
Keduanya termasuk dalam 518 calon pada ajang Pemilihan Kades (Pilkades) 2019 yang digelar serentak pada 15 Oktober lalu di 167 desa pada 22 kecamatan se-Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Dalam pilkades ini mereka tidak berival karena berlaga di desa berbeda. Halla, istri tua, di Desa Bendosewu, sementara “si daun muda” Fedriana di Desa Wonerejo, Kecamatan Talun.
Menang Telak
Kedua istri Wabup Blitar itu menjadi magnet tersendiri dalam ajang pilkades. Di Desa Bendosewu, Halla menang telak dengan perolehan suara 2.213, sedangkan saingannya M Anwar Zen hanya mendapatkan 1.283 suara. Total jumlah pemilih di desa itu 4.388 orang.
“Terima kasih atas amanah yang diberikan kembali kepada kami. Tentunya ini semua adalah dukungan dari warga untuk membawa Bendosewu lebih baik lagi,” kata Halla.
Sementara di Desa Wonerejo, terdapat 3.539 pemilih. Fedriana Anitasari, istri kedua, mendapatkan suara mutlak dengan mengantongi 2.275 suara. Dua lawannya keok, yakni Karmaji yang mendapatkan 211 suara dan Muslim Andri Mawanto dengan 328 suara.
Menyambut kemenangannya itu, Fedriana mengatakan, dirinya hanya ingin berbuat yang terbaik untuk warga dan keluarga. Bahkan, dengan lawan pun berkomunikasi baik. Kendati pilkades sudah selesai, hubungan baik tetap dijaga.
“Ini kompetisi, ini juga negara demokrasi, siap menang siap kalah,” ucap Fedriana, sambil tersenyum.
Bagi ibu muda itu, menjadi kepala desa bukan hanya keinginan untuk menjadi pemimpin, melainkan lebih pada pencapaian tentang citra perempuan. “Menjadi perempuan bukan berarti tidak bisa berkarya di ruang publik, kendati menjadi istri pejabat. Antara karier dan keluarga sama-sama jalan,” katanya.
Dirinya ingin mematahkan sugesti bahwa perempuan lemah. “Di era emansipasi seperti saat ini, lebih terbuka bagi perempuan untuk berkiprah di ruang publik menjadi pemimpin,” imbuhnya.
Perempuan berkerudung ini juga termotivasi saking banyaknya perempuan yang berhasil menjadi pemimpin. “Dari sini saya termotivasi sebagai perempuan ikut dalam pembangunan Indonesia,” katanya.
Menjadi istri dari seorang pejabat di Kabupaten Blitar, bagi dia, tentunya semua harus dijaga dengan baik. Fedriana juga merasa beruntung memiliki suami yang selalu mendukung segala kegiatannya. Bahkan, suami siap membantu jika dirinya kesulitan membuat kebijakan.
Kendati menjadi istri muda, Fedriana justru selalu kompak dengan istri tua. Bahkan, ketika membuat visi misi, membuat strategi, termasuk soal baju yang hendak dipakai ketika pelaksanaan pilkades, kompak menggunakan warna ungu dan berhijab.
“Kami sangat baik, kemana berdua. Sering apa pun yang kami lakukan, kalau ada undangan ke kabupaten berangkat berdua termasuk dalam pilkades. Sampai masalah baju pas pemungutan, kami sepakat,” tutur Fedriana.
Marhaenis membenarkan dukungan pada kedua istrinya dalam pilkades. “Mereka tentunya ingin meneruskan visi misi yang di periode sebelumnya belum bisa maksimal,” kata ketua DPC DPIP Blitar ini.
Setelah mendapat laporan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan camat tentang hasil Pilkades 2019, menurut Antaranews.com, pelantikan kades terpilih dijadwalkan serentak pada 13 Desember 2019 di Pendopo Kabupaten Blitar oleh bupati. Selamat pula buat kedua Nyonya Marhaenis!
.