Alangkah indahnya jika dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan tempat kita tinggal, di kantor tempat kita bekerja, di kampus tempat kita belajar, dan di seluruh ruang publik tempat kita berinteraksi dengan orang lain, yang dikedepankan adalah sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Yang didahulukan adalah melihat kelebihan orang lain daripada mencari kelemahan dan kekurangannya.
Betapa damainya kebersamaan dan persahabatan yang didasari oleh sikap saling menjaga perasaan, menghindari konflik, menenggang perbedaan.
Islam mengajarkan kesetaraan (al-musawah), toleransi (al-tasamuh) dan kebersamaan (al-jama’ah). Kesetaraan artinya setiap orang punya derajat dan kedudukan yang sama. Tidak ada yang lebih mulia atau lebih rendah derajatnya satu dari yang lain. Toleransi artinya saling menghargai dan menghormati perbedaan satu sama lain. Kebersamaan artinya menjaga harmoni serta keutuhan.
Jika ketiga sikap tersebut kita jaga baik-baik dalam pergaulan sehari-hari, maka akan tercipta harmoni antarsesama. Pergaulan akan terasa indah dan menyenangkan. Namun sebaliknya, jika ketiga sikap itu alpa dari pergaulan sehari-hari, yang akan muncul adalah permusuhan dan pertikaian antarsesama.
Kita semua mafhum bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna. Untuk itu, tak perlu kita membandingkan satu dengan yang lain. Membandingkan seseorang dengan orang lain itu artinya kita tidak mengakui adanya kesetaraan. Padahal, secara jelas ditegaskan dalam sejumlah ayat suci Al-Qur’an dan hadis Nabi SAW, bahwa kita semua memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Hanya tingkat ketakwaan yang membedakan kita. Dan persoalan takwa ini hanya Allah yang Mahatahu.
Lihatlah setiap orang yang kita kenal, baik saudara, tetangga, sahabat, rekan kerja dan yang lainnya dari sisi positifnya, sisi kelebihannya, sehingga kita termotivasi untuk mengikuti jejaknya. Alih-alih membandingkan seseorang dengan orang lain, alangkah baiknya, jika kita melihat ke dalam diri sendiri untuk melihat kekurangan kita yang harus segera diperbaiki dan dibenahi.
Lihatlah kebaikan dan kelebihan orang lain yang tidak ada pada diri kita. Langkah selanjutnya, mulailah untuk memperbaiki diri. Sibuklah dengan kekurangan kita, sehingga kita tidak sempat mengurusi kekurangan orang lain. Dengan cara seperti ini, maka ada dua keuntungan dan kebaikan yang kita peroleh: Pertama, kualitas diri kita akan terus meningkat, dan kedua, kita terhindar dari perilaku menilai atau mencari-cari kesalahan orang lain.
Ruang Inspirasi, Ahad (23/2/2020).