JAKARTA, MENARA62.COM – Demonstrasi akbar solidaritas Palestina di Monumen Nasional, Jakarta, pada Minggu (5/11) pagi ikut membawa pesan perlawanan ekonomi pada Israel dan produk-produk perusahaan multinasional yang dianggap berkontribusi dalam pengepungan dan bombardir serangan udara yang telah menewaskan lebih dari 9.000 orang warga di Jalur Gaza dalam 30 hari terakhir.
Hal tersebut terlihat dari sejumlah pamflet bertuliskan ‘Boikot Israel’ yang dibawa massa demonstran dalam aksi solidaritas yang ikut dihadiri sejumlah tokoh nasional dan menteri kabinet.
Dari kerumunan massa demonstran yang menyemut hingga ke luar area Monas, terlihat pula sejumlah demonstran yang membawa aneka spanduk dan pamflet yang memuat ajakan boikot secara spesifik atas produk McDonald, Coca Cola, Nestle dan Danone AQUA.
Kelima brand itu disebut-sebut terafiliasi pada perusahaan multinasional di Amerika dan Eropa. Mereka juga diketahui aktif mendukung kebijakan apartheid Israel, baik dalam bentuk investasi, pendirian dan operasinal pabrik maupun dukungan pendanaan langsung.
Terhadap tudingan dan ajakan boikot tersebut, Danone Indonesia pun angkat bicara. Melalui pesan singkatnya, Corporate Communication Director Danone Aqua, Arif Mujahidin, menjelaskan Danone merupakan perusahaan publik yang beroperasi di 120 negara dengan karyawan dari beragam latar belakang etnis dan budaya. Sebagai entitas swasta, Danone tidak memiliki afiliasi dengan politik dimanapun.
“Misi Danone adalah meningkatkan kesehatan melalui makanan dan minuman,” kata Arif melalui pesan singkatnya.
Danone merupakan entitas bisnis yang tidak memiliki keterkaitan atau melibatkan diri dalam pandangan politik ataupun hal-hal di luar wilayah bisnis. Sebaliknya, Danone berkomitmen untuk menjadikan bisnis sebagai kekuatan untuk mengalirkan kebaikan kepada masyarakat.
Ia juga memastikan bahwa Danone tidak memiliki pabrik di Israel. Pabrik Danone malah ada di Saudi, Mesir, UAE, Indonesia dan lainnya.
Lebih lanjut Arif mengatakan di Indonesia Danone memiliki 26 pabrik dengan 13.000 karyawan dan melayani lebih dari 1 juta pedagang di seluruh negeri. Danone terus berkomitmen untuk mengembangkan investasinya di Indonesia demi turut membantu ekonomi, sosial dan kesehatan bangsa Indonesia. “Danone melalui produk Aqua jelas mendukung Indonesia bukan yang lain!” tutup Arif.
Danone Indonesia, yang merupakan perusahaan di balik Aqua telah lama hadir dengan tujuan membangun kesehatan masyarakat melalui produk nutrisi dan hidrasi, serta berbagai kegiatan sosial ekonomi yang membawa manfaat bagi masyarakat dan usaha kecil menengah.
Danone, induk raksasa air kemasan AQUA yang berbasis di Paris, diketahui belum lama ini telah mengivestasikan sedikitnya 3,5 juta dolar Amerika ke sebuah perusahaan startup Israel.
Sebelumnya, seorang jurnalis Sharon Wroble seperti dikutip dari media Times of Israel (4/4) menyebutkan bahwa perusahaan susu raksasa asal Prancis, Danone, memimpin investasi sebesar 3,5 juta dollar AS ke Wilk. Investasi strategis ini melibatkan kemitraan potensial dalam pengembangan produk pengembangan komponen susu ibu (untuk susu formula dengan teknologi sel); investor lain termasuk Steakholder Foods dan Coca-Cola Israel.
“Investasi ini bukan hal yang luar biasa, tapi nama (Danone) itu yang paling menarik. Jadi investasi untuk perusahaan food-tech Wilk ini bisa disebut sebagai terobosan bisnis,” tulis harian Jerusalem Post (22/5), tentang makna penting kehadiran nama besar Danone di Israel.
Gerakan boikot terhadap Israel yang telah menggilinding di level global, utamanya Eropa dan Amerika, bertujuan memaksa negara-negara dan perusahaan-perusahaan swasta di dunia untuk mengakhiri partisipasi mereka dalam kejahatan Israel, baik langsung maupun tidak langsung. Pertimbangan utamanya antara lain bahwa perekonomian Israel sangat bergantung pada perdagangan dan investasi internasional, sehingga sangat rentan terhadap boikot internasional, baik di bidang ekonomi, budaya, dan sosial.
Banyak perusahaan internasional mendapatkan keuntungan dari membantu Israel mempertahankan pendudukan, sistem apartheid, dan kolonialisme pendatang (settler colonialism) di Palestina, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gerakan boikot, juga divestasi dan sanksi, menuntut perusahaan-perusahaan itu menghentikan investasi mereka di Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina, sehingga pada gilirannya menekan Israel untuk mengakhiri pendudukan, sistem apartheid, dan kolonialisme pendatang terhadap Palestina yang telah berlangsung tanpa jeda dalam 75 tahun terakhir.
Metode Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) pernah berhasil memaksa rezim kulit putih di Afrika Selatan untuk mengakhiri sistem apartheid di negeri itu. Karena itu, gerakan boikot atas semua produk Israel dan produk pro-Israel diyakini bisa berhasil sepanjang tepat sasaran dan dilakukan secara massif oleh warga dunia, termasuk di Indonesia.