Puluhan kapal yacht dari 39 negara masih terus berdatangan, berlayar mengarungi perairan jernih di bawah langit biru Pulau Moyo dan Tambora, kawasan Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, dari 9 hingga 23 September 2018.
Pulau Moyo dan Tambora berada di utara pantai Kabupaten Sumbawa, NTB, yang dapat dijangkau menggunakan pesawat selama 45 menit dari Bandara Internasional Lombok Praya ke Bandara Sultan Kaharudin Sumbawa atau melalui perjalanan darat sekitar 6 jam berkendara mobil.
Antara melansir, dari Sumbawa, pelancong dapat menyewa kapal motor dari Labuan Badas menuju Pulau Moyo dengan jarak tempuh sekitar 60 menit, sementara Pulau Tambora, dapat ditempuh lewat laut menggunakan kapal selama sekitar 20 menit atau berkendara dengan mengitari garis pantai Sumbawa selama lebih kurang empat jam.
Para peserta Sail Moyo Tambora sendiri melakukan start dari Australia menuju Labuan Bajo Flores, Nusa Tenggara Timur, menuju Labuan Badas Sumbawa, NTB, mulai 9 September lalu.
Saat pembukaan secara resmi oleh Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan pada Ahad (9/9/2018), tampak belasan kapal yacht telah berhenti di Labuan Badas, antara lain kapal dengan bendera Australia, Selandia Baru, Chile, Prancis, Amerika Serikat, dan Inggris.
Dalam sambutannya, Luhut mengatakan, Sail Moyo Tambora diselenggarakan untuk menandai dimulainya pembangunan pariwisata di Pulau Sumbawa dan sekitarnya.
Acara yang digagas pemerintah sejak 2016 untuk mempercepat pembangunan daerah melalui pariwisata tersebut, sebenarnya telah dimulai sejak 2009 dengan Sail Bunaken yang bertujuan meratakan pembangunan hingga daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) di Indonesia.
Sementara itu, Safri Burhanudin, deputi menteri bidang Budaya Kemaritiman Kementerian Koordinator mengatakan, pemerintah kemudian memfokuskan upaya percepatan pembangunan 3T tersebut pada pengembangan pariwisata yang terbukti dapat memicu sektor lain untuk tumbuh.
Oleh karena itu, acara Sail Indonesia tidak lagi hanya berkutat dengan cara pelayaran, namun dikemas dengan rangkaian acara yang menampilkan kekayaan alam dan budaya setempat, berturut-turut telah dilakukan pada Sail Banda, Sail Bangka Belitung, dan kini Sail Moyo Tambora.
Sepanjang acara Sail Moyo Tambora, 9-23 September, berbagai acara menarik pun ditampilkan, dari balap layar, karnaval kebudayaan, pameran produk lokal, paralayang, balap kerbau, balap kuda, festival musik, dan lomba lari 5K.
Tak ketinggalan, para pengunjung juga berkesemapatan mendaki Gunung Tambora setinggi 2,851 meter yang merupakan gunung berapi paling aktif ke-9 di dunia.
Pemerintah pusat berharap, dengan adanya Sail Moyo Tambora, pemerintah daerah dapat cepat tanggap untuk membenahi wilayahnya untuk menjadi tujuan wisata “beyond Bali” atau di luar Bali.
Sebenarnya, pemerintah telah memasukkan Mandalika, NTB, sebagai salah satu dari “10 destinations beyond Bali” di Indonesia, namun daerah sekitarnya juga perlu berbenah untuk menyediakan paket wisata yang komplet.
Safri mengatakan, salah satu investor dari Qatar telah menanamkan investasi sekitar 500 juta dolar AS di Mandalika, NTB, yang tentunya jika daerah lain siap memberikan potensi terbaiknya, investasi juga akan mengalir ke sana.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Perhubungan telah mengusahakan infrastruktur bagi pengembangan wisata Pulau Sumbawa, yakni dengan merenovasi Labuan Badas sehingga kapal-kapal besar dapat masuk dan pembukaan Terminal 2 Bandara Sultan Kaharudin.
Selain itu, PT Angkasa Pura sebagai pengelola bandara juga memberikan insentif bagi maskapai yang membuka rute penerbangan ke Pulau Sumbawa.
Bukti bahwa kemajuan pariwisata mendorong sektor lain, salah satunya ditunjukkan dengan keberhasilan pengiriman ekspor 10.500 ton jagung ke Vietnam langsung melalui Labuan Badas, yang sebelumnya perlu diangkut lebih dulu ke Surabaya, Jawa Timur, atau Makassar, Sulawesi Selatan.
Melalui fokus pengembangan pariwisata, sektor perdagangan dan pertanian dapat meningkat pesat, NTB pun kini dapat tercatat sebagai salah satu wilayah yang mendukung peningakatan ekspor nasional seperti yang ditekankan Presiden Joko Widodo, demikian menurut Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi yang melepas ekspor Jagung dari Sumbawa itu ke Vietnam pada Agustus 2018.
Pendapatan daerah dari sektor nonpertambangan pada 2017 lalu sebesar 7,1 persen yang sebagian besar kontribusinya berasal dari sektor pariwisata.
Dengan pelabuhan yang diperdalam, Kapal Rumah Sakit Suharso milik TNI AL pun dapat berlabuh di Labuan Badas dan memberikan pelayanan medis kepada msayarakat sekitar.
Meskipun demikian, harus diakui bahwa kemajuan di sektor pariwisata tersebut secara garis besar lebih dapat dirasakan di Pulau Lombok dibandingkan Sumbawa.
Lombok sebagai pulau utama telah memiliki “satelit-satelit” pariwisata, yakni gugusan gili atau pulau, antara lain Gili Air, Gili Trawangan dan Gili Meno.
Sementara itu, Pulau Sumbawa baru mengandalkan Pulau Moyo yang memang sudah lebih dulu terkenal ke seluruh dunia karena didatangi tokoh-tokoh internasional, dari almarhum Putri Diana dari Kerajaan Inggris, mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, dan musisi legendaris Amerika Serikat Mick Jegger.
Sebagian pelancong mancanegara juga telah menyebut Pulau Moyo sebagai “next destination from Bali” atau tujuan selanjutnya setelah Bali di laman perjalanan terkemuka TripAdvisor.
Namun, pariwisata di Sumbawa tidak boleh hanya bergantung pada kemasyuran Pulau Moyo karena seharusnya kesejahteraan dapat dirasakan semua wilayah administratif Sumbawa, dan lebih luas lagi di Nusa Tenggara Barat .
Oleh karena itu, pemerintah daerah Sumbawa dan Nusa Tenggara Barat tidak boleh kehilangan momentum yang diciptakan Sail Moyo Tambora untuk menarik investor dan wisatawan ke wilayah itu.
Pembangunan infrastruktur yang mumpuni sudah menjadi keharusan, namun perlu juga dilakukan pendidikan, pelatihan, dan sosialisasi tentang kesadaran pariwisata bagi masyarakat.
Perhatian akan kesadaran pariwisata masyarakat, salah satunya, disampaikan Deputi bidang Kebudayaan Maritim Safri Burhanudin yang telah beberapa kali mengunjungi Pulau Moyo.
Safri menyampaikan keprihatinan karena melihat keindahan Pulau Moyo mulai terusik dengan kehadiran sampah plastik di pantainya yang berpasir putih dan airnya yang sebiru safir. Jika tidak hati-hati, masalah sampah akan menjadi kendali besar bagi pengembangan wisata bahkan di tempat yang sudah sangat terkenal sekalipun.
Kini, bola berada di tangan pemerintah daerah Sumbawa dan NTB untuk meneruskan momentum Sail Moyo Tambora untuk mengembangkan pariwisata yang holistik dari segi infrastruktur, akomodasi dan kesiapan sumber daya manusia untuk memberikan pelayanan.
Semua hal itu penting karena seindah apapun suatu pulau dan semaju apapun infrastruktur di dalamnya tetap tidak akan menarik wisatawan untuk berkunjung jika masyarakat masih membuang sampah sembarangan, tidak menjaga kebersihan toilet umum, buang air kecil sembarangan, dan menarik ongkos suatu jasa terlalu tinggi bagi turis dari luar daerah dan luar negeri.