25 C
Jakarta

Tanwir; Kaderisasi Terbarukan Yang Mencerahkan Dunia!

Baca Juga:

Oleh: Ace Somantri

BANDUNG, MENARA62.COM – Rutinitas berorganisasi hal biasa yang telah menjadi tradisi, persyarikatan Muhammadiyah di usia yang ke-112 dalam tahun masehi atau 116 dalam tahun hijriyah sudah melewati fase-fase kehidupan perjalanan bangsa dan negara Indonesia, bahkan dinamika masyarakat dunia. Seabad lebih bukan waktu sebentar, untuk ukuran usia tersebut bagi manusia di abad ini sudah sangat tua renta tak berdaya, bahkan hampir pasti sudah sangat jarang melampaui dan melewatinya. Begitupun organisasi sosial lainnya banyak yang mati, nyaris jarang yang mampu maju berkembang dan bertahan selama itu. Syukur Alhamdulillah, bagi persyarikatan Muhammadiyah justru semakin berkembang dan menyebar ke berbagai pelosok belahan dunia. Kehadirannya dari awal berdiri hingga saat ini benar-benar memberi spirit dan motivasi perubahan dimanapun berada, tanpa melihat sekat batas ras, suku dan bangsa.

Tanwir istilah yang digunakan dalam perhelatan musyawarah tertinggi kedua setelah Muktamar, sudah menjadi tradisi organisasi sejak berdiri hingga kini. Makna dari kata tanwir adalah pencerahan diambil dari dasar katanya dari kata an-nur (cahaya), momentum sidang tanwir merupakan permusyawaratan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dalam waktu tertentu sekaligus memenyikapi hal-hal strategis yang muncul terjadi dalam waktu tak terduga yang mempengaruhi dinamika organisasi persyarikatan terhadap kehidupan umat, bangsa dan negara. Sehingga sidang tanwir dengan pemaknaan pencerahan diharapkan momentumnya dapat menjadikan dan memutuskan sikap dan kebijakan organisasi memberi solusi berbagai permasalahan yang muncul dipermukaan organisasi persyarikatan maupun dalam kehidupan umat, bangsa dan negara.

Tanwir tidak diharapkan sekedar memenuhi rutinitas kewajiban organisasi, melainkan mampu secara cepat mengubah arah untuk mengembalikan kearah yang lebih baik sesuai tuntutan zaman. Hal demikian penting dicermati, pasalnya perubahan kehidupan masyarakat era digital supercepat dinamikanya, sehingga tantangan-tantangan muncul di depan mata silih berganti masalah hingga terlewati tanpa disadari yang kemudian tiba-tiba hanya menerima dampaknya saja. Peristiwa itu terjadi karena lambat menyikapi atau memang tidak mengetahui apa yang harus diperbuat akibat tertinggal jauh dalam adaptasi ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dunia lain sudah merancang kehidupan baru jauh sebelum terjadi, inovasi solusi berbagai hal yang terjadi dikemudian hari bukan menyukapi melainkan mendatangkan hal-hal baru.

Berharap dalam tanwir banyak melahirkan gagasan terbarukan, bukan saja mengevaluasi dan menyikapi dinamika kehidupan masyarakat lokal dan nasional, melainkan kehidupan masyarakat dunia. Posisi persyarikatan Muhammadiyah bukan lagi organisasi nasional, melainkan organisasi dunia yang diakui eksistensinya. Muhammadiyah saat ini tidak lagi merebut simpati warga Indonesia, melainkan warga dunia tanpa ada sekat batas negara dan bangsa. Gagasannya harus benar-benar memuat visi dan misi kemaslahatan dengan ketajdidan (pembaharuan) di berbagai bidang kehidupan untuk kemajuan umat Islam di berbagai negara. Jangkauan tangan persyarikatan Muhammadiyah lebih dari sebuah negara, kaidah-kaidah gerakannya tidak dibatasi mutlak dengan yurisdiksi kenegaraan yang sensitif, Muhammadiyah lahir membebaskan umat manusia di manapun berada.

Tanwir mencerahkan untuk melahirkan gagasan genuine, keterbaruan gerakan dakwah amar ma’ruf nahyi munkar harus atas dasar gerakan praktis strategis melalui rumusan perdaban ilmu pengetahun dan teknologi. Langkah-langkah gerakannya menuju cita-cita mulia membangun masyarakat utama sebenar-benarnya, yang tidak berhenti dalam batas negara. Kiyai Dahlan seabad yang lalu memberikan teladan yang visioner, dengan titisan generasinya hingga kemanca negara hingga menjadi tokoh penting dinegara Thailand yaitu Winai Dahlan telah berkontribusi ilmu pengetahuan teknologi yang diakui dan menjadi rujukan masyarakat dunia. Pertanyaannya, kenapa titisan kiyai Dahlan hingga ke negeri Gajah Putih padahal dia warga negara Indonesia, disitu harus dipahami benar bahwa menyebar gagasan dan ideologis faham agama salah satunya melalui menyebar generasi nasabiyah biologis melalui cara yang sebenarnya sudah diteladankan para generasi umat Islam sejak dahulu kala.

Teringat obrolan kecil dan ringan dengan kiyai Saad Ibrahim, ungkapannya begini kira-kira jika dibahasakan “Untuk menyebarkan dakwah Muhammadiyah lebih luas keberbagai negara di dunia, kader-kadernya harus berani hijrah dan menikahi warga negara luar Indonesia, nanti akan melahirkan generasi di negara tersebut dalam kurun waktu tertentu sehingga pada waktunya Muhammadiyah tanpa disadari telah menembus batas kebangsaan”, begitulah kira-kira simpulan obrolan ringannya. Tindakan demikian mungkin tidak lumrah jika didesain oleh organisasi persyarikatan Muhammadiyah, namun kenapa tidak jika untuk kepentingan ideologi agama patut dicoba untuk diwacanakan dan digulirkan menjadi program khusus yaitu program kaderisasi melalui pernikahan seorang kader persyarikatan menikahi warga negara diluar Indonesia.

Internasionalisasi Muhammadiyah melalui gagasan Ilmu terbilang relatif masih dibawah standar, hal demikian dikarenakan skema pengembangan iptek masih mengacu kepada paradigma ilmu yang dikembangkan oleh negara bangsa Indonesia. Keterbaruannya masih jauh dari gerakan Ilmu negara-negara maju, maka gagasan kaderisasi melalui jalur pernikahan lintas bangsa dan negara salah satu solusi menduniakan Muhammadiyah lebih generik dan unik, bahkan sangat mungkin menarik bagi kader-kader. Terlebih dibeberapa negara tertentu, banyak yang mengalami regenerasi nasabiyah kebangsaannya. Kita juga tidak menafikan, ada banyak warga negara Indonesia baik itu laki-laki menikahi perempuan asing, atau sebaliknya perempuan Indonesia dinikahi warga asing. Mereka rata-rata secara kesejahteraan mengalami perubahan ke arah lebih baik, begitupun ideologi agamanya rata-rata muslim sebagai pilihan kehidupan dalam beragama.

Tidak lumrah dan jauh dari kebiasaan Muhammadiyah, namu para nabi, sahabat, tabiin, tabiut tabiin serta para mujtahid masa lalu telah mencontohkan saat penyebaran ideologi Islam sebagai agama yang harus disebarkan. Paling mudah dan efektif, gerakan dakwah melalui pernikahan antar warga negara diberbagai belahan dunia. Fakta sejarah tidak dimungkiri, tindakan demikian salah satu cara internasionalisasi Islam sebagai agama yang tidak dibatasi bangsa dan negara. Agar hal demikian tidak tabu dan asing dalam realitanya, Muhammadiyah melalui tanwir saat ini di Kupang Nusa Tenggara Timur dapat menggulirkan keterbaruan gerakan dalam program kaderisasi melalui gerakan pernikahan kader antar warga negara, minimal dengan beberapa negara yang sudah memiliki cabang dan ranting istimewa Muhammadiyah tersebar dibeberapa negara, atau menjadikan Masjid di Spanyol milik Muhammadiyah sebagai pusat islamisasi yang salah satunya menyediakan biro jodoh bagi warga Spanyol yang berminat menikahi warga muslim Indonesia, khususnya kader-kader persyarikatan yang belum memiliki pasangan hidup.

Menarik dicermati dan disikapi, hal demikian untuk menggerakkan Muhammadiyah yang mengakar dan mendunia. Kaderisasi dengan gerakan nasabiyah secara faktual cukup efektif, bahkan dalam sejarah banyak mencatat gerakan demikian tidak hanya mampu menyebarkan faham ideologi, melainkan dalam kurun waktu tertentu mampu membangun sebuah bangsa dan negara. Konsep dan rumusan gerakan dakwah melalui jalur penikahan antar warga negara berbeda dengan Islam sebagai ajaran rujukan kaifiyat-nya merupakan penerapan syari’at Islam yang sangat Islami, Q.S. Al Hujurat
{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرࣲ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبࣰا وَقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوۤا۟ۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِیمٌ خَبِیرࣱ }
[Surat Al-Hujurat: 13],
Dari makna “saling mengenal antar suku dan bangsa dapat dilakukan dengan cara saling menikahinya, bahkan efektifitas sangat baik dan terukur sudah teruji dan terbukti.

Tanwir momentum mencerahkan, begitupun gagasan di atas salah satu hal yang mencerahkan bagi Muhammadiyah kedepan. Sangat yakin kehadiran Muhammadiyah selalu memberi solusi, walaupun solusinya nyeleneh seolah sangat “udik dan norak” namun jika direnungi dan dihayati dengan seksama sebenarnya gagasan demikian akan berdampak strategis kedepan terhadap kehidupan umat manusia dimasa yang akan datang. Muhammadiyah memberi solusi kepada warganya, masyarakat Indonesia dan juga warga dunia, apalagi negara-negara yang mengalami keterahambatan regenerasi bangsanya akibat penurunan jumlah keturunan warga negaranya. Muhammadiyah bukan lagi hanya untuk Indonesia, melainkan untuk warga dunia. Muhammadiyah lahir dari ajaran Islam, dan Islam mengajarkan tidak ada sekat batas bangsa dan negara. Wallhualam. Selamat BerTanwir

Bandung, Desember 2024

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!