Untuk memudahkan dalam memahami, tata cara pelaksanaan shalat gerhana akan dijelaskan dalam bentuk urutan sebagai berikut:
- Niat dalam hati.
- Takbiratul ihram.
- Membaca doa iftitah. Yaitu “Allahumma baid …” dan seterusnya. Doa iftitah yang lain pun bebas dibaca asalkan didasarkan pada riwayat yang shahih.
- Membaca taawudz yang dibaca dengan lirih.
- Membaca Surat Al-Fatihah yang dibaca dengan keras.
- Membaca surat yang panjang. Dianjurkan surat surat yang jumlah ayatnya 100 ayat ke atas. Jika tidak hafal yang panjang, maka yang pendek pun tidak apa apa.
- Rukuk. Rukuk dilakukan dengan lama melebihi shalat biasa. Anas bin Malik menuturkan bacaan tasbih Rasulullah SAW dalam shalat biasa kira-kira 10 kali.
- Iktidal.
- Membaca Alfatihah kedua. Selesai iktidal, tangan disedekapkan lagi lalu membaca Alfatihah untuk yang kedua kali. Inilah yang membedakan dengan shalat-shalat biasa. Jika pada shalat biasa setelah iktidal langsung sujud, maka pada shalat gerhana setelah iktidal berdiri lagi untuk membaca.
- Membaca surat yang lebih pendek dari surat sebelumnya.
- Rukuk. Rukuk dilakukan dengan lama, tetapi lebih pendek sedikit dari pada rukuk yang pertama.
- Iktidal.
- Sujud. Sujud diusahakan juga lama. Sujud dilakukan dua kali sebagaimana shalat biasa.
- Berdiri dari sujud untuk melakukan rakaat yang kedua. Pada rakaat kedua ini yang dilakukan sama persis dengan rakaat pertama, hanya saja durasi waktunya lebih pendek.
- Sujud. Sujud pada rakaat yang kedua ini juga relatif lama, tetapi lebih pendek dari pada sujud pada rakaat pertama.
- Salam.
- Shalat gerhana dilanjutkan dengan khutbah. (*)
Ditulis oleh Dr Syamsuddin MA, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim. Tulisan dilansir situs pwmu.co