33 C
Jakarta

Terkait Bangunan Gedung Hijau, Arsitektur UMS Gelar Visiting Lecturer

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM – Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengembangkan Arsitektur Islam dan Berkelanjutan menggelar Visiting Lecturer dengan tema,’Spirit and Passion of Green Building’, Rabu (14/6) yang dilaksanakan di Ruang Seminar Pascasarjana UMS.

Narasumber dalam kegiatan ini Ir., Rana Yusuf Nasir, IPM, GP., selaku Founder & President Commissioner PT. Airkon Pratama, Core Founder of GBCI, and Board of Governance, Green Building Development Facilitator from PUPR Ministry.

Dalam kesempatan itu, Rana Yusuf Nasir, menyampaikan materi terkait spirit dan passion tentang Bangunan Gedung Hijau (BGH).

“Untuk spirit kita harus tahu latar belakang kenapa muncul bangunan gedung hijau. Apabila berbicara mengenai passion, kita harus membicarakan teknik-teknik dengan pendekatan ilmiah sehingga bangunan tersebut bisa menjadi BGH,” paparnya.

Menurut dia, green building yang disampaikan oleh ilmuwan dari Swedia, Bangunan Gedung Hijau adalah yang sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan selalu memegang teguh pada 3 tujuan atau misi.

“Pertama mengurangi penggunaan konsumsi Sumber Daya Alam (SDA), dalam mengurangi konsumsi energi, air, dan material. Bukan konsumsi secara mutlak, tetapi juga tentang menggunakan kembali. Kedua meminimalkan dampak lingkungan. Terutama dalam pengelolaan sampah, karena kalau tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan efek negatif. Selain itu, pengelolaan lahan juga penting melihat lahan hijau jadi hunian, dan lain sebagainya,” jelasnya.

Ketiga, lanjutnya, menciptakan kualitas udara di dalam ruangan yang sehat dan nyaman untuk pengguna dan penghuni gedung. Hal itu dapat meningkatkan produktifitas dan menurunkan tingkat absensi, artinya kalau ruangan itu sehat dan nyaman tentu orangnya akan sehat pula.

“Pesan untuk arsitek, terutama untuk generasi mendatang. Berbicara konsep berkelanjutan, artinya memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang mendatang untuk memenuhi kebutuhan di masa nanti,” tegas Rana.

Hal yang paling dikhawatirkan adalah masalah energi air dan material, yang mana energi itu yang menjadi pokok pada abad ke-18. Pada saat industrialisasi meningkat, dan energi ikut meningkat pula. Disitulah peran manusia untuk bisa mengelola energi begitu rupa dalam rangka sustainability.

“Kembali mengenai arsitek, bagaimana merencanakan semua bangunan yang memenuhi kaidah green building. Seperti dalam konsumsi energi, merencanakan bangunan yang tidak membutuhkan energi besar,” ungkapnya.

Ia berharap, arsitek terus semangat dalam mempelajari cara approach yang bisa dilakukan untuk bisa mencapai sustainability dalam rangka merancang gedung, yang memenuhi green building.

Kaprodi Arsitektur UMS, Dr., Nur Rahmawati S, ST., MT., menyampaikan kegiatan yang diikuti oleh 200 mahasiswa ini diharapkan dapat memberikan kesadaran penuh dalam merancang bangunan yang memperhatikan aspek bangunan gedung hijau dan berkelanjutan.

“Saya berharap mahasiswa dapat lebih menyadari menjaga dan melestarikan alam terutama arsitek. Dari ilmunya itu memberikan kesadaran pada mahasiswa supaya lebih memperhatikan desain bangunan. Mulai dari desain fasad, material, pencahayaannya itu harus dipikirkan,” ungkap Kaprodi Arsitektur itu.

Menurutnya, kalau kuliah seperti biasa hanya teori saja, pada kesempatan ini didatangkan narasumber yang sudah membuktikan itu. (*)

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!