Ada tiga hal tabu di “Muhammadiyin” (orang-orang Muhammadiyah). Ketiganya adalah poligami, merokok, dan melucu. Kalau ada warga atau tokoh Muhammadiyah yang melakukan tiga hal itu, mereka adalah kelompok minoritas.
Dari tiga kelompok minoritas itu, ada yang sembunyi-sembunyi dan ada yang terang-terangan. Mereka yang poligamai cenderung sembunyi-sembunyi dengan kawin siri. Kawin ngumpet, apalagi bagi yang kebelet. Adapun para perokok, mereka tidak bisa sembunyi. Karena merokoknya berasap. Mau sembunyi dimana?
Lantas bagaimana dengan mereka yang suka melucu? Mereka ini sering dikritik dengan Hadits Nabi: terlalu banyak tertawa bisa mematikan hati. Bahkan, ketika ada sekelompok anak muda Muhammadiyah yang membuat “aliran” Muhammadyah Garis Lucu (MGL), ada banyak orang yang protes. Muhammadiyah tidak boleh untuk dagelan dan guyonan. katanya, nama itu merusak citra Muhammadiyah. Akhirnya, para pentolan dan fans merubah kepanjangan MGL menjadi Muhammadiyin Garis Lucu. Dibuat dalam bahasa Arab agar dianggap pandai bahasa Arab. Padahal belum tentu mereka mahir bahasa Arab! Bukan begitu ya akhi?
Meski faktanya, banyak orang Muhammadiyin itu suka melucu. Buktinya? MGL tetap eksis. Kalau ada muballigh Muhammadiyah yang lucu, dia pasti “laku”. Bahkan mereka paling laris. Jumlah mereka memang tidak banyak. Kalau mencari muballigh berilmu, jumlahnya segudang, tetapi muballigh lucu sangat jarang. Muballigh lucu di Muhammadiyah itu stoknya terbatas. Limited edition. Namun, para muballigh itu, menjadi idola dan legenda.
Salah satu yang sangat hebat adalah Allah yarhammuhu KH AR Fakhrudin atau biasa dipanggil Pak AR. Beliau seorang ketua umum PP MUhammadiyah paling lama dalam sejarah Muhammadiyah. Nama Pak AR begitu lekat di hati warga persyarikatan Muhammadiyah, ummat, dan masyarakat karena keulamaan, kesederhanaan, dan -yang khas- kelucuan.
Mencerahkan
Ceramah-ceramah Pak AR selalu “dalem” dan “adem”. Pak AR menjadi teladan yang belum, bahkan tak akan pernah tergantikan.
Tokoh Muhammadiyah yang juga dikelan dan terkenal lucu adalah Moeslim Abdurrahman atau yang sering dipanggil Kang Moeslim. Kelucuan Kang Moeslim sangat dikenal di kalangan internal dan eksternal Muhammadiyah. Kang Moeslim menggunakan “joke” dan “humor” untk menyampaikan kritik dalam berbagai hal, termasuk untuk mengutarakan isi hati.
Editor: tulisan ini disadur dari prakata penulis, dalam buku Guyon Maton, karya Prof Abdul Mu’ti.