PENANTIAN mendebarkan Tim dokter RSAB Harapan Kita akhirnya berakhir sudah. Setidaknya untuk sementara bayi kembar siam Rafky Setia Sumita dan Rifky Setia Sumita dinyatakan sehat dan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan paska operasi pemisahan.
“Karena itu kami tim dokter memutuskan mengijinkan kedua bayi tersebut untuk dibawa pulang dan melanjutkan perawatan di rumah,” jelas Direktur Medik dan Keperawatan RSAB Harapan Kita DR. Dr Didi Danukusumo, SpOG (K), Rabu (05/04/2017).
Meski diijinkan pulang, tim dokter masih terus melakukan pemantauan. Mengingat sebenarnya penanganan kedua bayi tersebut belum sepenuhnya tuntas. Bayi Rafky misalnya, masih harus menjalani operasi bibir sumbing untuk memperbaiki kelainan gusi, langit-langit dan mulut. Sedang bayi Rifky mengalami gangguan nafas dan kelainan di leher sehingga perlu fisioterapi lanjutan.
Penanganan berikutnya akan dilakukan tim dokter secara bertahap hingga usia mereka memungkinkan untuk dilakukan operasi lanjutan. Tentunya selama perawatan di rumah, orangtua bayi kembar siam Rafky-Rifky sudah mendapatkan edukasi terkait hal- yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Direktur Utama RSAB Harapan Kita dr Omo Abdul Madjid Sp OG (K) MPH menjelaskan untuk menangani operasi bayi kembar siam Rafky-Rifky, pihaknya menerjunkan tim dokter dengan 20 dokter spesialis. Tim dokter tersebut tidak hanya berasal dari RSAB Harapan Kita tetapi juga bantuan dari RS Cipto Mangunkusumo, RSPAD Gatot Subroto, RS St Carolus dan RS Dharmais.
“Ini kasus kembar siam yang cukup rumit, jarang ditemukan, sehingga membutuhkan kemampuan tehnis yang baik. Tim dokter yang terlibat semua memiliki keahlian khusus,” jelas dr Omo.
Bayi kembar siam Rafky-Rifky adalah anak pasangan Bari Sumita dengn Yuni Setiawati. Lahir pada 23 Oktober 2016 di RS Kartika Husada Bekasi sekitar pukul 07:05. Beberapa jam setelah lahir, bayi kembar siam tersebut langsung dirujuk menggunakan BPJS Kesehatan ke RSAB Harapan Kita untuk perawatan Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
Bayi Rafky-Rifky merupakan kasus kembar siam Craniopagus, dimana tulang tengkorak bersatu dengan tubuh yang terpisah. Kasus kembar siam seperti ini termasuk langka di dunia, diperkirakan hanya 2 persen dari seluruh populasi kembar siam.
Kerumitan kembar siam bayi Rafky-Rifky membuat tindakan operasi dilakukan dalam dua tahap. Dimana tahap pertama dilakukan pada 2 Februari 2017 dengan lama operasi 10 jam, dan tahap kedua pada 4 Februari 2017 dengan masa operasi 18 jam.
Menurut dr Syamsul Ashari, Sp BS, Koordinator Team Bedah Syaraf, titik krusial operasi adalah pada saat memotong kedua pembuluh darah yang menyilang. Tim diuji kemampuannya untuk bisa membaca mana pembukuh darah milik bayi Rafky mana milik Rifky.
“Alhamdulillah akhir terpisahkan juga pada tanggal 5 Fabruari dinihari pukul 02:30 WIB,” katanya.
Usai pemisahan pembuluh darah, bayi kembar siam tersebut dipindah ke kamar operasi yang lainnya untuk penutupan defek kulit kepala yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah plastik.
Kini setelah menjalani perawatan intensif, dan melihat perkembangannya, akhirnya Tim Dokter merekomendasikan mengijinkan bayi Rafky-Rifky untuk dibawa pulang. Tentunya dengan terus mendapatkan pemantauan dari tim dokter.
Keberhasilan operasi kembar siam bayi Rafky-Rifky menunjukkan bahwa dunia kedokteran Indonesia telah mengalami kemajuan yang pesat. Dan ini penting untuk diketahui dunia internasional.