BANTUL, MENARA62.COM — Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (PKM UAD) menginisiasi pembuatan Laboratorium Pengelolaan Sampah Terpadu berbasis Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) Caturharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). PKM UAD ini berupaya dan mendukung Pemerintah Kabupaten mewujudkan Bantul Bersih Sampah 2025.
Tim PKM UAD terdiri Adhitya Rechandy Christian, SE, MM, CFP (Ketua), Indro Prastowo, M Biotech; Poppy Laksita Rini, SE, MSc, CAPM; Hendro Kusumo Eko Prasetyo Moro, MSc; Rikha Muftia Khoirunnisa, SE, MSc, CLC; dan Suryana Hendrawan, SE, MBA, CDMP. Mereka melakukan pengabdian kepada masyarakat Rabu–Kamis (9-27/12/2022).
Dijelaskan Adhitya Rechandy Christian, permasalahan sampah di Wilayah Yogyakarta masih menjadi isu serius untuk segera ditangani. Hal tersebut terlihat ketika ada penutupan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Piyungan, Bantul. Dampaknya, banyak timbunan sampah di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul.
Kabupaten Bantul, lanjut Adhitya, setiap hari menghasilkan sampah sebanyak 400 ton. Sedang kemampuan Pemerintah Kabupaten Bantul mengelola sampah hanya sebesar 100 ton/ hari. Sehingga ada 300 ton/hari yang tidak tertangani dan membutuhkan pengelolaan yang baik.
Permasalahan tidak hanya tentang kapasitas jumlah sampah. Namun juga kebiasaan masyarakat yang masih fokus membuang sampah di TPS. Sehingga ke depan, sampah akan terus menumpuk dan permasalahan tidak akan selesai.
Alasan tersebut, kata Adhitya, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat UAD membuat Program Insentif Pengabdian Masyarakat yang terintegrasi dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berbasis Indikator Kinerja Utama (IKU) bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tahun 2022 Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek). Tim PKM UAD bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, Pemerintah Kalurahan Caturharjo dan BUMKal Caturharjo menginisiasi pembuatan Laboratorium Pengelolaan Sampah Terpadu.
“Model pengelolaan sampah ini diharapkan dapat menjadi sarana pengelolaan berbasis BUMKal serta sarana edukasi masyarakat untuk membuat sampah dapat selesai di tingkat Kalurahan,” tandas Adhitya.
Model Laboratorium, tambah Adhitya, adalah mengelola sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomis dikelola dengan kantong pilah dan dijual. Sehingga sampah anorganik ini memberikan pendapatan bagi masyarakat.
Sedangkan sampah organik dikelola dengan model integrated farming yang memadukan pengelolaan sampah dengan pengelolaan lahan pertanian pekarangan dan peternakan terpadu. Sampah organik dikelola untuk pakan maggot atau belatung atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF). Selanjutnya, maggot digunakan sebagai pakan ikan serta air kolam ikan dimanfaatkan menyiram dan sekaligus sebagai pupuk tanaman.
Selain itu, kata Adhitya, sampah organik lainnya seperti daunan, sisa sayur dan kulit buah dimasukkan kedalam model kompos seperti ember tumpuk, losida, komposter. “Pengelolaan sampah terintegrasi ini diharapkan mampu mengolah sampah di tingkat rumah tangga. Sehingga sampah tidak lagi dibuang ke TPS,” kata Adhitya.
Sementara Lurah Carturharjo, H Wasdiyanto, SSi mengatakan pihaknya sangat mendukung program kemitraan dengan UAD ini. Wasdiyanto berharap ke depan sampah di wilayah Caturharjo dapat selesai di tingkat Kalurahan. “Hal tersebut sesuai dengan visi Kabupaten Bantul yaitu Bantul Bersih Sampah Tahun 2025 atau Bantul Bersama,” kata Wasdiyanto. (*)