JAKARTA, MENARA62.COM – Revolusi industri 4.0 sudah memasuki seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali perguruan tinggi. Karena itu mahasiswa dan para dosen harus mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki untuk menjawab tantangan masa depan.
“Kita tahu bahwa revolusi industri 4.0 terus berkembang dan kini mencapai puncaknya. Itu ditandai dengan trend otomatisasi dan lahirnya teknologi digital yang berdampak terhadap hidup dan kehidupan manusia di seluruh dunia,” kata Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Prof . Dr. Hamka (UHAKMA) Dr. Sugema M.Kom, di sela Seminar Nasional Teknologi (Teknoka-3) bertema Revolusi Industri 4.0: Integrasi Keilmuan dan Kesiapan Teknologi yang berlangsung di kampus UHAMKA Pasar Rebo, Jaktim, Sabtu (24/11).
Fenomena otomatisasi dalam era revolusi industri 4.0 tersebut lanjut Sugema tentu harus dipahami oleh para mahasiswa dan dosen UHAMKA. Karena itulah pihaknya terus memberikan pembekalan dan pelatihan skill yang berhubungan dengan revolusi industri 4.0. Dengan demikian, lulusan UHAMKA bisa beradaptasi dengan dunia kerja yang ada dihadapannya.
Senada dengan Sugema, Kepala Biro Perencanaan Kemenristekdikti Dr. Ir. Erry Ricardo Nursal, MT., MPA dalam paparannya mengingatkan agar perguruan tinggi mulai membekali mahasiswanya dengan berbagai jenis ketrampilan baru yang berhubungan dengan teknologi informasi. Sebab era revolusi industri 4.0 akan berimbas pada hilangnya banyak jenis pekerjaan yang sekarang ada, dan munculnya beberapa jenis pekerjaan masa depan.
“Mahasiswa harus mulai melihat dunia yang sudah berubah. Revolusi industri 4.0 sudah menyentuh semua aspek kehidupan kita, mulai dari ketenagakerjaan, bisnis, pendidikan, transportasi dan bidang lainnya,” tutur Erry.
Karena itu penting bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan mahasiswa dengan skill-skill baru. Jenis ketrampilan yang saat ini belum ada. Misalnya tentang creativity, communication, problem solving skill dan lainnya. Terutama skill yang tidak bisa dikuasai oleh robot.
Erry mengingatkan hingga tahun 2030, ada sekitar 75 juta hingga 375 juta orang di dunia akan berpindah ke jenis pekerjaan baru. Pekerjaan yang bisa diotomatisasi atau diganti dengan mesin akan menghilang. Jenis pekerjaan baru akan muncul seperti programer, user enterprise designer dan lainnya.
“Kondisi seperti itu juga pasti akan terjadi di Indonesia, sehingga semua perguruan tinggi seperti UHAMKA harus melakukan antisipasinya sejak sekarang,” tambah Erry.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa saat ini Kemenristekdikti telah melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi era revolusi industri 4.0. Seperti reorientasi kurikulum pendidikan tinggi, meluncurkan format pembelajaran baru, dan mempermudah pembukaan program studi baru terutama program studi yang terkait dengan teknologi informasi dan era revolusi industri 4.0.
Selain Erry Ricardo, seminar nasional Teknoka-3 yang dibuka oleh Wakil Rektor II, Dr. Muchdi, MS tersebut juga menampilkan pembicara Endang Sri Susilowati, Ph.D dari LIPI yang menyampaikan tentang kesiapan Tenaga Kerja menghadapi Revolusi Industri 4.0, dan Ir. Oskar Riandi, M.Sc. yang menyampaikan tentang Revolusi Industri 4.0 : Tantangan, Peluang dan Realita.
Sementara Ketua Panitia Delvis Agusman, M.Sc. mengemukakan seminar Nasional Teknologi ini sudah diselenggarakan Fakultas Teknik UHAMKA untuk yang ketiga kalinya sejak tahun 2016. Seminar diikuti oleh kalangan akademisi dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia, mahasiswa lintas program studi dan kalangan industri.