JAKARTA, MENARA62.COM — Tokoh dunia akan bicarakan jalan tengah untuk menghadapi kerusakan peradaban di Jakarta. Kegiatan World Peace Forum (WPF) yang dilakukan dua tahunan ini, akan diselenggarakan dari tanggal 14 – 16 Agustus 2018 di Jakarta.
WPF, merupakan ajang pertemuan diantara para pencipta perdamaian peace maker di dunia, baik dari kalangan tokoh agama, kalangan intelektual, pengusaha, dan pembuat kebijakan.
Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) telah enam kali menyenggarakan WPF sejak tahun 2006. Acara digelar dengan semangat One Humanity,One Destiny,One Responsibility, dengan menghadirkan pemimpin agama, pembuat kebijakan, intelektual, politisi, dan aktivis dari berbagai latar belakang dan kebangsaan yang terlibat dalam dialog produktif berkomitmen untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan lebih damai bagi seluruh umat manusia.
Untuk mendukung komitmen itu, kali ini dengan didukung Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Dialog Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC), bersama organissi sosial pendidikan Malaysia, Cheng Ho Multi Culture Trust of Malaysia, menyelenggarakan WPF ke 7 di Jakarta.
Fokus
WPF sebelumnya berfokus pada konsolidasi demokrasi multikultural, sementara WPF ke-7 kali ini mengambil tema; The Middle Path for the New World Civilization.
Tema besar WPF sejak kali pertama adalah One Humanity, One Destiny, One Responsibility, sebagai tema besar yang setiap penyelenggaraan dua tahunan diturunkan kedalam tema-tema yang bersifat lebih praktis. Seperti tema peace education, resolution conflict, mengatasi konflik di berbagai belahan dunia.
Pada WPF ke-7 ini mengangkat tema The Middle Path for the New World Civilization, jalan tengah sebagai solusi terhadap peradaban dunia. Peradaban dunia yang bersifat kerusakan yang akumulatif, dunia yang tak menentu, dunia yang mengalami kekacauan. Inilah semangat yang ingin ditanggulangi dengan suatu wawasan atau paradigma, yaitu paradigma jalan tengah, baik dari perspektif agama maupun ideologi nasional.
WPF ke-7 akan dibuka oleh Presiden RI Bapak Joko Widodo dan ditutup oleh Wakil Presiden Bapak Jusuf Kalla, dihadiri oleh sekitar seratus tokoh dunia baik cendekiawan, tokoh agama, tokoh politk, pembuat kebijakan dari berbagai negara untuk membicarakan tema ini. Secara khusus pada WPF 7 ini mengundang kepala negara atau mantan kepala negara dan penerima nobel perdamaian. Perdana Menteri Malaysia, Dr Mahathir Muhammad, mantan PM Australia Kevin Ruds, juga mantan PM Selandia Baru, Ms Helen Klark, juga sejumlah tokoh pemerintah lain.
Total peserta dari dalam dan luar negeri sekitar 250 peserta. WPF ke 7 ini diselenggarakan bersama Kanrtor Utusan Khusus Presiden DAAK, CDCC, mitra tetap Chengho Multiculture and Education Trust.
Dalam keterangannya, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog Kerjasama Antar Agama dan Peradaban Prof Din Syamsuddin, para tokoh nanti akan bicara dalam leadership forum untuk mengelaborasi tema the middle path for the new civilization.
Sesi berikutnya secara khusus membicarakan wawasan jalan tengah dari tokoh-tokoh agama, dari tokoh Islam membawakan Islam wasathiyah, juga tentu tokoh Hindu, Budha dan lain-lain membicarakan jalan tengah dari perpsektif agama masing masing.
Sesi berikutnya membahas jalan tengah dari perspekif idelogi negara negara, Pancasila sebagai the middle path, juga dari negara lain dengan ideologi nasionalnya bisa dilihat sebagai manifestasi jalan tengah.
Sesi berikutnya membahas middle path dari perspektif ekonomi, politik dan budaya. “Inilah tawaran Indonesia pada sistem dunia baru yang bertumpu pada the middle path, menanggulangi krisis peradaban dunia, kekacauan peradaban”, ujar Din Syamsuddin.
Lebih lanjut Din mengatakan “kita berobsesi ingin ikut menanggulangi proses perdamaian, karena penilaian kita, peradaban dunia ini terjebak pada ekstremitas, terutama liberalisme yang absolut, yang mengejawantah dalam berbagai aspek kehidupan, politik, budaya, ekonomi. Kita punya Pancasila, revitalisasi Pancasila kita lakukan sebagai jalan tengah, termasuk UUD 1945. Inilah hasrat kita Indonesia ingin promosikan Pancasila sebagai jalan tengah, sekiranya menjadi pertimbangan dari masyarakat internasional dalam menanggulangi krisis peradaban dewasa ini”.
Sementara itu Ketua Yasasan CDCC, Prof Didiek J Rachbini menekankan pentingnya tema besar jalan tengah ini untuk diangkat bagi kepentingan kebangsaan. “Jalan ekstrim ke kiri atau ke kanan terbukti telah menimbulkan korban kemanusiaan besar, seperti terjadi di berbagai negara,” ujarnya.
Ketua Panitia, Dr Muhammad Najib, melihat populisme yang melanda dunia yang dipicu dan dipacu oleh masifnya penggunaan media sosial, telah melahirkan berbagai sentimen primordial yang di Indonesia dikenal dengan akronim SARA. Berbagai sentimen yang timbul bermuara pada ekstremisme, khususnya dalam beragama dan berpolitik. Tindakan-tindakan ekstrem hanya akan menimbulkan masalah baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Lebih lanjut ia menggaris bawahi perlunya upaya bersama meredam dan mencegahnya. Tema Midle Path yang dipilih kali ini adalah sebagai bentuk upaya untuk itu, yang dalam Islam memiliki makna serupa yaitu Islam Wasatiah, atau Islam jalan tengah.
Istilah Midle Path dipilih dengan harapan bisa menjadi common platform dari berbagai peserta yang memiliki latar belakang agama yang berbeda, sistem politik yang berbeda, budaya yang berbeda, dan perbedaan-perbedaan lain.
“Semoga inisiatif Indonesia ini akan membuat dunia kita kedepan lebih aman, lebih damai, dan lebih makmur dengan menurunnya berbagai kekerasan yg ditimbulkan akibat meningkatnya ekstemisme”, ujarnya.