YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul untuk mewujudkan Gerakan ‘Bantul Bersama Bersih Sampah 2025.’ Penandatangan naskah kerjasama dilakukan Rektor UAD, Dr Muchlas MT dan Bupati Bantul, H Abdul Halim Muslih di Balai Kalurahan Potorono, Kapanewon Banguntapan, Rabu (3/11/2021).
Sebelum penandatangan naskah kerjasama, Bupati Bantul meluncurkan ‘Model Pengelolaan Sampah Berbasis BUMKal Mendukung Gerakan ‘Bantul Bersama’ ditandai dengan pemukulan bedug. Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) akan mengelola sampah dari warga sehingga tidak ada sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Piyungan, Bantul.
Rektor UAD, Muchlas, mengatakan UAD mendukung Pemkab Bantul untuk mewujudkan gerakan ‘Bantul Bersama’ bersih dari sampah tahun 2025. “UAD memiliki SDM (sumber daya manusia) untuk mendukung program Bantul Bersama Bersih Sampah 2025,” kata Muchlas.
Dalam program ini, lanjut Rektor, UAD akan mendukung sistem informasi pengelolaan sampah, pemantauan kualitas air sungai-sungai yang mengalir ke Bantul, dan udara serta tenaga ahlinya. Selain itu, dosen dan mahasiswa UAD akan memberikan dampingan pengelolaan sampah sampai tahun 2025. “Pendampingan bisa melalui KKN maupun penelitian dosen,” katanya.
Sedang Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan warga Bantul setiap harinya menghasilkan sampah 0,6 kilogram per orang. Jika penduduk Bantul ada satu juta orang, maka sampah yang dihasilkan sebanyak 600 ton/hari. Padahal Pemkab Bantul hanya mampu mengolah sampah 100 ton/hari.
TPA Piyungan, kata Abdul Halim Muslih, sudah tidak mampu menampung sampah yang berasal dari Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Sehingga perlu ada terobosan untuk mengolah sampah secara madiri. “Selama ini, penyedia jasa sampah hanya mengumpulkan dan membuangnya ke TPA. Ini tidak menyelesaikan masalah sampah,” kata Abdul Halim.
Gerakan ‘Bantul Bersama, Bersih Sampah 2025’ merupakan terobosan untuk mengatasi sampah di Kabupaten Bantul. “Untuk mewujudkan terobosan tersebut perlu ada kerjasama dan kolaborasi dengan stakeholder dan kampus,” kata Abdul Halim.
Gerakan ini berbasis di padukuhan dan Kabupaten Bantul memiliki 933 padukuhan. Sudah ada sembilan yang menerapkan Gerakan Bantul Bersama ini. Selanjutnya, di tingkat kalurahan diterapkan model pengelolaan sampah berbasis BUMKal.
“BUMKal dijadikan pusat pengelolaan sampah organik dan anorganik. Sampah organik dijadikan kompos untuk disalurkan kepada pengguna kompos. Sampah anorganik diolah dan juga bisa dijadikan kerajinan, lalu sampah yang tidak dapat diolah berupa residu dikirim ke TPST Piyungan,” katanya.