JAKARTA, MENARA62.COM– Sejatinya agama memiliki peran penting dalam kesehatan. Baik kesehatan dalam arti individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat.
Tetapi acapkali nilai-nilai agama tersebut kurang dominan dalam kehidupan seseorang. Akibatnya fungsi agama menjadi kurang optimal dalam ikut ‘menjaga’ kesehatan seseorang.
Untuk mengetahui seberapa besar peran agama dalam hal kesehatan masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) menggelar International Conference on Social Determinants of Health (ICSDH) ke-3, Rabu (28/11). Kegiatan yang menghadirkan para pembicara dari sejumlah universitas luar negeri tersebut melibatkan sekitar 86 orang peneliti Indonesia.
Wakil Rektor I UHAMKA Prof Dr Gunawan Suryoputro saat membuka resmi kegiatan tersebut mengatakan bahwa ICSDH yang sudah digelar untuk ketiga kalinya merupakan bentuk kontribusi UHAMKA dalam menyelesaikan berbagai persoalan terkait dengan kesehatan masyarakat.
Harapannya bahwa forum ilmiah ini dapat menghasilkan pemikiran dan ide-ide menarik terkait agama dan kesehatan. Hubungan agama dan kesehatan adalah topik menarik yang penting untuk dibahas para ahli kesehatan masyarakat saat ini.
“Saya berharap dari forum ini ada sharing pengetahuan, pengalaman dan juga hal-hal penting yang bisa diadopsi, diadvokasi oleh para peneliti dan dosen UHAMKA,” kata Prof Gunawan.
Sementara itu Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan UHAMKA Ony Linda MPH mengatakan di era revolusi industri 4.0 kita akan menghadapi tantangan-tantangan baru yang dapat menyebabkan masalah-masalah dibidang kesehatan masyarakat.
Tetapi kita akan berada ditahap penyelesaian masalah dasar kesehatan masyarakat, yang secara alami memiliki masalah-masalah sosial determinan terkait lahir, tubuh, hidup, bekerja dan menua.
“Ini menarik untuk dikaji terlepas dari pesatnya perkembangan teknologi, kesehatan masy masih tergantung pada tempa kerja, bagaimana berinteraksi yang dipengauruhi oleh kondisi masing-masing dimana hidup tumbuh dan berkembang,” kata Ony.
Kegiatan yang melibatkan 86 orang peserta dan akademisi dari berbagai universitas tersebut kata Ketua Pelaksana Dr Sarah Handayani bertujuan membedah pentingnya agama dalam upaya memelihara kesehatan dari berbagai sisi.
Tiga narasumber yang dihadirkan adalah peneliti bertaraf internasional yang memiliki riset tentang hubungan agama dengan kesehatan. Prof. Ahmed Ragab, dari Universitas Al Azhar Kairo misalnya. Melalui paparannya berjudul Religion As A Social determinants of Health: Theory and Practice, ia memaparkan hasil penelitiannya tentang hubungan agama dengan kesehatan reproduksi manusia.
“Prof Ragab adalah pakar kesehatan reproduksi. Beliau memiliki riset menarik terkait kesehatan dan agama. Makanya kita undang untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan peserta,” kata Sarah Handayani yang juga menjabat Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UHAMKA.
Lalu ada Lylla Winzer Ph.D, dari Institut for Population and Social Research: Mahidol University, Thailand. Lylla adalah peneliti yang berhasil membuktikan hubungan positif antara nilai-nilai pengamalan agama dengan tingkat kebahagiaan manusia. Melalui makalahnya berjudul Relligion and Health: A Perspective From Psychology, Lylla berbagi pengalaman terkait risetnya tersebut, dengan harapan bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi peneliti-peneliti lainnya.
Selain dua peneliti tersebut, ICSDH 2018 juga menghadirkan Ramos Pilar Jimenez Ph.D. Peneliti dari Philippine NGO Council on Population, Health and Welfare, INC, Philippine tersebut adalah seorang katolik yang memiliki pengalaman bagaimana menangani konflik sosial dengan melibatkan tokoh-tokoh lintas agama.
Sedang pembicara dari Indonesia adalah Dr Emma Rachmawati MPH, dari Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan UHAMKA yang juga Central Board of Muhammadiyah.
“Beliau punya penelitian menarik bagaimana peran organisasi Muhammadiyah dalam kesehatan melalui ratusan rumah sakit yang dimiliki Muhammadiyah,” lanjut Sarah.
Menurut Sarah, meski digelar oleh UHAMKA, tetapi ICSDH menghadirkan pembicara dari lintas agama. Tujuannya agar kita bisa belajar dari orang lain, dari negara lain bagaimana agama bisa mempengaruhi kesehatan manusia.
“Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia. Seharusnya kita dapat melihat pengaruh positif agama terhadap kesehatan,” jelas Sarah.
Paparan hasil riset para peneliti dunia yang hasil risetnya sudah dipublikasi pada jurnal internasional tersebut diharapkan bisa menjadi tindaklanjuti oleh para dosen di UHAMKA khususnya dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah pada umumnya.
“Hasil akhir dari pertemuan ini adalah kita harus bisa mendapatkan titik temu bahwa agama mempunya nilai positif untuk menjaga kesehatan, dan kita bisa belajar dari semua narasumber yang ada,” tegas Sarah.
Selain paparan tiga hasil penelitian tersebut, forum ICSDH juga membedah 86 riset yang telah dilakukan oleh masing-masing peserta. Riset tersebut mulai dari masalah layanan kesehatan masyarakat, nutrisi, program Germas, kesehatan mata, imunisasi hingga masalah tembakau.