JAKARTA, MENARA62.COM — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapatkan hasil positif dari rail test B-20 atau uji bahan bakar dengan campuran 20 persen biodiesel pada kereta api.
Antara, Sabtu (19/5/2018) melansir, informasi dari Kementerian ESDM, pemerintah terus berupaya mendorong pemanfaatan biodiesel untuk transportasi di Indonesia. Salah satunya implementasi biodiesel pada bahan bakar kereta api.
Memasuki awal kuartal kedua 2018, Rail Test B-20 (bahan bakar dengan campuran 20 persen biodiesel) kembali dilakukan. Hasil positif didapatkan dengan tidak ditemuinya kendala pada mesin kereta api.
“Selama tiga bulan ini belum ada masalah, baik dari performa engine maupun dari B-20 itu sendiri,” ujar Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana.
Memasuki bulan ketiga Rail Test B-20 berjalan ini, tambah Dadan, masih ada waktu tiga bulan lagi untuk memastikan apakah B-20 dapat bekerja maksimal pada mesin kereta api milik PT KAI atau tidak.
Dadan mengungkapkan, untuk menguji Biodiesel B-20, berbagai tahapan telah dilakukan, di antaranya pengambilan sampel bahan bakar diesel, uji performa lokomotif yang diuji dengan menempuh jarak sejauh 23.000 km atau 1.620 jam untuk Lokomotif jenis General Electric), dan 27.000 km atau 1.770 jam untuk mesin jenis Electro Motive Diesel (EMD).
Lokomotif-lokomotif dengan B-20 diuji coba untuk menarik kereta api batu bara rangkaian panjang (babaranjang). Rangkaian tersebut adalah rangkaian terpanjang dan terberat dibandingkan rangkaian lainnya. Tujuannya agar dapat melihat kemampuan bahan bakar B-20 pada beban kerja terberatnya.
Masa uji coba B-20 pada kereta milik PT KAI atau lebih dikenal sebagai Rail Test B-20 berlangsung selama enam bulan, terhitung dari Februari – Juli 2018.
Rail Test B-20 yang dilaksanakan di Dipo Kertapati, disesuaikan dengan masa perawatan lokomotif yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Kegiatan Rail Test B-20 dipastikan tidak mengganggu aktivitas perkeretaapian di Dipo Kertapati. Rail Test untuk Lokomotif jenis EMD dilaksanakan pada 10-14 Mei 2018 sementara untuk Lokomotif jenis GE pada 17-21 Mei 2018.
Sementara itu, di Palembang, Ahli mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Iman K Reksowardojo menyatakan, penggunaan bahan bakar biodiesel 20 persen atau B20, untuk mesin sarana transportasi perlu didukung semua pihak dan lapisan masyarakat.
Penggunaan B20 pada tranportasi darat seperti angkutan umum dan kendaraan pribadi sudah tidak diragukan lagi, kini diupayakan digunakan untuk mesin lokomotif kereta api, mesin alat berat, dan transportasi laut, kata Reksowardojo yang juga anggota tim uji coba penggunaan B20 pada kereta api itu di Palembang, Sabtu.
Untuk penerapan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang dicampur 20 persen minyak kelapa sawit itu sejak Maret 2018 dilakukan uji coba pada lokomotif kereta api dengan pengawasan intensif tim gabungan dari ITB dan BPPT yang dipimpin Staf Ahli Menteri ESDM Dadan Kusdiana.
Penggunaan B20 untuk mesin sarana tranportasi perlu didukung semua pihak dan lapisan masyarakat karena tidak mempengaruhi kinerja mesin dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan solar murni atau B0.
Setelah uji coba pada mesin lokomotif PT Kereta Api Indonesia yang dijadwalkan berakhir pada Agustus 2018, akan dikembangkan uji coba penggunaan B20 pada alat berat dan mesin yang digunakan perusahaan tambang.
“Dengan uji coba di bawah pengawasan ketat tim ahli yang dikoordinir Kementerian ESDM, diharapkan permasalahan atau dampak negatif dari penggunaan B20 bisa dicarikan solusinya sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi pihak yang direkomendasi menggunakan BBM tersebut,” katanya.
Dia menjelaskan, penggunaan biodiesel 20 persen pada mesin sarana transportasi merupakan yang pertama kali di dunia, secara umum aman berdasarkan kajian teknis mesin-mesin yang diuji coba menggunakan bahan bakar tersebut.
Penggunaan B20 yang secara teknis cukup aman bagi seluruh mesin yang menggunakan BBM jenis solar diharapkan bisa didukung semua pihak dan lapisan masyarakat sehingga produksi sawit nasional bisa terserap pasar lokal lebih banyak dan harganya tidak tergantung pasar internasional.
Dengan bisa diterimanya BBM biodiesel 20 oleh semua pihak dan lapisan masyarakat, selain dapat menggairahkan industri sawit nasional juga dapat membantu pemerintah menghemat pengeluaran miliaran rupiah untuk impor solar, kata Iman.
Sementara Staf Ahli Menteri ESDM/Ketua Tim Tes B20 pada Kereta Api Dadan Kusdiana pada kunjungan ke UPTD Depo Lokomotif Besar A Kertapati Palembang, Jumat (18/5/2018) menjelaskan, Tim Kementerian ESDM, BPPT, dan ITB berupaya mewujudkan penggunaan biodiesel 20 persen pada kereta api dan mesin transportasi lainnya.
“Jika B20 bisa digunakan dalam operasional transportasi angkutan darat tersebut dapat membantu penghematan penggunaan solar murni dan memaksimalkan penyerapan produksi minyak sawit nasional yang mencapai 38 juta ton/tahun yang sebagian pemasarannya tergantung ekspor,” kata Dadan.