26.4 C
Jakarta

UKP-DKAAP Gelar Musyawarah Besar Pemuka Agama

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Sebanyak 450 pemuka agama dari berbagai daerah akan ambil bagian dalam Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa. Kegiatan tersebut akan digelar pada 8-10 Februari 2018 di Jakarta.

Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin mengatakan peserta musyawarah akan diutamakan perwakilan dari agama-agama yang ada pemeluknya dan majelis agama yang eksis di Indonesia.

“Peserta yang diundang merujuk rekomendasi dari Dewan Lintas Agama atau IRC,” kata Din Syamsudin seperti dikutip dari Antara, Kamis (11/01/2018).

Hadir dalam acara itu di antaranya Sekretaris Umum PGI Pendeta Gomar Gultom, Uung Sendana (Ketua Umum Matakin), Philip Wijaya (Walubi), Agustinus Ulahayanan (KWI), Nyoman Udayana Sangging (PHDI).

Dia mengatakan kegiatan musyawarah besar bertema Rukun dan Bersatu Kita Maju tersebut diselenggarakan bukan khusus untuk membahas mengenai Pilkada serentak 2018. Melainkan kegiatan itu sejatinya memang untuk membahas mengenai kerukunan beragama.

Kendati terdapat pembahasan mengenai pilkada, kata dia, hal itu hanya menjadi tema kecil musyawarah besar pemuka agama.

Din mengatakan kegiatan musyawarah tersebut agar bisa menjadi modal dalam mengatasi gejala ketidakrukunan.

Selanjutnya, hasil dari musyawarah itu akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo agar menjadi masukan penting terkait kerukunan beragama di Indonesia.

Menurut Din, agama selalu mengajarkan kerukunan dan perdamaian. Jika ada konflik intern dan antarumat beragama hal itu sejatinya karena ada salah pemahaman menangkap pesan ajaran agama.

Terdapat sebagian umat beragama, kata dia, yang tidak menangkap misi agama yang membina perdamaian dan kerukunan sehingga memicu terjadinya konflik beragama.

Ada juga, lanjut dia, tidak terjalinnya kerukunan umat beragama dipicu oleh terjadinya pemahaman sempit sebagian penganut agama terhadap kitab sucinya.

Selain faktor itu, Din mengatakan terkoyaknya kerukunan juga disebabkan oleh faktor nonagama, sosial, politik, kesenjangan dan juga faktor dari luar negeri yang kadang mengganggu.

Dengan begitu, kata dia, kerap muncul radikalisme, ekstremisme, kekerasan yang mengatasnamakan agama.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!