BANDUNG, MENARA62.COM – Dalam agenda sarasehan di Bandung bersama dengan wartawan Solo, Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengajak wartawan Solo untuk melakukan sharing pengalamannya dalam menjalankan, maupun menghadapi tantangan media, Selasa (23/1).
Sebagaimana dipahami dalam perkembangan teknologi, media pemberitaan juga mengikuti perkembangannya dalam menyampaikan sebuah informasi, dari media mainstream, mulai beralih ke dalam media yang serba digital. Kepala Bagian Humas UMS, Dr., Budi Santoso, M.Si., menyampaikan, keadaan saat ini di dunia jurnalistik.
“Bagaimana misalnya teman-teman menggunakan online web. Web dibanjiri dengan informasi, sehingga nge-lag shutdown atau tidak bisa terbit dan tidak bisa dibaca, dibagi kepada orang lain. Kini di dalam pemahamannya adalah selain penolakan layanan distribusi, down,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Edwin Puryono yang merupakan seorang reporter dari Radio Republik Indonesia (RRI) Solo membagikan pengalamannya yang telah berkecimpung di dunia jurnalis selama 23 tahun lebih.
Dia menyampaikan bahwa reporter itu menjadi kunci dan harus bisa memposisikan diri sebagai pihak netral, atau membawa suara dari rakyat.
Edwi juga mengatakan bahwa saat ini, meskipun RRI sudah tua, namun mereka saat ini tidak kalah oleh zaman. Dari salah satu program, dialog di RRI tidak mengharuskan untuk bertemu secara langsung tapi bisa melalui platform online seperti Zoom. Ini lah salah satu digitalisasi dari RRI.
Bagus Atas Adji juga turut menambahi, bagaimana saat ini dunia jurnalistik sedang tidak baik-baik saja.
“Apakah di dalam permediaan ini yang online, sama dengan cetak atau bukan. Dalam artian, kalau ada sesuatu yang keliru, yang ditindak itu penulisnya atau carrier (penanggung jawabnya). Itu yang belum jelas,” tegasnya.
Dia berpesan agar ketika menulis di media online terutama ketika belum berada di bawah catatan Dewan Pers, untuk dapat berhati -hati karena belum ada lembaga advokasi yang menaungi mereka.
Menurutnya, dari ungkapan Harold Laswell yang berbunyi “who says what in which channel to whom with what effect” itu masih perlu dilengkapi dengan ‘security’ ketika melakukan proses komunikasi. (*)