NEW YORK, MENARA62.COM — Kondisi keamanan Timur Tengah, masih terus memanas. Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov pada Kamis (26/4/2018), memperingatkan bahaya perang lain di Jalur Gaza setelah berpekan-pekan kerusuhan di perbatasan dengan Israel.
“Kombinasi memburuknya keamanan, pembangunan dan kondisi kemanusiaan ini, ditambah dengan kebuntuan politik, membuat Jalur Gaza mudah ‘meledak’. Meskipun ada perkembangan drastis di bagian lain wilayah tersebut, kita harus melakukan semua yang mungkin untuk mencegah perang lain di Gaza,” kata Mladenov kepada Dewan Keamanan, seperti dilansir Antara.
Dalam empat pekan terakhir, puluhan ribu orang Palestina di Gaza telah berkumpul di perbatasan dengan Israel dalam konteks protes “Pawai Akbar Kepulangan”. Unjuk-rasa diperkirakan berlanjut dan mencapai puncaknya seputar hari kemerdekaan Israel pada 14 Mei, dan bisa menyebar ke Tepi Barat Sungai Jordan dan ke luar wilayah itu menurut Mladenov.
“Jika konflik lain antara Hamas dan Israel meletus, ini akan membawa konsekuensi yang menghancurkan bagi orang Paletina di Gaza. Bisa merusak kestabilan relatif di Tepi Barat dan memiliki gema bagi Israel dan wilayah tersebut,” ia memperingatkan.
Sejak 30 Maret, selama demonstrasi-demonstrasi itu, 35 orang Palestina tewas dan banyak lainnya cedera akibat tindakan pasukan keamanan Israel. Sementara di pihak Israel tidak laporan mengenai korban tewas menurut Mladenov.
Ia mengatakan, disamping itu terjadi peningkatan jumlah peristiwa berbahaya di pagar perbatasan, termasuk pemasangan peledak rakitan –dan setidaknya satu meledak– pelemparan bom molotov serta upaya untuk menjebol pagar.
Israel menuduh anggota Hamas, Jihad Islam dan milisi lain, memanfaatkan protes, serta para perempuan, anak-anak dan orang tua sebagai tameng untuk menyusup ke dalam wilayah Israel untuk melakukan serangan.
Sementara protes berlanjut, ketegangan dan potensi peristiwa serius serta lebih banyak korban jiwa akan meningkat, ia memperingatkan.
“Israel harus menyesuaikan penggunaan kekuatannya dan mengurangi penggunaan peluru aktif. Kekuatan mematikan hanya boleh digunakan sebagai pilihan terakhir. Hamas dan pemimpin demonstrasi harus menjauhkan pemrotes dari pagar perbatasan Gaza dan mencegah semua aksi kekerasan serta provokasi,” katanya sebagaimana dikutip Xinhua.
Anak-anak, yang terutama mesti dilindungi, menghadapi risiko sangat besar, kata Mladenov, yang menyatakan empat anak kena tembakan peluru aktif Israel sehingga tewas.
“Saya memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali menyatakan, dengan sekeras mungkin, bahwa warga sipil, terutama anak-anak, tak boleh secara sengaja dibiarkan menghadapi bahaya atau dijadikan sasaran apa pun,” ia menambahkan.
Dalam peristiwa lain, dua anggota Hamas ditembak mati pada 30 Maret dalam baku-tembak di dekat pagar perbatasan Jalur Gaza.
Mladenov juga mengatakan bahwa semua kegiatan militan di Gaza, termasuk penggalian terowongan dan penembakan roket, mesti dihentikan. “Itu mengancam keselamatan warga Israel maupun Palestina, meningkatkan risiko eskalasi baru kekerasan, mengacaukan seruang pencabutan pemblokiran, dan terutama merusak prospek perdamaian.”
Ia mengatakan bahwa apa yang terjadi di Gaza adalah ketidakadilan bahwa tidak seroang pun, perempuan atau anak-anak harus menanggung keadaan hidup yang menyedihkan, konsekuensi-konsekuensi berlanjut pemblokiran yang mencekik dan kontrol Hamas, dan peningkatan risiko bahwa Gaza bisa memicu satu konflik baru.
Palestina masih menjadi pusat bagian paya kawasan. Sampai pendudukan berakhir dan solusi dua negara dicapai melalui perundingan bermakna berdasarkan resolusi-resolusi relevan PBB, konflik itu akan menjadi salah satu penggerak ekstremisme dan ancamam tetap stabilitas regional, Mladenov memperingatkan.