JAKARTA, MENARA62.COM – Virus hepatitis B jauh lebih infeksius dibanding HIV/AIDS. Virus hepatitis B pada sejumlah penelitian diketahui mampu bertahan selama 2 pekan hingga 1 bulan di luar tubuh manusia.
“Artinya peluang tertular hepatitis B menjadi sangat besar pada setiap orang,” kata Wiendra Waworuntu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Senin (22/7).
Berbeda dengan virus HIV yang cepat mati begitu berada diluar, atau terkena panas dengan suhu tertentu. Tingkat infeksius virus hepatitis B ini konon mencapai 100 kali lipat.
Karena itu Wiendra menyarankan setiap orang melakukan skrining atau deteksi dini terhadap hepatitis B. Penyakit hepatitis B jika ditemukan pada tahap awal, maka intervensi lebih mudah dilakukan dan komplikasi akibat virus tersebut bisa diminimalisir.
Wiendra mengatakan hepatitis B disebabkan oleh berbagai faktor. Sebagian karena virus, karena lemak di hati, parasite (malaria dan amuba), dengue herpes dan pengaruh alkoholik. Beberapa jenis obat juga bisa menyebabkan hepatitis, tetapi secara umum karena virus.
Menurut Wiendra perjalanan virus hepatitis B tergolong lama, tergantung daya tahan tubuh mansuia. Tetapi 1 dari 4 penderita hepatitis B mati karena kanker atau gagal hati.
Saat ini diakui Wiendra Kemenkes belum bisa melakukan program skrining Cuma-Cuma bagi setiap penduduk. Keterbatasan anggaran membuat skrining hepatitis B baru bisa dilakukan terhadap ibu hamil untuk mencegah penularan secara vertical dari ibu ke anak yang dikandungnya.
“Jumlah ibu hamil di Indonesia ada sekitar 5,3 juta ibu setiap tahunnya. Itu yang kita sasar,” lanjut Wiendra.
Deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil dimulai dari DKI Jakarta dan terus berkembang ke provinsi lain di tahun-tahun berikutnya. Sejak 2016, pemeriksaan hepatitis dilakukan dengan Rapid Diagnostic Test (RDT) Hepatitis B surface Antigen (HBsAg).
Berdasarkan Sistem Informasi Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan (SIHEPI) 2018-2019 jumlah ibu hamil yang diperiksa hepatitis B sebanyak 1. 643.204 di 34 provinsi. Hasilnya, sebanyak 30.965 ibu hamil reaktif (terinfeksi virus hepatitis B), dan 15.747 bayi baru lahir dari ibu rekatif hepatitis B telah diberikan Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg).
Pemberian HBIg ini lanjut Wiendra, dilakukan untuk meningkatkan upaya perlindungan pada bayi agar terhindar dari hepatitis B yang ditularkan dari ibunya.
Tahun 2019 hingga Juni, ibu hamil yang telah diperiksa sebanyak 490.588 orang dengan 9.509 reaktif HBsAg. Dari pemeriksaan itu diketahui 4.559 bayi telah diberi HBIg kurang dari 24 jam serta imunisasi rutin dan telah terlindung penularan virus hepatitis B dari ibunya.
Pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke bayi kata Wiendra dilakukan dengan vaksinasi HB0 setelah bayi lahir kurang dari 24 jam. Sementara pada bayi lahir dari ibu hepatitis B segera beri Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) kurang dari 24 jam.