JAKARTA, MENARA62.COM – Penguatan pendidikan vokasi merupakan strategi utama dalam membangun industri nasional yang bernilai tambah tinggi, berkelanjutan, dan berdaya saing global. Langkah ini selaras dengan arah Asta Cita pemerintah dan Strategi Baru Industrialisasi Nasional yang menitikberatkan pada peningkatan nilai tambah, inovasi teknologi, serta transformasi industri berbasis keberlanjutan.
“Pendidikan vokasi adalah investasi untuk masa depan. Dengan SDM yang kompeten dan unggul, industri kita akan tumbuh lebih produktif, resilien, dan berdaya saing global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya, Selasa (9/12).
Oleh karena itu,Kementerian Perindustrian terus memperkuat sinergi pendidikan dan industri melalui standardisasi kompetensi, pemagangan, sertifikasi, serta modernisasi sarana pembelajaran agar mampu menjawab kebutuhan industri masa depan.
Dalam rangka memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok dunia, pemerintah mengembangkan agenda “vokasi go global” yang mengarahkan pendidikan vokasi pada standar kompetensi internasional, literasi teknologi maju, dan kemampuan adaptif terhadap dinamika pasar global. Melalui pendekatan ini, Kemenperin mendorong penguatan kurikulum yang mengacu pada standar industri internasional, penerapan sertifikasi profesi berlevel global, perluasan kemitraan strategis dengan industri mancanegara, serta fasilitasi mobilitas tenaga kerja terampil lintas negara.
Tidak hanya itu, lulusan vokasi juga didorong membangun jejaring alumni berskala global untuk memperkuat konektivitas industri dan memperluas peluang kerja maupun kolaborasi bisnis internasional. Model ini dirancang untuk mendukung Indonesia masuk ke rantai pasok global pada sektor-sektor strategis seperti semikonduktor, kecerdasan buatan, otomasi industri, energi hijau, serta manufaktur berkelanjutan.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Doddy Rahadi menjelaskan, penguatan pendidikan vokasi merupakan bagian penting dari SBIN, yang memberi penekanan pada pengembangan SDM industri berdaya saing tinggi. Menurutnya, sektor-sektor prioritas nasional saat ini membutuhkan sumber daya manusia dengan keterampilan baru yang relevan dengan teknologi mutakhir.
“Kita harus menjawab kebutuhan masa depan. Target pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi tidak mungkin tercapai kalau SDM-nya masih seperti dahulu. SDM harus produktif, terampil, kompeten, dan berorientasi global,” ujarnya.
Doddy menegaskan, pendidikan vokasi Indonesia tidak boleh terbatas pada penyedia tenaga kerja untuk industri domestik, tetapi harus menjadi bagian penting dari ekosistem industri global, baik melalui kompetensi teknis, mobilitas tenaga kerja, maupun jejaring profesional.
Komitmen tersebut tampak pada penyelenggaraan wisuda serentak yang melepas sebayak 2.993 lulusan dari 11 politeknik dan 2 akademi komunitas milik Kemenperin. Para lulusan ini tidak hanya disiapkan untuk memasuki industri nasional, tetapi juga diarahkan agar mampu bersaing di pasar global melalui kombinasi kompetensi teknis, sertifikasi profesional, kemampuan bahasa, dan pemahaman budaya kerja internasional.
“Penyerapan lulusan vokasi Kemenperin yang secara konsisten menunjukkan kinerja tinggi menjadi bukti keberhasilan pendekatan link-and-match dan peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan industri modern,” ungkap Doddy.
Perkuat ekosistem
Lebih lanjut, Kemenperin akan terus memperkuat ekosistem pendidikan vokasi melalui modernisasi kurikulum, peningkatan kapasitas instruktur, penyediaan teknologi pembelajaran, serta perluasan jejaring global. “Langkah ini diharapkan mampu menciptakan SDM yang adaptif terhadap disrupsi teknologi dan memiliki kompetensi untuk memperkuat daya saing industri nasional di arena global,” imbuhnya.
Salah satu satuan unit pendidikan vokasi milik Kemenperin yang menjalankan mandat tersebut adalah SMK-SMTI Yogyakarta. Unit pendidikan ini telah menerapkan model pendidikan dual system (dengan komposisi praktik mencapai 70 persen), dan kurikulum berstandar internasional sebagai strategi menyiapkan SDM industri yang unggul dan siap kerja.
“Peningkatan kompetensi SDM industri merupakan fondasi dari transformasi ekonomi nasional. Karena itu, Kemenperin berkomitmen memperkuat pendidikan vokasi yang mampu melahirkan tenaga terampil yang relevan dengan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi, termasuk industri 4.0,” tegas Doddy.
SMK-SMTI Yogyakarta, yang dikelola langsung oleh BPSDMI Kemenperin, tercatat sebagai sekolah negeri terakreditasi A dan bersertifikat ISO 9001:2015. Sekolah ini menerapkan model pembelajaran berbasis proyek, keterampilan teknis, serta karakter kerja, yang dipadukan dengan fasilitas laboratorium, workshop, dan sertifikasi kompetensi internasional.
Untuk memberikan kompetensi yang diakui industri global, siswa SMK-SMTI Yogyakarta mengikuti sertifikasi Vapro (Belanda) dan Siemens (Jerman), serta sertifikasi nasional melalui BNSP dan kemampuan bahasa Inggris melalui TOEIC.
Penerapan sertifikasi ini menjadi bagian dari proses pembelajaran yang terstruktur, dari penerimaan siswa, pembelajaran di sekolah, magang di industri, hingga penempatan kerja. SMK-SMTI Yogyakarta juga melibatkan industri sebagai mitra dalam pengembangan kurikulum, pelaksanaan pembelajaran, magang, serta penyerapan lulusan. Masa studi sekolah ini selama tiga tahun, dengan empat semester pembelajaran di sekolah, dan dua semester di industri.
Untuk menjawab kebutuhan tenaga kerja sektor manufaktur, sekolah mengembangkan tiga konsentrasi keahlian, yakni Teknik Kimia Industri, Kimia Analisis, dan Teknik Mekatronika. Semuanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan industri berbasis teknologi, otomatisasi, dan standar kualitas.
Setiap tahun, lulusan SMK-SMTI Yogyakarta terserap bekerja di industri, dan sisanya melanjutkan studi atau berwirausaha. Ini menunjukkan daya saing lulusan dan efektivitas model pendidikan vokasi yang diterapkan oleh Kemenperin.
Untuk mendukung pembelajaran berstandar internasional, SMK-SMTI Yogyakarta memiliki 32 ruang kelas, 19 laboratorium praktik, 5 laboratorium komputer, dengan koneksi internet 500 Mbps dan daya listrik 250.000 watt. Penerapan fasilitas ini memungkinkan pembelajaran praktik yang intensif, berbasis teknologi dan simulasi industri.
Bahkan, SMK-SMTI Yogyakarta telah menjalin perjanjian kerja sama dengan PT Krakatau Posco. Kerja sama yang akan memakan waktu selama lima tahun (2023-2028) ini tentang pembinaan dan pengembangan sekolah menengah kejuruan berbasis pendidikan sistem ganda (dual system) dengan industri melalui kelas teknologi industri baja.(*)
