Hari ini kita membuka lembar kedua kehidupan kita di tahun baru 2020. Suasana gegap gempita perayaan tahun baru masih cukup terasa. Tetapi, seperti diungkapkan dalam sebuah syair lagu : “Pesta pasti berakhir…”
Ya, hari ini kita kembali menjalani rutinitas pekerjaan sehari-hari setelah melewati libur panjang. Kita lupakan libur panjang yang melenakan itu. Kita singsingkan kembali lengan baju untuk menjalani aktivitas kehidupan penuh semangat dan optimisme.
Hasan al-Bashri dalam sebuah kesempatan pernah berkata, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah (kumpulan) hari-hari, apabila berlalu satu hari maka berlalu pula bagian darimu.”
Tepat sekali pernyataan Hasan Al-Bashri tersebut. Kita ini bagian dari hari. Hidup kita ini selalu diliputi oleh waktu, dan tak pernah lepas darinya. Dalam menjalani kehidupan ini, sejak kita bangun tidur hingga tidur lagi, selalu disertai oleh detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Tidak pernah kita dapat melepaskan diri dari waktu.
Meski kita diam seharian, waktu tetap bergerak dan berjalan. Waktu tidak pernah kompromi. Apakah kita tengah diliputi rasa suka cita ataukah duka cita, waktu terus berlalu. Apakah kita memenuhi hari-hari dengan dosa dan maksiat ataukah dengan amal shalih, waktu tetap berjalan. Ketika sang waktu telah beranjak dari kehidupan kita, maka sampai kapan pun ia tak akan pernah kembali lagi. Lan tarji’a al-ayyam al-lati madhat, sungguh tidak akan pernah kembali lagi hari-hari yang telah berlalu. Demikian sebuah syair dalam bahasa Arab menyebutkan.
Persoalannya adalah apakah waktu-waktu yang telah berlalu kita isi dengan aktivitas positif, amal shalih, serta goresan tinta emas, ataukah justru kita penuhi dengan lembaran-lembaran kelam serta catatan hitam dosa-dosa kita?
Kita tentu sering mendengar ungkapan: “Penyesalan selalu datang terlambat.” Jika kita mengisi masa lalu kita dengan hal-hal yang sia-sia, apalagi berdampak buruk bagi diri kita, lebih-lebih terhadap orang lain, tentu kita akan menyesal. Dan tentu, penyesalan itu baru datang setelah kita menyadari kesalahan kita tersebut.
Sebaliknya, jika masa lalu kita, hari-hari yang telah kita lewati kita isi dengan hal-hal positif, dengan catatan prestasi, dan juga serangkaian kesuksesan, tentu kita akan mengenangnya dengan penuh suka cita.
Untuk menghindari penyesalan yang selalu datang terlambat, maka alangkah bijaknya jika kita selalu berpikir dulu sebelum bertindak, karena sesal kemudian tiada guna.
Adapun jika kita sudah terlanjur melakukan tindakan di masa lalu yang membuat kita menyesal saat ini, maka tidak ada cara lain yang dapat kita lakukan selain bertobat, yaitu memohon ampun kepada Allah SWT, mengakui dosa-dosa kita di masa lalu, disertai niat untuk memperbaiki diri, dengan terlebih dahulu membuat komitmen dengan diri sendiri untuk tidak mengulanginya di kemudian hari.
Ruang Inspirasi, Kamis, 2 Januari 2020.