JAKARTA, MENARA62.COM — Mungkin Anda sudah mendapatkan pesan berantai tentang sepasang suami-istri berwajah Tionghoa. Mereka berpose dengan sang istri menggendong dua buah boneka mirip manusia hidup berupa balita yang didandani dengan necis.
Ketika foto tersebut viral di medsos, ada yang mengenalinya bahwa mereka adalah pemilik sebuah rumah makan berinisal “ET” yang cukup kesohor larisnya, khususnya di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Pelanggannya termasuk kalangan Muslim.
Sepintas, tidak ada yang istimewa dengan potret tersebut. Tetapi, yang menggelitik adalah catatan di bawahnya:
“Hati-hati jika anda jalan-jalan ke mall atau ke mana saja kalau ketemu orang bawa boneka seperti ini. Janganlah Anda dekati mereka dan pegang-pegang bonekanya sambil mengucpkan kata-kata ‘lucunya….atau cantiknya’…pada boneka itu. Krn, itu bukan boneka biasa, tapi itu adalah boneka asal Thailand yang ada isinya (kuasa gelap/setan). Kalau di indonesia istilahnya TUYUL).”
Disebutkan pula bahwa khususnya di Medan, sekarang sudah banyak yang memiliki boneka seperti itu. Begitu juga di Jakarta, sudah ada yang memelihara. Mereka diduga sebagai orang-orang malas, pengangguran, atau ingin usahanya cepat maju.
Diingatkannya lagi, jika bertemu orang yang membawa boneka seperti itu di mana pun, sebaiknya pura-pura tidak melihat atau jangan dekati mereka. Sebab, jika Anda sampai tertarik, lalu mendekati, memegang, dan memujinya, saat itu juga kekutan sihir pada boneka tersebut mulai bekerja.
Konon, bayang-bayang boneka itu akan mengikuti orang yang menyukainya sampai rumah, lalu akan terjadi hal aneh, misal uangnya akan sering hilang secara misterius. Pasalnya, boneka itu adalah sejenis tuyul yang bisa mencuri uang orang yang suka kepadanya.
“Siapapun pemilik boneka itu pastinya ada perjanjian dengan setan. Mereka harus memelihara boneka itu dengan baik layaknya anak sendiri. Dan, tentu saja, harus ada tumbalnya…” demikian penutup caption foto sepasang suami yang menggendong dua boneka mirip bocah balita tadi.
Namanya Luk Thep
Itulah yang dinamakan Luk Thep (Look Thep), boneka yang ngetren di Thailand dalam satu dekade terakhir, namun di sana pamornya mulai redup. Editor foto hiburan dan budaya Time, Kenneth Bachor, pada 2016 membuat ulasannya ketika Luk Thep masih jadi idola.
“Pemilik percaya, jika merawat Luk Thep, keberuntungan akan datang pada bisnis dan keluarga mereka,” tulis Bachor, mengutip laporan fotografernya, Amanda Mustard, yang berbasis di Bangkok dan telah mendokumentasikan fenomena Luk Thep.
Luk Thep bermakna “malaikat anak” (child angels). Sebagian masyarakat Thailand memujanya bagai dewa. Mereka meyakini boneka tersebut mengandung arwah atau kekuatan spiritual alam ghaib.
Tetapi, cara mereka memperlakukan Luk Thep bermacam tingkatannya. Ada yang hanya menyimpannya di tempat bisnis, membawanya pulang, tidur bersamanya, mengajaknya jalan-jalan, memberinya makan, hingga mengenakannya baju bagus dan perhiasan mahal.
“Beberapa restoran di Thailand bahkan telah menawarkan menu untuk santapan khusus Luk Thep,” kata Mustard.
Maskapai Thai Smile Airways juga menyediakan seat untuk kehadiran Luk Thep yang diajak serta terbang oleh pemiliknya. Tidak gratis, tetapi cuma dikenakan tarif anak, sesuai karakter bocah boneka mistis itu.
“Boneka Luk Thep dapat diperlakukan seperti anak-anak karena mereka telah mengalami proses ‘spiritualisasi’ yang menghembuskan kehidupan ke dalamnya,” ucap pihak Thai Smile Airways.
Ciptaan Supranatural
Pencita boneka dan tokoh sentral dalam fenomena Luk Thep adalah supranatural terkemuka Mae Ning. Dia, dengan panggilan Mama Ning, mengaku sebagai ibu dari Luk Thep dan yang memiliki bonekanya sebagai murid.
Untuk memiliki atau “mengadopsi” Luk Thep tidak cukup dengan mengeluarkan uang, tetapi juga harus melalui proses spiritual. Mama Ning juga harus mencocokkan calon pemilik dengan ragam karakter Luk Thep.
“Ada banyak kesamaan dengan animisme, Taoisme, dan Hindu, yang merupakan asal dari Luk thep,” kata Mustard.
Pada Maret 2016, Mustard mendapat kesempatan untuk menghadiri upacara tradisional Wai Khru yang digelar Mama Ning. Di sana, dia bertemu keluarga yang baru saja mengadopsi boneka Luk Thep bernama Natalie.
Keluarga tersebut adalah sepasang suami istri dengan seorang putra berusia 8 atau 9 tahun. Mereka ‘megadopsi” Natalie agar terbantu mendapatkan anak perempuan.
Meghan MacRae, petualang asal Kanada, juga memiliki catatan khusus dari kesaksiannya atas fenomena Luk Thep di Negeri Gajah Putih. “Budaya Thailand sangat mementingkan jimat, patung, dan manifestasi fisik lainnya dari kekuatan dewa dan dewi, sehingga boneka-boneka pun dijadikannya jimat berbentuk bayi,” tulisnya di cvltnation.com.
Di mata Meghan, Luk Thep terlihat seperti kisah boneka bayi Reborn dengan watak brengsek yang ditayangkan BBC. “Menyeramkan. Bonekanya seperti manusia hidup yang dikumpulkan dan sering diperlakukan seperti anak manusia, dirasuki oleh jiwa anak-anak yang belum lahir, mati atau diaborsi,” kata Meghan.
Sakit Mental
Di sisi lain, tren Luk Thep mengundang kontroversi. Tidak semua orang Thailand menyukainya. Bahkan ada yang bereaksi keras dengan menyebut komunitas Luk Thep sebagai sakit mental.
Atas suara miring itu, penampakan Luk Thep semakin langka, apalagi setelah polisi Thailand menyebut bahwa boneka tersebut telah disalahgunakan kelompokmafia untuk menyelundupkan obat terlarang.
“Untuk alasan apa pun [pemilik] mungkin tidak tertarik merawat Luk Thep lagi. Mereka banyak menyerahkan boneka itu ke kuil, karena mereka meyakini bahwa benda apa pun yang mengandung arwah tidak dapat dibuang,” kata Mastrad.
Namun, ketika trennya di Thailand meredup, kini malah mulai merambah Indonesia sebagai idola baru. Seperti disebutkan dalam pesan berantai di awal tulisan ini, boneka semacam Luk Thep mulai mendapatkan “orangtua angkat” di Medan dan Jakarta. Itu pulakah yang digendong pemilik warung makan “ET”?