26.7 C
Jakarta

Publikasi di SINTA Jadi Pertimbangan Kenaikan Pangkat Dosen

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc, PhD, menandaskan jurnal terindeks Science and Technology Indexs (SINTA) dan akreditasi nasional dapat digunakan publikasi bagi dosen yang ingin naik pangkat dan meraih guru besar. Para dosen tidak lagi perlu susah payah untuk menggapai publikasi di Jurnal terindeks Scopus.

Direktur Jendral Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi (SDID), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesian (Kemendikbud) mengungkapkan hal tersebut pada Sidang Senat Terbuka Milad ke 59 UAD di Yogyakarta, Sabtu (21/12/2019).

Publikasi dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD), per 10 Desember 2019, di SINTA menempati urutan ke 14 di antara seluruh perguruan tinggi negeri/swasta (PTN/S) dan lembaga lain di Indonesia. Sedang di lingkungan perguruan tinggi swasta, UAD menempati urutan pertama.

“Awalnya, SINTA belum menjadi pertimbangan dan bisa dipakai untuk tunjangan serta kenaikan jabatan Guru Besar. Sekarang sudah menjadi pertimbangan dan syarat kenaikan jabatan Guru Besar. SINTA merupakan kontribusi salah satu dosen UAD,” kata Ghufron.

Di era industri 4.0, kata Ghufron, semuanya serba distruptive. Sehingga terjadi perubahan di luar pikiran manusia. Karena distruptive, semua berubah, semua dapat direkonstruksi, termasuk SINTA.

Sedang Rektor UAD, Dr Muchlas MT mengatakan universitas yang dipimpinnya telah menetapkan misi menjadi peguruan tinggi yang diakui secara internasional berdasarkan nilai Islam. UAD harus menjadi perguruan tinggi yang unggul dan mampu beradaptasi dalam perubahan global. Selain itu, UAD harus menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi, serta mampu mengimplementasikan nilai-nilai Islam dan Kemuhammadiyahan dalam kehidupan nyata di masyarakat.

“UAD naik klaster menjadi perguruan tinggi klaster utama. Kinerja pengabdian kepada masyarakat UAD juga berhasil naik klaster dari Sangat Memuaskan di tahun lalu, menjadi klaster Unggul di tahun ini,” kata Muchlas.

Saat ini, kata Muchlas, UAD memiliki 25.442 orang mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Selama tahun 2019, tercatat meraih 313 prestasi lokal, nasional dan internasional.

Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang mendapat dana dari Kemenristekdikti sebanyak 33 proposal, atau naik empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Sedang di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2019, UAD meraih medali emas dan menempati urutan ke 12. UAD menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta yang menempati 15 besar PIMNAS.

UAD sebagai salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) mengajarkan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Persentasi jumlah mahasiswa yang memahami AIK tahun 2018 sebanyak 6.997 orang. Sedang tahun 2019, sebanyak 8.974 mahasiswa atau meningkat sebesar 28,25 persen. Sedang mahasiswa yang fasih membaca Alquran sebanyak 6,714 mahasiswa tahun 2018, menjadi 7.067 orang tahun 2019, atau naik 5,26 persen.

Implementasi penjaminan mutu internal, jelas Muchlas, telah mengantarkan UAD meraih akreditasi A sejak tahun 2017. Tahun 2019, ada tiga program studi yang mendapat akreditasi A yaitu Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Ilmu Hukum, dan Sastra Indonesia. Sedang tiga program studi Farmasi, Biologi, dan Bimbingan Konseling ditargetkan meraih sertifikasi internasional AUN-QA.

“Saat ini UAD memiliki 50 program studi yang terdiri satu program vokasi (D4), 34 program sarjana (S1), 12 program magister (S2), dan tiga program profesi,” jelas Muchlas.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!