32.2 C
Jakarta

Desa Wisata Kelor Sleman Gelar Gladen Climen Jemparingan Gaya Mataraman

Baca Juga:

SLEMAN, MENARA62.COM – Ada yang berbeda di Desa Wisata Kelor Bangunkerto Turi, sebuah desa wisata yang berada di tengah perkebunan salak nan asri dengan panorama alam Gunung Merapi  yang melatari pada Ahad (3/10/2021). Puluhan pria mengenakan baju tradisional Jawa duduk sembari mengarahkan anak panah ke sasaran. Mereka tengah mengikuti olahraga tradisional khas Kerajaan Mataram yakni jemparingan.

Mengutip dari laman kratonjogja.id, jemparingan gaya Mataram merupakan olah raga panahan khas Kerajaan Mataram. Berbeda dari panahan pada umumnya yang dilakukan sambil berdiri, jemparingan dilakukan dengan duduk bersila.  Hal inilah yang dilestarikan para peminat Jemparingan gaya Mataraman ini dalam event “Gladen Climen Jemparingan “ dalam rangka gelar potensi BudayaKalurahan Budaya Mandiri Bangunkerto dengan puluhan peserta dari beberapa klub jemparingan gaya Mataraman di Sleman.

Acara ini dibuka oleh PJ. Lurah Bangunkerto Rachmad Widaryanto dan juga dihadiri Kunda kabudayan Kab Sleman, Hadi Mulyono SH.  Team monitoring Kalurahan  Mandiri Budaya, Lurah Bangunkerto beserta Lilik Agung   S.Sn.dan   Wahyu.S.Sn sebagai Pendamping Budaya.

Rachmad Widaryanto berharap dengan adanya acara ini selain untuk mengembangkan olahraga dan kebugaran tentunya juga untuk sarana membentuk watak kesatria sebagai nilai–nilai budaya yang harus dilestarikan.

Asal usul jemparingan di Kesultanan Yogyakarta, atau juga dikenal sebagai jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta, dapat ditelusuri sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), raja pertama Yogyakarta, mendorong segenap pengikut dan rakyatnya untuk belajar memanah sebagai sarana membentuk watak kesatria.

Watak kesatria yang dimaksudkan adalah empat nilai yang harus disandang oleh warga Yogyakarta. Keempat nilai yang diperintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk dijadikan pegangan oleh rakyatnya tersebut adalah sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh. Sawiji berarti berkonsentrasi, greget berarti semangat, sengguh berarti rasa percaya diri, dan ora mingkuh berarti bertanggung jawab.

Salah seorang peserta Gladen Climen Jemparingan, A Makruf menyampaikan selain merupakan kegiatan olah raga, jemparingan juga menjadi olah rasa yang mengandung nilai filosofi yang sangat dalam dan ini harus terus dilestarikan dalam masyarakat.

Jemparingan Gaya Mataram Yogyakarta, pemanah menggunakan jemparing atau anak panah yang terbuat dari bambu, gandewa atau busur yang terbuat dari bambu atau kayu, dan wong-wongan atau bandul yang terbuat dari kain berisi jerami sebagai sasaran. Berasal dari kata jemparing atau anak panah ini lah Jemparingan berasal.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!