YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Sejarah, terkadang bukan saja penting tentang masa lalu, namun juga bisa menjadi menentukan bagi masa depan. Itu sebabnya, Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah menggelar Kongres Sejarawan Muhammadiyah 2021.
Kongres ini, menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, merupakan ikhtiar yang bagus. Langkah ini, bukan hanya untuk melacak dan merekonstruksi sejarah Muhammadiyah dan upaya penulisan sejarah Muhammadiyah dalam berbagai dimensi, tetapi juga ingin menghadirkan apa yang disebut sebagai nilai-nilai moral dan perspektif atau pemikiran tentang Muhammadiyah ke depan.
“Ini sebagai langkah yang positif dari rangkaian besar kerja-kerja Muhammadiyah,” ujarnya.
Setigaknya, menurut Haedar, ketika berbicara sejarah, ada tiga dimensi yang perlu direkonstruksi. Pertama, sejarah yang terkait dengan peristiwa masa lalu. Peristiwa di masa lampau. Peristiwa itu, selalu terkait dengan aktor, konteks, dan peristiwa yang mempunyai makna, eksistensi, dan terjadi seperti apa adanya.
Seringkali, lanjut Haedar, terjadi simplifikasi terhadap sejarah yang sedang dibicarakan. Sehingga yang dibicarakan hanya satu peristiwa, atau hanya satu aktor, atau hanya satu konteks kejadian. Simplifikasi ini terjadi lebih massif ketika sejarah masuk ke dalam konstruksi politik. Sejarah menjadi ditentukan oleh siapa pemenangnya.
Kedua, berbicara tentang peristiwa yang hidup dalam pengetahuan masyarakat saat itu dan setelah itu. Sejarah tentang peristiwa ini seringkali bercampur aduk antara hikayat, legenda, bahkan mitos. Akan tetapi, selain itu juga ada pengetahuan obyektif yang hidup di masyarakat. Menurut Haedar, memahami pengetahuan kolektif masyarakat tentang sebuah peristiwa yang terjadi merupakan khazanah tersendiri, yang orang bisa masuk dari berbagai pintu.
Ketiga, pada level yang lebih sistematis, sejarah sebagai sebuah peristiwa itu dikonstruksi oleh para ahli sejarah. Tentu, kata Haedar, para ahli sejarah di dalam mengkonstruksi sejarah itu punya standar dan patokan, tetapi produk penulisan sejarah itu tetap terbuka untuk dikoreksi dan diperdebatkan.