SOLO, MENARA62.COM — Dalam kehidupan, di masyarakat selalu diwarnai dengan gesekan-gesekan, beberapa ketersinggungan, kekecewaan, salah paham, gagal faham, kemarahan, kecemburuan, perselisihan pendapat, pertengkaran, makian bahkan sampai pada hujatan. Kita dengan mudah menemukan itu dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di masa sekarang ini.
“Bisa melalui sosmed, gesekan-gesekan itu muncul. Yang pasti gesekan-gesekan itu bisa mengganggu dalam kehidupan kita. Salah satu contoh, bisa kita rasakan apabila ada komen atau tanggapan orang lain yang tidak selalu sefaham dengan apa yang kita rasakan,” ujar Wali Kelas 2 B SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta
Elina Dyah Indriyani SPd saat mengisi kultum, Selasa (27/3/2018), pagi pukul 07.00.
Elin menyampaikan, gesekan yang mengganggu tersebut bisa jadi merupakan sisi gelap yang mempengaruhi pikiran. “Ada baiknya, kita memandang sisi gelap tersebut dengan positif thinking atau at Tafkir Al Ijabi, yaitu semua itu sebagai pelengkap kehidupan dan gesekan itulah yang membuat hidup ini menjadi indah, oleh karena itu keindahan hidup ini salah satu sumbernya adalah fenomena berpasangan. Tidak hanya pria dan wanita, siang dan malam, bumi dengan langit, bahkan cinta berpasangan dengan benci dan seterusnya,” ujarnya.
Pasangan-pasangan kontradiktif itulah, menurut Elin, yang menjadikan hidup ini indah, sejatinya manusia tidak akan merasakan nikmat sehat, kalau tidak merasakan sakit, tidak akan merasakan damai bila tidak ada kekacauan dalam hidup.
“Dengan berfikir positif, kita akan menerima gesekan hidup sebagai bumbu penyedap rasa kehidupan yang menggairahkan, memotivasi kita senantiasa berada di jalan Allah, cara berfikir seperti inilah yang akan membuat kita menjadi orang yang peramah dan pemaaf, pendamai yang bahagia dan membahagiakan, bila kesalahan dan kekhilafan merupakan sifat yang ada pada setiap orang semestinya. Peramah dan pemaaf yang menjadi sifat yang seharusnya kita miliki. Dengan begitu, kita akan bisa memperkuat, memperkokoh, meneguhkan hubungan sosial kita,” ujarnya.
Untuk memaafkan kesalahan orang lain, menurut Elin ada lima hal yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Memperbesar rasa cinta dan kasih sayang kepada orang lain.
2. Mengakui dan menyadari semua kekurangan dan kekhilafan kita, dan kita pun menuntut untuk dipahami dimaklumi juga dimaafkan.
3. Meyakini bahwa sifat pemaaf itu membahagiakan dan sifat pemarah dan pendendam itu menyusahkan.
4. Meyakini bahwa sifat pemaaf itu walaupun berat, itulah jalan yang benar untuk memperkuat kepribadian, kedewasaan diri, dan menjadikan kita sebagai orang yang lebih bijak.
5. Meyakini bahwa sifat pemaaf itu, cara efektif dengan meraih maghfirah, yaitu ampunan dari Allah.
“Perjuangan menjadi pemaaf, akan mengajarkan kita banyak hikmah juga kejernihan pikiran dan itulah ciri orang bertaqwa,” ujarnya.