JAKARTA, MENARA62.COM — Muhammadiyah itu selalu berfikir berkemajuan. Paradigma berkemajuan itu, terus hidup sejak digagas KH Ahmad Dahlan dan menjadi pencerahan bagi pemikiran keumatan dan kebangsaan.
Demikian pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir ketika membuka pengkajian PP Muhammadiyah di Kampus Institut dan Bisnis Ahmad Dahlan di Jakarta, Ahad (12/5/2019).
Pemikiran berkemajuan ini, terus hidup dan berkembang dan makin dipopulerkan lagi oleh Mas Mansur pada tahun 1938 sampai tahun 1942. Kemudian terus berkembang dan diantaranya menjadi lima masalah pokok dalam pemikiran keagamaan, yang didalamnya mencakup persoalan hubungan manusia dengan Tuhan dan hbungan manusia kesesama manusia.
Berangkat dari mata rantai pemikiran Muhammadiyah itu, maka Tauhid atau dalam bahasa lain Aqidah dalam pemahaman Muhammadiyah bukan hanya menyoal kaitan hubungan dengan Allah semata, melainkan integral dengan hubungan dengan kemanusiaan.
“Tauhid yang mencerahkan adalah tauhid yang melahirkan teologi kemanusiaan semesta, yang membawa kebenaran, kebaikan, dan rahmat bagi semesta alam,” ujarnya.
Karenanya, menurut Haedar, setiap pembahasan iman pasti akan dikaitkan dengan amal sholeh, bahkan di hadits Nabi dikatakan tidak disebut orang itu beriman sampai mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri.