JAKARTA, MENARA62.COM – Pemerintah telah menetapkan new normal (kenormalan baru) sebagai era transisi di tengah pendemi Covid-19 yang telah memporakporandakan hampir semua aspek kehidupan manusia. Era new normal ini ditandai dengan mulai dibukanya kembali fungsi kehidupan sosial dan ekonomi.
“Masa ini merupakan masa menjalani kehidupan yang masih sangat memerlukan ketangguhan rohani dan jasmani, antara iman dan imunitas tubuh,” kata Ketua Umum Kowani Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo M.Pd pada acara Webinar Nasional Lintas Agama bertema Kesiapan Menghadapi Era New Normal Dari Perspektif Lintas Agama yang digelar Kowani bekerjasama dengan Kementerian Agama, Sabtu (25/7/2020).
Terlebih lagi di tengah kemajuan teknologi informasi seperti sekarang, di mana penyebaran arus informasi di tengah masyarakat begitu cepat. Namun, tidak jarang informasi yang disampaikan justru tidak tepat dan bisa meningkatkan kekhawatiran masyarakat, berpotensi munculnya perpecahan sosial maupun politik yang menguat.
Karena itu, Kowani lanjut Giwo, mengajak para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memiliki peran stategis terhadap umat masing-masing, untuk membantu pemerintah dalam menyikapi pandemi ini dengan nalar, bijak dan empati untuk menenangkan masyarakat, dan umatnya masing-masing.
Giwo menjelaskan, new normal adalah sebuah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, namun ditambah dengan kegiatan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Perubahan perilaku yang dimaksud meliputi perubahan perilaku secara individu dengan meningkatkan kebersihan diri (personal hygiene) dan menjalankan protokol kesehatan yang berlaku.
Menurut Giwo, era new normal merupakan suatu realita, yang harus kita hadapi, dengan jiwa kuat, fisik sehat, dan kematangan emosi yang mantap.
“Dalam agama kita diajarkan menjaga keseimbangan antara harapan (roja’) dan rasa “takut” (khouf),” lanjut Giwo.
Giwo mengingatkan bahwa harapan akan selalu ada jalan dan kekuatan dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga tumbuh optimisme, dan diimbangi rasa “takut” jika melanggar sunnatullah atau melanggar ketetapan aturan Nya. Oleh karenanya, menjadi sangat penting menjaga keseimbangan antara optimisme, semangat sehingga terus berbuat, berkarya, mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapi bangsa ini, sekaligus berusaha hati-hati untuk tidak abai dengan aturan yang didasari pengetahuan para ahli kesehatan agar menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan.
“Dengan ikhtiar yang maksimal, dengan tetap mohon perlindungan dan pertolongan Nya, kita baru bertawakkal kepada Allah SWT, semoga Bangsa Indonesia tetap kuat menghadapi ujian ini dan menjadi bangsa yang saling menguatkan, bersatu-padu dengan komponen bangsa,” tukasnya.
Giwo berharap para peserta webinar ini dapat semakin terbuka wawasannya dan bertambah ilmu sehingga dapat memahami, mendapatkan pencerahan serta motivasi spiritual dalam mempersiapkan diri serta keluarga dalam menghadapi era baru pandemi Covid-19 dari perspektif lintas agama.
“Saya juga mengharapkan acara ini dapat meningkatkan motivasi diri seluruh organisasi anggota yang bergabung di Kowani dari perspektif lintas agama,” tandas Giwo.
Menag Apresiasi Kowani
Sementara itu, Menteri Agama Fachrul Razi saat menyampaikan keynote speech mengapresiasi peran kaum ibu dalam masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) di tengah pandemi Covid-19. Kaum ibu berperan penting, salah satunya dalam mendampingi anak saat menjalani pembelajaran dari rumah.
“Kaum ibu telah menunjukkan perannya yang luar biasa. Berkumpul dengan anak di rumah, ibu mendidik budi pekerti dan akhlak mereka dengan berbagai kegiatan produktif,” ujar Menag.
Menag juga menyampaikan apresiasi atas kiprah ikut membangun bangsa yang telah dijalaninya hingga rentang 92 tahun pengabdian. Menag mengajak Kowani terus berada pada garda terdepan dalam gerakan kepedulian, juga dalam penguatan kerukunan. Apalagi, saat ini Indonesia dan dunia tengah menghadapi pandemi Covid-19.
“Covid telah berdampak pada banyak sektor, tidak hanya kesehatan, tapi juga ekonomi dan kesejahteraan. Namun, Covid juga harus menjadi momentum meningkatkan kepedulian sosial dan kerukunan,” terang Menag.
Kowani adalah federasi 97 organisasi wanita lingkup nasional yang berdiri sejak 22 Desember 1928 melalui Kongres Perempoean Indonesia Pertama di Yogyakarta. Saat ini, tanggal berdirinya Kowani tersebut diperingati sebagai Hari Ibu. Di dalam Kowani, berkumpul beragam organisasi, mulai dari organisasi profesi, organisasi keagamaan (Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Buddha), organisasi istri TNI dan Polri, organisasi kekaryaan, dan organisasi kemasyarakatan.