BANDUNG,MENARA62.COM-“Kehadiran universitas ini dikelola oleh para perempuan yang memiliki kemauan keras dengan seluruh potensi yang dimiliki dicurahkan untuk berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini dalam Grand Launching Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Bandung yang dilangsungkan secara daring pada Sabtu (17/10).
Disampaikan oleh Noordjannah, di tengah situasi pandemi ini ‘Aisyiyah terus bergerak tidak hanya dengan membantu mengatasi dampak Covid-19 tetapi juga terus bergerak dalam segala hal termasuk pendidikan. “Launching UNISA ini menunjukan betapa tetap bersemangatnya gerakan ‘Aisyiyah untuk terus bergerak dan memberikan kebaikan bagi kepentingan umat dan bangsa.”
‘Aisyiyah sebagai organisasi gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar menurut Noordjannah memiliki dasar dan pengalaman yang begitu kuat untuk mengembangkan dakwah bidang pendidikan dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi. Perkembangan amal usaha pendidikan diberbagai tingkatan ini dinilai Noordjannah sangat menggembirakan dan ini menujukkan bahwa perempuan memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan. Gerak dakwah ‘Aisyiyah ini juga sekaligus membuktikan pandangan Muhammadiyah yang memuliakan dan menghargai potensi perempuan sama dengan memuliakan laki-laki.
Noordjannah meminta segenap civitas akademika UNISA Bandung untuk senantiasa berikhtiar dan berjihad dalam menjalankan amanah mengelola UNISA Bandung ke depannya. “Tidak mungkin sebuah universitas dibangun tanpa keja keras, kerja ikhlas, dan kebersamaan yang harus menjadi paket yang ada dalam kultur UNISA Bandung.
Rektor UNISA Bandung, Tia Setiyawati menyampaikan bahwa peningkatan status STIKES ‘Aisyiyah menjadi Universitas berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 912/M/2020 tertanggal 20 September 2020 ini adalah jawaban atas tuntutan perkembangan jaman. Saat ini Unisa Bandung memiliki 3 rumpun keilmuan, yang melingkupi 9 Prodi. “Diantaranya adalah rumpun studi kesehatan, ekonomi dan humaniora, serta prodi science dan teknologi.” Akan tetapi sebagai Universitas baru, UNISA Bandung telah memiliki dasar yang kokoh yang merupakan warisan dari STIKES ‘Aisyiyah yang sudah delapan tahun berkarya. “Selama delapan tahun keberadaannya, STIKES ‘Aisyiyah Bandung telah meluluskan sebanyak 1499 D3 dan 372 S1. Lulusannya saat ini telah terserap 90% pada sektor kesehatan, dan 10% terserap kedalam sektor sesuai keahliannya.”
Tia berharap UNISA Bandung akan mampu mewujudkan visinya menjadi universitas yang unggul dalam ilmu pengetahuan, teknologi, kesehatan, dan seni berdasarkan nilai-nilai Islam Berkemajuan. “Visi ini ingin kami wujudkan dalam 25 tahun mendatang yang kami nilai tepat sasaran dan sesuai untuk menjawab tantangan masa depan terutama untuk terwujudnya kemandirian ekonomi dan teknologi yang berwawasan kesehatan.”
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Wilayah 4 Jabar Banten, Uman Suherman dalam ucapan selamatnya kepada UNISA Bandung menyampaikan bahwa kebanggan sendiri atas telah resmi berdirinya UNISA Bandung ini. “Rekomendasi yang kami berikan betul-betul atas penelaahan mendalam atas syarat-syarat yang sudah dibuktikan oleh keluarga besar ‘Aisyiyah dalam upaya mengusung UNISA di Bandung.”
Hadir menyampaikan keynote speech, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengucapkan selamat atas telah resmi berdirinya UNISA Bandung. Menurut Haedar, hadirnya UNISA Bandung harus dijadikan gelora semangat yang tidak boleh padam pada pergerakan organisasi perempuan. Jangan sampai karena besarnya harapan, ‘Aisyiyah menjadi inferior atas amanah-amanah yang diembannya. “Harapan ini jangan menjadi sesuatu yang membuat stres, tetapi harus tetap membangkitkan semangat yang menyala di tubuh ibu-ibu ‘Aisyiyah,” tuturnya.
‘Aisyiyah bagi Haedar telah melahirkan pranata baru yakni Universitas ‘Aisyiyah. UNISA sebagai pranata baru yang dirancang-bangun oleh ‘Aisyiyah adalah milestone yang namanya sudah memiliki branding kuat. Hikmah yang bisa dipetik atas berdirinya Unisa adalah etos badlul juhdi.
“Yaitu menggerahkan segala kemampuan yang menyatukan jiwa, pikiran, sikap dan tindakan menjadi sesuatu yang energinya luar biasa, itu yang disebut sebagai badlul juhdi. Di situ ada komitmen, niat tekad yang kuat, kegigihan dan perjuangan tak kenal lelah dan tak kenal menyerah, dan itu juga menjadi karakter Muhammadiyah,” ucap Haedar.
Kehadiran Unisa Bandung di Jabar diharapkan akan memberikan dampak signifikan bagi bidang pendidikan. Kampus yang dimiliki sepenuhnya oleh organisasi perempuan ini juga sebagai investasi dan legacy dari pergerakan perempuan, bahwa perempuan tidak hanya berkutat dalam urusan domestik.
Kesuksesan yang dialami oleh ‘Aisyiyah saat ini menurut Haedar tidak bisa dilepaskan dari DNA Muhammadiyah, yakni jiwa produktif dan konstruktif. Jiwa ini yang menjadikan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah selalu hadir dan memberi pada kondisi sulit, dan lokasi terjauh.
“Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah itu tidak tong kosong bunyinya nyaring, itu bukan karakter Muhammadiyah-’Aisyiyah,” tegas Haedar.