JAKARTA, MENARA62.COM– Tahun 2019 Indonesia akan menggelar pesta demokrasi untuk memilih anggota badan legislatif dan presiden. Waktu yang tinggal hitungan bulan tersebut mendorong partai politik terus menggodok siapa kandidat yang bakal dimajukan.
Untuk melihat potensi kandidat, hampir semua parpol menggunakan hasil survei yang digelar baik oleh lembaga survei independen maupun lembaga survei internal parpol. Hasil survei dinilai menjadi indikator paling tepat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Untuk memberikan gambaran terkait peta persaingan menuju 2019, ALVARA Research Center (ARC) pun menggelar survei nasional. Survei ini melibatkan 2.203 responden terpilih dari berbagai wilayah di Tanah Air memfokuskan diri ke figur Joko Widodo.
Alasannya, kata Hasanuddin Ali, CEO ARC, karena Jokowi memiliki peluang untuk maju lagi dalam Pemilu 2019. Dasar dari penilaian tersebut antara lain adanya kepuasan publik terhadap Jokowi-JK yang mencapai 77,3 persen.
Dan dugan Hasanuddin tepat. Karena dalam Pembukaan Rakernas III PDIP yang berlangsung Jumat (23/02) di Bali, seperti dikutip dari Detik.com Megawati mengumumkan secara resmi Jokowi bakal kembali diusung menjadi Capres 2019. Meski Rakernas berlangsung tertutup, tapi cuitan sejumlah petinggi partai memastikan keputusan besar tersebut benar adanya.
Selain itu Jokowi masih menduduki popularitas tertinggi dibanding tokoh lain mencapai 98 persen dengan top of mind 56,4 persen. Popularitas Prabowo Subianto berada diurutan ke dua dengan persentase 94,8 persen dan top of mind 29,9 persen.
“Lawan terberat Joko Widodo dalam berbagai skenario simulasi adalah Prabowo Subianto, yang selalu diperingkat kedua,” jelas Hasanuddin, Jumat (23/02).
Dengan memfokuskan penelitian pada figur Jokowi sebagai Capres, ARC kemudian memberikan pertanyaan kepada responden terkain sosok Cawapres potensial. Muncullah nama Agus Harimurti Yudhoyono pada urutan pertama, dengan persentase 17,2 persen, kemudian Gatot Nurmantyo 15,2 persen, Jusuf Kalla 13,1 persen, Anies Baswedan 9,3 persen, dan Muhaimin Iskandar 8,9 persen.
Profil responden ARC
Riset ini menggunakan pendekatan riset kuantitatif, survey dilakukan melalui wawancara tatap muka (face-to-face interview) dengan menggunakan kuesioner. Survey dilaksanakan dari tanggal 17 Januari hingga 7 Februari 2018.
Metode sampling yang digunakan dalam riset ini adalah multi-stage random sampling, dengan margin of error sebesar 2 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel diambil di seluruh Provinsi di Indonesia, dengan jumlah sampel tiap provinsi proporsional terhadap jumlah penduduk sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.
Profil responden sesuai dengan profil demografi Indonesia. Mayoritas responden tinggal di rural 46 persen dan urban 54 persen. Responden seimbang antara Laki-laki (50,4 persen) dan Perempuan (49,6 persen), serta mayoritas dari Generasi Millennial 50,5 persen.
Berdasarkan pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SMA/sederajat (53,9 persen), kemudian SMP/sederajat 18,4 persen, serta dari kalangan menengah dan menengah bawah (kategori SEC B sebesar 33,8 persen, SEC C1 sebesar 31,7 persen, serta SEC C2 sebesar 15,8 persen). Mayoritas responden beragama Islam (92 persen), berasal dari suku Jawa (40,3 persen), kemudian Sunda (14,9 persen) dan Melayu (6,3 persen).
Dilihat dari sisi segmentasi pemilih dari sisi psikografis, mayoritas pemilih merupakan pemilih rasional (52,8 persen), pemilih galau (37,8 persen) dan pemilih apatis (9,8 persen). Pemilih rasional didominasi kelas menengah atas dan usia muda, pemilih galau banyak pemilih kelas menengah dan di usia muda dewasa, semntara pemilih apatis dimoninasi kelas menengah dan usia muda.