JAKARTA, MENARA62.COM — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus memperkuat kemitraan dengan pihak swasta dalam upaya percepatan penurunan stunting nasional melalui implementasi program gizi terintegrasi.
Kali ini BKKBN bersama organisasi filantropi dan sejumlah perusahaan swasta yakni Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia, Tbk., serta pemerintah Amerika Serikat, melalui United States Agency for International Development (USAID) membuat Nota Kesepahaman Bersama (MoU) untuk ikut membantu BKKBN menekan prevalensi stunting yang ditargetkan turun 14% pada tahun 2024.
MoU tersebut ditandatangani oleh Mission Director USAID, Jeffery P. Cohen, Head of ECED Tanoto Foundation Eddy Henry, Kepala Departemen Dampak Sosial PT Amman Mineral Nusa Tenggara Priyo Prasetyo Pramono, Direktur Yayasan Bakti Barito Dian Anis Purbasari dan Executive Vice President PT Bank Central Asia,Tbk. Hera F. Haryn. Penandatangan MoU tersebut disaksikan langsung oleh Kepala BKKBN Dr. (H.C). dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG. (K) di Auditorium BKKBN, Jumat (23/09/2022).
Dalam sambutannya Kepala BKKBN Dokter Hasto mengatakan, masalah kesehatan erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dalam hal ini indikator terdekatnya adalah stunting. Hal tersebut juga kerap disampaikan Presiden Joko Widodo dalam setiap kesempatan bahwa kita semua harus bekerjasama untuk menciptakan generasi unggul untuk Indonesia maju.
“Kemudian seluruh pemerintah bergerak untuk meningkatkan human development indeks yang didalamnya unsur kesehatan, unsur pendidikan, dan pendapatan per kapita. Kemudian akhir-akhir ini indikator baru human capital indeks juga menjadi perhatian serius, karena baik di dalam human development indeks maupun human capital indeks maka unsur kualitas SDM menjadi fokus of interest kita semua,” kata Dokter Hasto.
Dokter Hasto menjelaskan, stunting sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan dan kualitas pendidikan karena dampak dari stunting adalah kemampuan intelektual yang di bawah standar. Hal tersebut, sambung Dokter Hasto, akan menjadi masalah besar ketika Indonesia tengah menikmati manisnya bonus demografi namun disisi lain prevalensi stunting masih diangka 24,4%.
Oleh karena itu Dokter Hasto mengucapkan terima kasih kepada pihak swasta yang telah membantu BKKBN dalam upaya meningkatkan kualitas SDM dari hulu hingga hilir diantaranya intervensi prevalensi stunting dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan kepada anak-anak Indonesia.
“Suboptimal nutrition bagi 1000 hari kehidupan pertama dari hulu sampai hilir tadi dari spesifik maupun sensitif ternyata kita semua suboptimal health education dan pengetahuan kita ini ternyata sangat kurang. Kalau kita itu buang air besar sembarangan sehingga sanitasi kita tidak bagus akan ada bakteri Ecoli yang sangat serius membuat diare. Sehingga angka diare kita masih 20 persen kemudian kalau diare membuat berat badan tidak naik meskipun makan banyak. Kalau tiga bulan berat badan tidak naik maka tinggi badan juga tidak naik,” ujarnya.
Dokter Hasto pun berharap kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan yang bersih, air dan sanitasi yang bagus menjadi penting disamping rumah yang layak huni.
Dia pun menambahkan, BKKBN siap memberikan sumber data yang valid kepada seluruh mitranya mengenai rumah tidak layak huni, keluarga berisiko tinggi stunting hingga keluarga yang tidak memiliki sanitasi dan air bersih by name by address.
BKKBN, kata Dokter Hasto, sudah teruji untuk mengubah perilaku masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan program dua anak cukup sehingga terciptanya gerakan masyarakat ke Puskemas untuk melakukan kegiatan Keluarga Berencana.
Oleh karena itu Dokter Hasto optimistis dengan bergeraknya seluruh komponen bangsa dapat menekan prevalensi stunting, terutama di 12 Provinsi prioritas percepatan penurunan stunting yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Aceh. Kemudian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sumatera Utara.
“Banyak sekali mitra-mitra lain yang sudah bergabung dan nanti juga bersama-sama Tanoto, USAID. Kita ambil contoh seperti 1000 days foundation juga sudah bergerak yang kemudian secara bersamaan juga bersama Tanoto Foundation untuk kemudian memasang poster tentang stunting di setiap rumah di provinsi-provinsi tertentu yang menjadi prioritas. Untuk itu saya kira itu menjadi bagian edukasi yang penting,” tuturnya.
Sementara itu, Head of ECED Tanoto Foundation Eddy Henry mengatakan bahwa pihaknya sangat senang bisa berkolaborasi dengan BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Eddy menyebut, BKKBN dengan tangan terbuka memberikan masukan kepada Tanoto Foundation untuk memberikan arahan dan edukasi terkait program-program stunting. Oleh karena itu pihaknya mengucapkan banyak terima kasih.
“Sehingga hari ini kita semakin percaya diri dalam melakukan projek ini. Target 14% tinggal dua tahun lagi, kami harapkan kerjasama ini bisa segera kami lakukan tidak hanya di nasional tapi di provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa yang membutuhkan program ini,” kata Eddy dalam sambutannya.
Senada dengan Eddy, Mission Director USAID, Jeffery P. Cohen menyambut baik bergabungnya para mitra BKKBN dalam percepatan penurunan stunting. Menurutnya, program stunting tidak akan bisa berjalan jika hanya dilakukan oleh satu pihak saja.
Namun melalui sinergi dan bantuan dari pihak swasta maka program percepatan penurunan stunting akan bisa mencapai target 14% pada 2024 mendatang.
“Saya berharap dapat memperluas kemitraan. Saya tidak sabar Indonesia menuju kemandirian. Kami menghormati mitra sektor swasta tidak hanya bisnis tapi perubahan sosial bagi masyarakat,” ujar Jeffery.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication PT Bank Central Asia,Tbk. Hera F. Haryn menambahkan, pihaknya optimis bahwa upaya pengentasan stunting dan gizi buruk membutuhkan peran serta dari berbagai pihak. Untuk itu, BCA berkomitmen menjalin upaya kolaboratif untuk berperan serta guna mendukung upaya pemerintah tersebut sebagai tanggung jawab bersama.
Selain itu, BCA juga mendukung salah satu program BKKBN yaitu memberikan layanan subsidi kepada lebih dari 21.000 pasien KB di dua Klinik Binaan BCA yaitu Praktek Dokter Duri Utara dan Klinik Bakti Medika yang berjalan sejak 2012 hingga saat ini.
“Kami telah melakukan beragam kegiatan edukasi tentang makanan sehat dan kesehatan diri di 17 sekolah untuk lebih dari 3.000 pelajar usia dini. Kami berharap, semoga kolaborasi ini dapat mempercepat Indonesia membangun kapasitas kelembagaan dan tata kelola untuk mengurangi stunting melalui intervensi gizi yang lebih baik.” ujar Hera.
Direktur Yayasan Bakti Barito Dian Anis Purbasari dalam kesempatan itu menambahkan, pihak berharap kolaborasi bersama mitra dari sektor swasta dengan USAID dan BKKBN ini akan menghasilkan solusi nyata yang dapat diimplementasikan dan memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan nutrisi yang diperlukan sedini mungkin, serta tumbuh di dalam lingkungan keluarga yang baik dan suportif adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan berkelanjutan.
“Kami bangga menjadi bagian dari Program PASTI, untuk membantu mengatasi stunting melalui program strategis seperti antara lain penyediaan nutrisi, pembangunan kapasitas serta mendorong perubahan perilaku sosial ke arah yang lebih baik lagi,” ucap Dian.
Terakhir, Kepala Departemen Dampak Sosial PT Amman Mineral Nusa Tenggara Priyo Prasetyo Pramono menambahkan, pihaknya turut mendukung upaya mengatasi stunting untuk membangun masa depan Indonesia dengan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, dan berdaya saing.
Priyo menuturkan, kemitraan ini selaras dengan visi AMMAN untuk menciptakan warisan terbaik tidak hanya dalam aspek operasional, melainkan juga dampak positif bagi masyarakat Indonesia.
“Kemitraan yang dijalin dengan penandatanganan MoU ini merupakan upaya proaktif AMMAN untuk memperluas dampak sosialnya dengan berkolaborasi dengan organisasi dan institusi dengan visi yang serupa. Sebagai perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia yang mengoperasikan tambang Batu Hijau di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), AMMAN juga sebelumnya telah menginisiasi program pencegahan stunting di KSB bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk periode tiga tahun,” jelas Priyo.
Tidak hanya soal stunting, MoU antara USAID dan Tanoto Foundation, AMMAN, Yayasan Bakti Barito, dan BCA ini juga berkontribusi pada tujuan Strategi Kerjasama Pembangunan Negara AS – Indonesia 2020-2025, dan Strategi Multi Sektoral USAID untuk Gizi dan Pencegahan Kematian Ibu dan Anak 2014-2025.