BANDARLAMPUNG, MENARA62.COM — BMKG tegaskan tak ada tsunami di pesisir Lampung. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di sekitar pesisir pantai Provinsi Lampung, khususnya wilayah selatan tidak perlu khawatir akan terjadi tsunami.
“Kenaikan permukaan air laut yang terjadi Sabtu malam adalah fenomena umum pasang surut maksimum,” demikian pernyataan BMKG, seperti dilansir Antara, Ahad (23/12/2018).
Disebutkan bahwa fenomena umum pasang surut maksimum itu disebabkan karena adanya siklus astronomi tahunan seperti biasa. Artinya, kondisi itu adalah gejala normal, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan terjadi tsunami.
Berdasarkan pantauan peralatan yang dimiliki BMKG Lampung, tidak tercatat adanya gempa di sekitar Provinsi Lampung sebagai salah satu faktor pemicu adanya tsunami.
Karena itu, BMKG mengimbau kepada masyarakat di sekitar pesisir pantai untuk tetap waspada dan tenang, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
BACA JUGA: BMKG Ingatkan Daerah Terdampak Gempa Waspadi Banjir dan Longsor |
Warga diimbau segera kembali ke rumah masing-masing dan saling mengingatkan sesama warga agar tidak mudah termakan isu kabar bohong yang menyebar.
BMKG menegaskan, bila diprakirakan akan terjadi tsunami atau ada gempa, pihaknya sebagai institusi resmi pemerintah akan memberikan peringatan dan informasi lebih lanjut.
Warga kawasan pesisir di Lampung Selatan dan Kota Bandarlampung, Sabtu malam, dihebohkan oleh informasi adanya peningkatan pasang dan surut air laut, dan masyarakat menduga ini sebagai gejala tsunami.
BACA JUGA: BMKG Akan Lakukan Pengamatan Gerhana Bulan Total di 20 Titik |
Masyarakat di sekitar Telukbetung, Bandarlampung berhamburan panik keluar rumah mencari tempat yang dianggap aman, menyikapi isu adanya tsunami.
Menurut warga sekitar Gudang Lelang, mereka mendapati air laut surut tiba-tiba, meskipun tidak merasakan guncangan akibat gempa sekitar pukul 22.00 WIB.
Sebagian warga Gudang Lelang, Kelurahan Bumi Waras, Bandarlampung bahkan sudah mengosongkan rumah kediaman mereka untuk naik ke daerah yang lebih tinggi seperti di kawasan sekitar Mapolda Lampung dan sekitarnya.
Warga Lempasing dan Panjang di Bandarlampung yang juga dekat dengan perairan laut, sebagian sudah mengungsi ke rumah-rumah saudaranya di daerah yang lebih tinggi.
Keterangan dari warga sekitar, mereka sempat menerima kabar dari Kalianda, Lampung Selatan bahwa air laut sudah naik, sehingga mereka keluar rumah untuk menyelamatkan diri bersama keluarga.
Namun, sekitar pukul 23.00 WIB, setelah ada informasi dari pihak BMKG bahwa kenaikan air laut ini hanya fenomena pasang air laut, warga yang berhamburan keluar karena terdampak isu adanya tsunami itu, mulai pulang meski masih ada pula yang belum berani pulang dan memilih mengungsi ke tempat kerabat mereka yang dinilai lebih aman.
BMKG menjelaskan, pada 22 Desember 2018 pukul 22.00 telah terjadi kenaikan air laut hingga mencapai permukiman rumah warga di sejumlah kawasan pesisir Lampung.
BACA JUGA: Masyarakat Diimbau Buka Layanan BMKG Terkait Informasi Gempa |
Berdasarkan data perkiraan pasang surut air laut dari Dishidros, pasang maksimum air laut terjadi pada pukul 18.00 – 19.00 WIB dengan tinggi hingga 1,5 meter.
BMKG menyampaikan pula analisis penyebab terjadi gelombang air laut pasang karena posisi terdekat antara bumi dan bulan yang akan terjadi pada tanggal 24 Desember 2018 atau yang disebut Perigee.
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat ini akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah.
Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama, demikian BMKG Lampung.