SURABAYA, MENARA62.COM – Batik merupakan produk budaya bangsa Indonesia yang terus berkembang. Sebagai budaya bangsa, batik harus terus dikembangkan agar tidak tergerus oleh waktu. Standardisasi batik merupakan tools untuk menjamin kelestarian batik.
Oleh karenanya, Badan Standardisasi Nasional (BSN) terus mendorong industri batik di Indonesia untuk menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Seperti yang saat ini dilakukan untuk 5 Industri Kecil Menengah (IKM) batik di Jawa Timur. BSN melakukan pembinaan terhadap industri tersebut hingga meraih SNI. Demikian disampaikan Kepala Kantor Layanan Teknis (KLT) BSN Wilayah Jawa Timur, Yuniar Wahyudi, di Surabaya, Jum’at (6/12/2019).
Agar proses pembinaan berjalan efektif, lanjut Yuniar, BSN juga menggandeng pemangku kepentingan di Jawa Timur.
“Dari 5 IKM batik di Jawa Timur yang dibina, 2 diantaranya merupakan sinergi dengan PT. Petrokimia Gresik dan telah sukses mendapatkan SPPT SNI berdasarkan SNI 8302:2016, batik tulis – kain – ciri, syarat mutu, dan metode uji, yaitu UD Vatur Jaya dan UD Zulpah Batik Madura,” terang Yuniar dalam siaran persnya.
SPPT SNI atau Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI diterbitkan setelah melalui serangkaian proses sertifikasi yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LsPro) yang sudah terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Hingga akhir tahun 2018, tercatat ada 9.824 perajin/IKM Batik yang tersebar berbagai daerah di wilayah Jawa Timur, dengan daya serap mencapai 29.571 tenaga kerja.
“Jumlah IKM terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data, tren peningkatan jumlah IKM Batik rata-rata 3-5 persen per tahun dengan daerah penyebaran terutama di daerah-daerah yang dikenal memiliki kekhasan motif batik antara lain Madura, Tuban, Tulungagung dan Banyuwangi,”ujarnya.
Oleh karenanya, KLT BSN di Surabaya siap mendukung para pelaku IKM di Jawa Timur untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produknya melalui penerapan SNI. Bagi BSN, nilai batik harus dapat terus terjaga, dan kualitas batik itu sendiri harus terjamin.
”KLT BSN selalu terbuka untuk membina IKM yang memang ingin naik kelas,” tegas Yuniar.
Dengan perkembangan zaman, dimana pemahaman umum tentang batik menjadi beragam, maka di setiap daerah pun, IKM batik memiliki ragam motif yang bermacam-macam dan memiliki identitas masing-masing. Pertimbangan ekonomi dan industrialisasi batik tak pelak memunculkan teknologi proses baru yang sedikit melenceng dari konsep awal batik, sehingga muncul produk-produk tiruan batik.
“Berkaitan itu, BSN menyusun SNI 0239:2014 tentang pengertian dan istilah-istilah batik, agar ada kesamaan persepsi masyarakat tentang batik. Berdasarkan SNI 0239:2014, batik dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi. Kesemuanya memiliki ciri khas masing-masing,” tambah Yuniar.
Dalam SNI juga mempersyaratkan mutu batik. Seperti dalam SNI 8302:2016, ciri-ciri batik tulis diantaranya berbau malam serta terdapat rembesan warna yang disebabkan tipisnya goresan malam.
“Adanya rembesan warna dalam batik tidak selamanya negatif. Justru itu merupakan ciri khas batik tulis,” terang Yuniar.
Ia menambahkan, berdasar SNI 8302:2016, batik tulis harus kuat dan tidak mudah sobek dan harus tahan luntur warna. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan SNI dapat menjamin keaslian dan kualitas batik.