JAKRTA, MENARA62.COM—Hoax atau berita bohong akhir-akhir ini sering ditemukan dan didengar di sekitar kita. Maraknya pengguna media sosial adalah satu penyebab yang melahirkan hoax tersebut.
Pada Selasa (21/2/2017) Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah mengadakan dialog pers dengan tema menangkal penyalahgunaan medsos dengan menghadirkan tiga pembicara, yaitu Prof. Dr. Ibnu Hamad (Gurubesar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia), Dr Usman Yatim (Direktur Uji Kompetensi Wartawan PWI Pusat), dan Dr. Rulli Nasrullah (Wakil Pemred Menara62 dan Pakar Medsos) di aula Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat.
Salah satu penyebab tersebarnya berita bohong atau hoax adalah kurangnya verifikasi oleh pengguna medsos terhadap berita yang didapat dan disebarkan melalui medsosnya. “Verifikasi sangat penting dan menjadi hal utama dalam menyebarkan berita,” ujar Prof Ibnu. Selama ini hoax selalu bertebaran di media sosial karena kurangnya verifikasi tersebut. Sementara itu, setiap hari selalu ada berita yang lolos dari kejelian pembaca dan langsung menyebarkan tanpa memverifikasi sumber berita tersebut.
Dr Rulli Nasrullah menyebutkan, pengguna media sosial rata-rata mengalami sakit jiwa. “Pengguna sosmed sebenarnya sudah mulai sakit jiwa. Terbukti, ketika sedang mengalami musibah (sakit) lalu melakukan swafoto dan diunggah di akun medsosnya.” Mengenai hoax, Kang Arul (panggilan akrabnya) menyampaikan bahwa istilah hoax sebenarnya sudah ada sejak dulu bahkan sejak Nabi Adam sebelum pindah ke bumi. Salah satu penyebab tersebarnya hoax menurutnya adalah sakit jiwa yang telah disampaikan di atas.
Sedang Dr Usman mengatakan bahwa hoax tidak akan pernah berhenti selama pengguna media sosial masih ada. “Selama pengguna medsos masih ada, hoax akan terus ada dan terus lahir.” Masyarakat boleh menolak berita bohong atau hoax tersebut tapi tetap sulit menghindarinya. “Hoax boleh jadi sangat ditolak, tapi kehadirannya tidak bisa sihindari,” ucap Usman.