JAKARTA, MENARA62.COM – Praktisi Master of Ceremony (MC) atau pewara yang juga Dosen Universitas Muhamamdiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Dr. Nurlina Rahman, S.Pd, M.Si kembali tampil sebagai narasumber dalam kegiatan Pelatihan Public Speaking yang digelar di SMK Negeri 3 Jakarta. Pelatihan yang digelar pada 24-25 Oktober 2024 tersebut, ditujukan bagi siswa dari program studi Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Sebelumnya, SMK Negeri 3 Jakarta juga telah menggelar pelatihan public speaking bagi siswa program studi Manajemen Perkantoran pada tanggal 17-18 Oktober 2024 dengan narasumber yang sama.
Dalam kegiatan pelatihan public speaking tersebut, Nurlina membawakan empat materi sekaligus yakni Event Management & Etika Protokol, Tugas & Fungsi Pewara dalam Teknik dan Penerapan, Etika Kepribadian serta Teknik Mengolah Vokal. Keempat materi tersebut merupakan poin penting yang harus dipahami ketika siswa ingin meningkatkan kompetensi bidang public speaking.
Ketua Program Studi (Kaprodi) TKJ SMKN 3 Jakarta, Afrizal Lazuard Ichsan, S.Pd mengatakan kegiatan pelatihan public speaking bagi siswa Prodi TKJ memang menjadi hal yang baru dan tidak banyak dilakukan oleh sekolah-sekolah vokasi lainnya. “Sebagai orang yang banyak bekerja di belakang layar, acapkali kemampuan public speaking tidak begitu diperhatikan di Prodi TKJ. Namun di SMKN 3 Jakarta sudah sejak tahun lalu kami berikan pembekalan kemampuan berkomunikasi bagi siswa dari Prodi TKJ ini,” ujar Afrizal.
BACA JUGA: 72 Siswa SMK Negeri 3 Jakarta Belajar Public Speaking Bersama Praktisi Dr Nurlina Rahman |
Alasannya, kompetensi public speaking merupakan jenis soft skill yang penting dikuasai oleh tenaga kerja termasuk lulusan TKJ. Kemampuan komunikasi seperti berbicara di depan publik dalam forum resmi, menjadi pewara, berpidato, memimpin diskusi dan lainnya bisa menunjang karier seseorang di sebuah korporasi atau institusi.
Diakui Afrizal, siswa Prodi TKJ sebagian besar kurang aktif berkomunikasi saat di ruang kelas. Namun setelah mengikuti sesi pelatihan public speaking, hasilnya di luar dugaan. “Banyak anak-anak yang berbakat dan memiliki potensi public speaking dapat terasah dengan baik,” lanjutnya.
Menurut Afrizal, dalam pelatihan public speaking, narasumber Nurlina Rahman tidak hanya memberikan teori-teori terkait komunikasi dan public speaking. Namun juga mengajak semua siswa untuk langsung praktik baik secara perorangan maupun kelompok. Ada yang praktik menjadi pewara, praktik menjadi ketua panitia, mengisi acara dan mengorganisir even.
“Siswa sangat bersemangat. Semua mendapat kesempatan untuk eksplorasi diri menjadi pewara,” jelasnya.
BACA JUGA: Praktisi Public Speaking Dr. Nurlina Berbagi Ilmu Pewara dengan Guru-Guru SMKN 19 Jakarta |
Ia berharap kerja sama antara SMKN 3 Jakarta dengan Nurlina Rahman yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Afiliasi Pengajar, Peneliti Budaya, Bahasa, Sastra, Komunikasi, Seni dan Desain (APEBSKID) DKI Jakarta dan Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya PWM DKI Jakarta tersebut dapat terus berlanjut. “Siswa senang dengan metode pelatihan yang dilakukan Ibu Nurlina,” ujarnya.
Lebih lanjut, Afrizal menyampaikan pelatihan public speaking yang rutin digelar setiap tahun, menjadi kompetensi tambahan yang diberikan kepada semua siswa SMKN 3 Jakarta. Karena itu, pelatihan public speaking menyasar siswa kelas XII yang sebentar lagi lulus dan segera memasuki dunia kerja.
“Antusisme yang luar biasa dari peserta didik, dari pagi hingga sore hari menambah semangat kami bersama Kaprodi Manajemen Perkantoran Ibu Emmi Pasaribu, M.Pd. untuk tetap melanjutkan program ini untuk tahun-tahun yang akan datang,” tandasnya.
Afrizal juga menyampaikan bahwa materi yang disampaikan narasumber sangat mudah untuk dipahami oleh siswa. Bahkan siswa menjadi termotivasi untuk belajar tentang public speaking, dan cara berkomunikasi yang baik dan benar.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Nurlina Rahman yang telah memberikan ilmu public speaking kepada siswa. Alhamdulillah materinya luar biasa dan bisa memberikan motivasi kepada siswa bagaimana cara mereka untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, bagaimana mereka bisa menyampaikan konunikasi yang baik dan efektif dan bisa diterima oleh semua kalangan,” katanya.
Sementara itu dalam paparannya, Nurlina memulai sesi materinya dengan memberikan pemahaman kepada siswa terkait managemen event. “Managemen lebih dikonotasikan sebagai urusan yang berkaitan dengan entitas bisnis atau perusahaan. Padahal urusan managemen itu sangat luas. Termasuk dalam sebuah even, tanpa managemen maka event tentu tidak akan maksimal hasilnya,” ujar Nurlina.
BACA JUGA: Dosen UHAMKA Dr. Nurlina Rahman Beri Pelatihan Komunikasi Efektif dalam TPTKP bagi 50 Anggota Polri |
Menurut Nurlina, seni managemen event penting dikuasai guna memenuhi target yang akan dicapai seseorang, kelompok, atau organisasi. Seni mengelola managemen ini meliputi tahapan persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
Dalam managemen event, hal lain yang harus juga dipahami adalah protokoler. Ini sebenarnya hampir mirip dengan management event, hanya saja protokoler lebih menitikberatkan pada berhasil tidaknya pelaksanaan suatu kegiatan. Dengan demikian masalah protokoler lebih ditekankan pada hal-hal yang mengatur seluruh manusia yang terlibat dalam pelaksanakaan suatu kegiatan.
“Pada hakekatnya protokoler ialah seluruh hal tentang perencanaan, pengaturan, pengawasan terhadap pelaksanaan suatu kegiatan,” tegasnnya.
Diakui Nurlina, banyak orang menganggap bahwa ilmu keprotokolan hanya dapat digunakan untuk acara-acara formal yang dihadiri pejabat pemerintah ataupun untuk acara-acara resmi kenegaraan saja. Padahal ilmu keprotokolan dapat dituangkan ke dalam berbagai kegiatan.
Lebih lanjut Nurlina mengatakan kegiatan keprotokolan pada saat ini merupakan sesuatu kebutuhan yang penting, baik itu dikalangan pemerintah maupun swasta. Oleh sebab itu para petugas protokol perlu mengerti dan memahami tentang peraturan-peraturan yang berlaku dan dipergunakan sebagai dasar pelaksanaan tugas, khususnya pada acara-acara kenegaraan, maupun acara-acara yang sifatnya resmi.
“Para petugas protokol di lapangan ini fungsi utamanya adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan oleh pimpinan dan merupakan koordinator bila timbul permasalahan baru diluar rencana akibat kondisi yang berbeda. Karena itu petugas protokol harus dibekali dengan sifat kepemimpinan yang baik,” tegasnya.
BACA JUGA: Menjadi Guru Tamu di SMKN 3 Jakarta, Wadek 1 FISIP UHAMKA Latih Siswa Kemampuan Management Event dan Public Speaking |
Dalam kesempatan tersebut Nurlina juga berbagi tips menjadi seorang pewara yang baik dan profesional. Mulai dari bagaimana mengumumkan acara, menarik perhatian audiens, mengatasi hambatan, memberikan informasi hingga bagaimana menstimulir/menggugah/menggerakkan khalayak. Selain itu juga bagaimana menggunakan bahasa, memilih kata demi kata, berdandan, menggunakan pakaian dan tips lain yang acapkali tidak terlalu diperhatikan oleh pewara.
“Intinya seorang pewara harus membuka, memandu dan menutup acara,” kata Nurlina.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang pewara adalah menyiapkan mental sebelum tampil, memahami aturan dan fungsi sebagai pewara, memperhatikan tampilan fisik seperti riasan dan pakaian, penguasaan bahasa yang baik, kemampuan membentuk atau menyusun kalimat yang singkat, padat dan menarik.
“Seorang pewara juga harus mampu mengatur volume suara, intonasi suara, pacing dan kontak mata selama bertugas. Ini semua merupakan aspek ekspresif yang harus dimiliki seorang pewara,” tambahnya.
Untuk dapat tampil maksimal, seorang pewara setidaknya harus melakukan dua hal. Pertama harus banyak berlatih, baik di depan teman, di depan keluarga maupun di depan umum. Hitunglah waktu untuk setiap sesi presentasi dan buatlah jadwal.
“Kedua, ingatlah dua menit pertama presentasi sehingga anda dapat melewati waktu dengan mudah apabila suasana menjadi lebih aktif,” tegasnya.
Seorang pewara, lanjut Nurlina, harus mengindari beberapa hal seperti bermain-main atau menarik- narik rambut, meregangkan tubuh, mengorek-ngorek gigi, kuping dan hidung, bermain dengan jari, menggigit kuku, membersihkan/bermain dengan kuku, membunyikan tangan, mengetuk- ngetuk/menggoyang- goyangkan kaki dan lainnya.
Hal penting lainnya, kata Nurlina, seorang pewara mestinya belajar etika kepribadian, agar dapat membangun hubungan dengan siapapun dengan cara meningkatkan komunikasi personal.
Dengan pelatihan public speaking, diharapkan dapat digunakan sebagai modal siswa jika nanti sudah menyelesaikan studinya. Kemampuan public speaking yang baik akan memudahkan komunikasi dengan rekan kerja, masyarakat dan atasan.