JAKARTA, MENARA62.COM — Dewan Pimpinan Pusat Angkatan Muda Satkar Ulama Indonesia (DPP AMSI) mengecam tindakan arogan oknum peneliti BRIN. Sikap arogan itu disertai ancaman pembunuhan terhadap warga Muhammadiyah terkait perbedaan penetapan awal Syawal 1444 H.
Sekretaris Jenderal DPP AMSI Azrizal Nasri, sangat menyayangkan adanya pandangan ekstrim dari peneliti BRIN, terlebih secara terang mengancam melalui media sosial.
“Ini adalah pertama kalinya, sebuah lembaga milik pemerintah bernama BRIN merekrut peneliti yang ternyata cenderung memiliki sifat psikopat,” kata Azrizal Nasri dalam keterangan persnya, Selasa (25/4/2023).
Menurut Azrizal, Muhammadiyah memiliki peran penjaga moral dan penjaga spiritual negara, bahkan sebagai mitra pemerintah dalam sisi lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, sosial, dan sebagainya.
Muhammadiyah yang sudah diakui sejarah, juga menjadi pendiri dan penjaga negeri ini. Walaupun diakui Azrizal, kadang dianggap berbeda posisi dengan sikap pemerintah akibat sikap kritis dan konsistensi keagamaannya, Muhammadiyah tetap berkontribusi untuk Indonesia
Menurut Azrizal, menyoal perbedaan waktu penentuan Ramadhan dan Lebaran, sejak didirikan, Muhammadiyah memiliki ritual tegas soal penentuan awal dan akhir Ramadhan. Sebab penentuan tersebut, jelas mempengaruhi cara beribadah warga Muhammadiyah yang berkemajuan.
“Sebagai negeri yang menggaung-gaungkan prinsip toleransi tinggi, aneh rasanya kemudian jika ada ASN yang bekerja di sebuah lembaga dimana didalamnya bekerja para intelektual dan peneliti nasional bernama BRIN,” kata Azrizal.
“Apalagi, kejadian ini terkait dengan ketaksetujuan perbedaan keyakinan inter-Ummat Islam sendiri, sehingga peristiwa ini sangat memalukan, sekaligus sangat mengkhawatirkan,” sambungnya.
Ancaman
Azrizal menilai, ancaman pembunuhan terhadap warga Muhammadiyah oleh peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin bukan berdiri sendiri, namun diduga keras merupakan hasil dari rangkaian panjang. Mulai dari sikap oknum kepala daerah yang secara intoleran, menolak izin pemakaian lapangan untuk dipakai sholat warga Muhammadiyah hingga pernyataan provokatif Prof Thomas Djamaluddin.
Sebelum muncul ancaman pembunuhan, Thomas Djamaluddin menuduh Muhammadiyah tidak taat kepada pemerintah karena ingin memakai lapangan untuk sholat Idul Fitri pada Jumat (21/4/2023). Adapun pemerintah menetapkan Lebaran pada Sabtu (22/4/2023). Pernyataan Thomas tersebut sangat berbahaya.
“Untuk itu, Sekjend DPP AMSI secara tegas menyatakan tidak ingin membiarkan Muhammadiyah selaku ormas besar di Indonesia, dianggap remeh oknum-oknum ASN di BRIN, karena pernyataan ASN-ASN semacam itu tidaklah pantas dilakukan dan tidak boleh ada sampai kapanpun,” tegasnya.