JAKARTA, MENARA62.COM – Pandemi Covid-19 telah membuat sebagian besar masyarakat takut ke rumah sakit. Padahal untuk kasus-kasus penyakit jantung, risikonya amat besar jika menunda ke rumah sakit.
“Seseorang dengan penyakit kardiovaskuler bukan hanya berisiko lebih parah terkena Covid-19, tetapi juga berisiko dari penyakit kardiovaskulernya itu sendiri akibat takut ke rumah sakit,” kata dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ) yang merupakan pimpinan Siloam Heart Institute (SHI) dr Maizul Anwar SpBTKVpada temu media dalam rangka World Heart Day 2020 dengan tema ‘The New Paradigm of Cardiac Care During Pandemic‘, Senin (28/9/2020).
Ia mencontohkan pada kasus sesak nafas yang dialami pasien. Sebagian masyarakat kini menghubungkan gejala sesak nafas sebagai tanda terkena Covid-19.Akibatnya mereka tidak segera mendatangi rumah dan memilih melakukan upaya pengobatan sendiri.
Padahal kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Siloam Heart Institute Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr Antono Sutandar SpJP-K, gejala sesak nafas antara penderita Covid-19 dengan sesak nafas pada pasien jantung memiliki perbedaan mencolok.
“Kalau penderita Covid-19, sesak nafas disertai gejala lain seperti demam, batuk pilek dan pasien masih bisa beraktivitas. Tetapi pada penderita jantung, begitu gejala sesak nafas datang, pasien tidak bisa beraktivitas karena sesak nafas terjadi pada saluran bagian bawah, terutama paru-paru. Sebab, ketika jantung tidak bekerja cairan akan terkumpul di paru-paru,” jelas dr Antono.
Untuk memberikan ketenangan pada pasien, Siloam Group telah melakukan kebijakan perawatan Covid-19 di dua rumah sakit milik Siloam Group, yaitu RS Siloam Kelapa Dua di Tangerang dan RS Siloam Mampang Prapatan. Kini SHKJ pun mulai menata fasilitas yang ada untuk kegiatan pasien umum dengan menyatakan SHKJ sebagai clean hospitals yang bebas Covid-19.
Program tersebut, lanjut dr Maizul, mewajibkan semua pengunjung rumah sakit melakukan rapid test Covid-19, termasuk pasien mau berobat, atau pendamping pasien. Semua tenaga kesehatan, baik dokter perawat dan tenaga pelayanan juga harus menjalani rapid test. Sedangkan pasien yang mau dirawat atau tindakan operasi harus melakukan swab tenggorokan sebelum dirawat. Sehingga pasien yang dirawat bebas dari Covid-19.
Apabila hasil rapid test dan swab positif, makan pasien harus dirujuk dahulu. Sedangkan pada mereka yang akan menjadi bedah jantung, selain persiapan seperti sebelumnya yaitu perawatan vokal infeksi laboratorium, semua pasien dilakukan rapid tes disaat konsul di poliklinik dan diteruskan swab tenggorokan 4 hari sebelum jadwal operasi.
Tidak hanya itu, dr Maizul menambahkan semua pasien yang mau operasi harus karantina diri di rumah atau di rumah sakit. Satu hari sebelum operasi, dilakukan CT Lung Low Dose untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi virus di paru-paru yang berupa Ground Glass Opacity. Bila hasilnya positif, operasi ditunda dan dilakukan pengobatan Covid-19 terlebih dahulu.