33.5 C
Jakarta

Ied Fitri 1444 H; Ternodai Petasan Melubangi Atap Rumah

Baca Juga:

 

Oleh : Ace Somantri

KARAWANG, MENARA62.COM – Gema takbir di mana-mana, sejak saat setelah Maghrib awal masuk malam hari Ied Fitri. Saling bersahutan satu masjid dengan masjid lainnya. Terlihat penuh bahagia dan gembira anak-anak usia belia, termasuk anakku yang paling kecil tepat usia 7 tahun sangat menunggu akhir Ramadhan dan ditutup hari Fitri atau hari kemenangan. Bahkan, saat menjelang akhir bulan selalu bertanya pada bundanya ” berapa hari lagi shaumnya? ” lantas dijawab “tunggu beberapa hari lagi sabar ya! ” dengan nada memotivasi si kecil agar tetap untuk bertahan shaumnya hingga akhir bulan Ramadhan. Alhamdulillah, anak-anak sejak usia 4 tahun sudah belajar shaum dan batalnya paling beberapa hari, apalagi di usia 5-6 tahun pada tamat penuh satu bulan shaum. Saat ini yang paling kecil pun, walaupun dalam keadaan sakit fisik tetap berusaha shaum sekuat tenaga.

Hari Fitri penuh kemenangan, bagi kami yang merantau saat setiap Ied Fitri menjadi hari penuh bahagia hati, pasalnya suasana mudik sangat berkesan dan selalu rindu sekalipun dicap “orang udik ” bagi kami tidak peduli orang lain bicara apa saja, bagi kami memiliki makna lain tersendiri karena moment iIed Fitri semua keluarga dapat berkumpul lengkap dan memiliki perasaan sama. Saat tiba waktunya, Ied Fitri dihadapkan ada perbedaan hari penentuan 1 Syawal sebagai hari Ied Fitri. Berharap semua umat muslim berfitri sama, namun semua ini terjadi bukan kehendak pribadi dengan emosi tanpa argumentasi. Teks Nash sebagai sumber sama, ternyata dalam implementasi dilalahnya ada yang beda, semoga saling menjaga silaturahmi dan ukhwah Islamiyah dalam bingkai harmoni, agar pada hari Fitri ini tidak tercederai hanya karena berbeda hari Fitri. Inilah uniknya negeri kami, urusan Ied Fitri sering terjadi peristiwa berbeda hari raya Fitri.

Keunikan hari raya Fitri, bukan saja berbeda hari. Di negeri kami, saling silaturahmi dan saling mengunjungi menjadi tradisi dan bahkan seolah menjadi pranata sosial dalam masyarakat Islami. Ada yang lebih unik dan lucu lagi, Ied Fitri realita dan faktanya dipandang sangat istimewa sekalipun syari’at sebenarnya nilai historisnya lebih bermakna Ied Adha karena pada saat Ied Adha kental dengan syarat makna keimanan masa kenabian dua orang pilihan Allah Ta’ala yaitu Ibrahim.as dan Ismail.as, saat sebelum kenabian Muhammad SAW. Sementara, apanya yang lucu saat Ied Fitri menjadi hari kemenangan? Kita dapat menutup mata saat menjelang Ied Fitri umat muslim banyak yang terbebani karena sudah tradisi dan kebiasaan segala kebutuhan sandang dalam bentuk fashion harus baru nan anyar, dan juga dibarengi bermudik ria hingga bermacet-macetan di tengah perjalanan mudik dari kota ke desa namun tetap ceria.

Sebagian besar warga sesaat setelah shalat Ied usai, khususnya warga muslim sekitar bersalam-salaman saling minta maaf sambil mengucapkan minal aidin walfaidzin mohon maaf lahir bathin. Namun menjadi catatan moment yang indah, setelah Maghrib akhir shaum Ramadhan keluarga kami dikejutkan yang mengagetkan cukup menghentak jantung berdetak kencang gegara ada petasan besar meledak di atas rumah orang tua kami. Menurut informasi orang tua dan keluarga kami petasan besar meledak tepat di atas atap depan rumah hingga memecahkan asbes GRC genting. Ibuku kaget tidak kepalang, selain suara dentuman petasan yang memecahkan dan melubangi asbes GRC kurang lebih diameter 11 cm. Pada saat itu juga orang tua kami langsung mendatangi pelaku yang tiada lain tetangga yang memiliki warung, ketika ditegur pelaku justru malah menjawab ” tidak mungkin pecah” sedikit tegang ibuku meminta ayahku membawa pecahan GRC yang terpental ke lantai rumah. Sempat tegang, karena pelaku seperti kurang peduli dengan teguran orang tuaku.

Setelah peristiwa beberapa saat terjadi, sebagai anak laki-laki ketika datang ke rumah mendengar ribut-ribut ada petasan meledak di atas rumah hingga memecahkan dan melubangi genteng GRC, belum kering bibir menegur pelaku ternyata berulah lagi dengan membiarkan anak-anak remaja membakar kembali petasan diarahkan ke atas dekat rumah orang tuaku, akhirnya kita samperin ke lokasi pembakaran petasan, namun sudah pada bubar. Namun, saat ditanya siapa yang membakar petasan kepada pemilik warung tersebut tidak memberikan informasi. Bagi orang tuaku, tindakan pembakaran petasan merusak rumahnya masih belum puas karena seolah-olah memperolok-olokan tegurannya. Tanpa ragu, setelah ada informasi akurat sebagai anak bertanggungjawab untuk menyelesaikan tindakan tercela tersebut, akhirnya diputuskan untuk memanggil pelaku yang berbuat cela, agar dia melihat sebenarnya terpaksa pelaku diminta untuk datang melihat atap rumah yang pecah dan berlubang sekaligus menegur ulang untuk meminta maaf dan bertanggungjawab dan juga untuk tidak mengulangi perbuatan buruk tersebut.

Mohon dengan hormat kepada penegak hukum dan keamanan babinkamtibmas dan babinsa untuk tetap memberantas penjualan petasan yang membahayakan manusia dan lingkungan, karena saat terjadi bukan hanya rumah yang rusak namun juga dampak psikologis pada anak jadi phobia suara keras yang tidak layak didengar usia bayi belia dan sangat memungkinkan merusak pendengaran dan juga kebisingan lingkungan. Menurut kajian hukum pun merupakan tindakan pelanggaran hukum. Apalagi saat ditegur, pelaku mengatakan dan berujar perbuatan tersebut adalah hal biasa dan lumrah, itu merupakan pernyataan sesat dan membahayakan jikalau orang tersebut tidak faham aturan dan tidak merasakan dampak buruk tindakan tercela tersebut di kemudian hari. Peristiwa tersebut terjadi di kampung Cidoro 1, Desa Cigunungsari, Kec. Tegalwaru Kab. Karawang, Provinsi Jawa Barat.

Di hari yang Fitri, seharusnya membuat lingkungan damai, tentram, gembira, bahagia dan khidmat. Justru ini ternodai dengan sikap orang muslim yang tidak mengindahkan sikap dan prilaku mulia, bahkan masyarakat sekira abai akan perbuatan tersebut. Entah tidak berani atau memang dianggap lumrah, wallahu’alam. Namun, saat peristiwa itu terjadi banyak yang menyaksikan secara kasat mata. Hanya sayang ketika ditanya siapa pelaku pura-pura tidak mengetahui, kemungkinan takut memberikan informasi. Silaturahmi dan harmonisasi seharusnya terwujud saat momentum Ied Fitri, ini malah ternodai oleh oknum umat muslim yang tidak merasa bersalah dihadapan orang lain karena perbuatan membakar petasan yang membahayakan katanya ada yang suka dan ada yang tidak suka.

Padahal, saat mengisi Ied Fitri di Masjid Agung Al Ghamar tema yang dijadikan pembahasan khutbah ” Harmoni Pada Momentum Ied Fitri” seruan untuk saling menghormati, menghargai, dan toleransi untuk menjaga kedamaian dan ketentraman ternodai gegara ledakan petasan yang berdesing dengan dentuman keras bak peluru berkaliber besar meledak di atas, saat meledak di atap rumah menempel tepat di genting GRC mampu melubangi atap. Seandainya kena pada tubuh manusia akan membahayakan jiwa dan raga. Semoga peristiwa tersebut menjadi perhatian para pihak yang berwenang. Alhamdulillah, saat kejadian pentalan benda yang pecah cukup keras tidak mengenai tubuh orang-orang yang berada di sekitar dengan berjarak kurang lebih 1.5 meter. Semoga itu bentuk ibroh dan hikmah, apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang muslim terhadap muslim lainnya. Kami dan keluarga berusaha untuk tenang dan menjaga emosi sesaat. Hikmah dan ibroh tersebut, dapat dipetik yaitu kita tidak berbuat sikap tercela dan melakukan pelanggaran hukum. Wallahu’alam.

Bandung, April 2023.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!