Setelah melalui proses dua kali pertemuan, para petani dan pegiat pertanian di Kabupaten Klaten secara aklamasi telah menyepakati terbentuknya Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) Kabupaten Klaten. Acara pertemuan di nDalem Pak Bei Kwaon, Jemawan, Jatinom itu, berlangsung pada Kamis, 19 Mei 2023 dari pukul 20.00 hingga 01.00 dini hari. Pertemuan dihadiri 15 orang. Mereka berasal dari berbagai kecamatan, di antaranya Jatinom, Karanganom, Wonosari, Pedan, Cawas, Ceper, Gantiwarno, Klaten Utara, dan Klaten Selatan.
Dalam sambutan dan pengantar diskusinya, Pak Bei selaku inisiator dan wakil dari Pengurus Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjelaskan, JATAM adalah wadah pengorganisasian petani yang dibangun secara resmi oleh MPM PP Muhammadiyah.
Dijelaskan, JATAM telah dideklarasikan sejak 18 Maret 2018, di markas Gapoktan Gempol, Karanganom, Klaten. Peresmian itu, merupakan satu rangkaian acara Rakornas MPM periode ke-47 di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Deklarasi Jatam itu juga dihadiri utusan MPM PWM seluruh Indonesia.
Namun, belum sempat MPM PP menggerakkan Jatam secara masif ke setiap wilayah dan daerah, negeri kita dilanda Pandemi Covid-19. Pandemi ini telah melumpuhkan hampir seluruh kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan, tak terkecuali kegiatan MPM.
Revitalisasi
Alhamdulillah pandemi telah berlalu, Muhammadiyah pun telah berhasil melaksanakan Muktamar ke-48 di Solo dengan sukses pada November 2022. Pelaksanaan Muktamar itu tertunda selama dua tahun dari jadwal yang telah ditetapkan. Pengurus MPM periode Muktamar ke-48 saat ini, kembali melihat betapa penting melakukan revitalisasi Jatam. Lembaga ini untuk merespon amanat tanfidz Muktamar ke-48 tentang gerakan pembebasan dhuafa dan mustadh’afin, kaum lemah dan dilemahkan.
“Kita tahu, selama ini perserikatan petani hanya di tingkat Kelompok Tani yang terdiri dari 30-40 orang. Lalu, 3-4 Kelompok Tani tergabung dalam satu Gapoktan di tingkat Desa. Perserikatan yang hanya beranggotakan sekitar 200 orang itu, tentu tidak memiliki kekuatan apa-apa menghadapi ganasnya pasar bebas. Itu sebabnya, para petani perlu kita ajak berjamaah dalam skala besar, skala nasional, agar punya posisi tawar yang kuat. Posisi tawar itu, bukan hanya terhadap pabrik benih, pupuk, obat-obatan, dan pelaku pasar, tapi juga terhadap pengambil kebijakan. Jatam inilah wadah terbaik yang MPM tawarkan,” kata Pak Bei dengan semangat.
Setelah memaparkan idenya, banyak tanggapan yang mengemuka atas ajakan Pak Bei. Zubaidi, petani padi organik dan aktivis Komunitas Rice-Mill Klaten menyampaikan, tentang posisi petani yang memang sangat lemah dan dilemahkan. Di on-farm, petani selalu dihadapkan pada masalah kelangkaan pupuk dan hama yang datang silih-berganti.
“Cerita tentang kelangkaan pupuk subsidi, sudah biasa kita dengar sehari-hari. Di off-farm pun lebih ngeri lagi. Harga jual hasil panen selalu dibatasi sehingga petani tidak bisa untung,” kata Zubaidi.
“Para lelaku usaha rice-mill di desa-desa lebih gawat lagi. Saat ini, kita menghadapi ancaman serius munculnya pabrik-pabrik beras skala besar, dengan kapasitas serapan 100 truk alias 1.000 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hari. Cepat atau lambat, usaha-usaha rice-mill skala kecil milik rakyat akan gulung tikar karena tidak kebagian pekerjaan. Jadi, saya setuju sekali bila ada kepedulian dari Muhammadiyah melalui Jatam ini,” lanjut Zubaidi.
Akbar Mahali, pelaku dan penggerak usaha ternak kambing breeding dan susu di Wonosari, mengemukakan, tentang sektor peternakan yang juga sangat memprihatinkan. Peternak unggas, sangat tergantung permainan pabrik-pabrik DOC, pakan, dan obat-obatan. Peternak sapi juga sulit berkembang, karena para pemilik modal lebih memilih impor sapi dari Australia dan New Zealand untuk memenuhi kebutuhan daging di pasaran.
“Belum lagi soal virus PMK dan Lato-Lato yang terbaru. Pemerintah sangat terlambat mengantisipasi,” kata Akbar.
“Kalau mau aman, petani anggota Jatam nanti mending kita ajak beralih ke ternak kambing atau domba. Terserah mau kambing susu atau pedaging. Itu lebih aman. Kebutuhan pasar pun sangat tinggi sehingga harganya relatif bagus,” Akbar menambahkan.
Kabul Subahid, mantan aktivis HKTI Klaten yang sekarang aktif mengembangkan budidaya atsiri di berbagai daerah, menyambut baik bila dibentuk Jatam Klaten. “Dengan kekuatan jaringan organisasi yang rapi dan amal usaha luar biasa banyaknya, Muhammadiyah pasti bisa menolong nasib petani,” kata Kabul optimis.
Yuwono Haris, alumni Teknik Nuklir UGM yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Gantiwarno, menyambut gembira atas undangan yang diterimanya.
“Dulu, saya yang memprovokasi Pak Nusanto dan kawan-kawan, agar melakukan pemuliaan varietas Rojolele. Kita gandeng BATAN untuk itu. Dengan teknologi nuklir, varietas khas Klaten ini bisa kita perpendek usia tanamnya, dari 520 hari menjadi 108 hari, dengan rasa dan wanginya tetap sama,” Haris mengenang sejarah 10 tahun lalu.
“Jadi, saya sangat mendukung bila Muhammadiyah, persyarikatan yang usianya lebih tua dari Indonesia, sebagai organisasi yang kaya SDM dan amal usaha ini, mengajak para petani untuk bersama-sama berjamaah di Jatam dan berjuang mencapai kesejahteraan bersama,” ujar Haris.
Penanggap yang lain menyampaikan hal yang kurang-lebih sama. Semua mendukung gerakan berjamaah melalui Jatam. Giliran terakhir Nusanto Herlambang, peneliti pemuliaan varietas Rojolele dari Gempol Karanganom, yang sejak 2018 telah bekerjasama dengan Lazismu Pusat, MEK PDM Klaten, dan MPM PP dalam program Tani Bangkit, mengingatkan bahwa bekerjasama di Muhammadiyah ini sangat menyenangkan.
“Anggota Kelompok Tani kami heterogen. Banyak anggota kami yang warga Muhammadiyah, tapi juga ada yang NU, ada LDII, ada MTA, bahkan ada Nasrani, dan ada juga yang masih abangan. Tidak masalah,” kata Nusanto.
“Semua kita layani dengan sama baiknya. Tidak kita beda-bedakan. Islam dan Muhammadiyah itu rahmatan-lil’alamin, menjadi rahmat untuk semua orang, untuk seluruh alam,” ujar Nusanto seperti sedang tausiah.
Sebelum mengakhiri pertemuan, Pak Bei membacakan naskah Piagam Pembentukan Jatam Klaten.
“Ini dokumen penting dan bersejarah,” kata Wahyudi setelah membacakan naskah. Lalu, semua yang hadir diminta membubuhkan tanda tangan dan nama terang, satu persatu.
“Tugas kita selanjutnya mengabarkan dan mengajak teman-teman petani di Klaten, untuk bergabung di Jatam. Teman-Teman siap?,” tanya Wahyudi.
“Siapp….,” jawab hadirin kompak.
Acara pun ditutup secara resmi tepat pukul 00.00 WIB. Dan seperti biasa, usai acara ditutup masih dilanjutkan ngobrol santai ngalor-ngidul sambil menikmati kopi dan klethikan hingga pukul 01.00 WIB.
#serialpakbei
#mpmppmuhammadiyah
#telahlahirjatamklaten