32.9 C
Jakarta

KADANG, KEJUJURAN ITU MELUKAI

Baca Juga:

Bonni Febrian
Bonni Febrianhttp://menara62.com
Belajar istiqomah dan lebih bermanfaat

oleh :
Machnun Uzni
Founder Sahabat Misykat Indonesia

Dua kisah inspiratif. Abu Thalhah pulang dari perantauan. Ummu Sulaim (istrinya) tidak langsung mengabarkan bahwa puteranya meninggal karena sang suami sedang kelelahan dan akan guncang mendengarnya.
Ia hanya mengatakan “Anakmu sedang tenang”

Maka perempuan itu menyiapkan hidangan yang paling disukai suaminya, berhias paling cantik, lalu melayani suaminya dalam kegembiraan hingga Abu Thalhah beristirahat dengan cukup. Barulah setelah itu ia katakan yang sesungguhnya terjadi pada puteranya.

Nabi Ibrahim mengajak Hajar untuk pergi bersama, membawa Ismail yang masih merah ditengah padang pasir. Sebuah perjalanan panjang penuh perjuangan dan mi im perbekalan.

Tak ada pembicaraan mengenai alasan dan tujuan keberangkatan. Hanya sikap tenang seolah semuanya akan baik-baik saja. Ibrahim mendapat perintah Allah untuk kembali. Ketika harus meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat asing yang sepi, ia tercekat untuk menyampaikan alasan itu. Berkali-kali Hajar bertanya tak dijawab, hingga sampailah pada pertanyaan terakhir,

“Allahu amaraka bihadza (Apakah Allah memerintahkanmu semua ini) ?”

Barulah dijawab “Ya” dan tak ada jawaban selain itu lagi kecuali doa-doa di kejauhan dan ketaatan yang menjadi bagian sikap pribadi Hajar.

Itu sebagian dari inti merawat cinta. Menjadi bagian dari rahasia harmonisnya Ummu Sulaim dan Abu Thalhah, atau lekatnya Nabi Ibrahim dan Hajar.

Jangan buru-buru merasa didustai jika suatu saat pasangan mengatakan sesuatu yang tidak persis seperti faktanya. Jangan dulu berprasangka buruk ketika dia menceritakan sesuatu yang nggak persis seperti peristiwanya, atau tak langsung menyampaikan semuanya seketika itu. Dia hanya bermaksud menjaga hatimu dari rasa sakit yang belum waktunya.

Setiap orang berada dalam kondisi yang tak sama, tak selalu stabil, dan oleh karenanya tidak selalu siap menerima kabar pahit. Termasuk diri kita. Betul. keterusterangan adalah bagian dari kejujuran, tetapi cara dan waktu penyampaian yang salah dapat menjadi petaka. Kejujuran itu, di saat tertentu, dapat melukai.

Berterusteranglah kepada pasangan, jika memang harus berterus terang. Tapi pikirkan caranya agar sepahit apapun yang akan ia dengar tidak menjurus pada guncangnya ikatan.


Ramadan mengajarkan kepada kita menahan sesuatu yang halal. Tahan, makanan yang enak, halal dan tersedia di depan meja pun tak berani kita menyentuhnya disaat adzan maghrib belum berkumandang. Tahan, lisan yang siap memberondong dengan kata dan kalimat yang sia-sia apalagi dibungkus kebohongan jangan keluar dari mulut kita karena akan mengurangi kesempurnaan pahala puasa.

Demikian pula, kitapun harus belajar menahan diri dan kata dengan menempatkan kejujuran pada waktu dan situasi yang tepat untuk mengutarakannya. Agar tidak ada yang terluka dan yang pahit hanya sebentar lewat saja.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!