oleh Ashari, SIP*
Pandemi Covid-19 yang berjalan hampir 2 tahun ini, telah mengubah pola pikir, perilaku dan tata kelola di hampir semua lini kehidupan. Termasuk dalam manajemen pendidikan. Di dalamnya adalah kegiatan belajar mengajar (KBM). Muncul istilah daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan). Daring diberlakukan ketika kondisi tidak memungkinkan peserta didik (PD) tatap muka langsung dengan guru di sekolah. Maka PD yang masih dalam jaringan internet – menggunakan skenario ini. KBM menggunakan teknologi dan jaringan internet. Syarat minimal guru-siswa memiliki HP atau laptop, kuota dan jaringan lancar. Sementara untuk luring dilakukan jika kondusif. Ditandai situasi penyebaran covid landai, aman bahkan zero pemaparan.
KBM daring oleh pemerintah melalui Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dinilai sebagai salah satu (satu-satunya) cara agar transfer knowladge dan tugas guru lainnya, sebagaimana diatur dalam UU Guru dan Dosen No.14/2005 ini – tidak mandeg. Stagnan. Dengan terus dilakukan evaluasi persuasif dan masif. Itulah makanya Mas Menteri Nadiem Makarim, terus melanjutkan pemberian bantuan kuota internet. Dana yang digelontorkan tidak tanggung-tanggung, Rp2,3 triliun. Diperuntukkan bagi 26, 8 juta siswa, mahasiswa dan tenaga pendidik (guru dan dosen) pada bulan September hingga November 2021 saja. Kuota bantuan internet berlaku selama 30 hari sejak diterima. Kita bisa mendapatkan informasi, inspirasi dan insight ini di email kita masing-masing.
KBM agar tidak garing:
Di tingkat bawah pelaksanaan KBM daring, ternyata masih ada kendala-kendala kecil yang coba bersama kita urai. Agar niat baik pemerintah dengan memberikan kuota yang menghabiskan dana ber-triliun ini tidak sia-sia. Salah satunya adalah dengan terus meningkatkan efektifitas dan efisiensi KBM daring agar tidak terasa “garing”. Atau kurang mengena sasaran. Input tidak balance dengan output yang diharapkan.
Harus kita akui pelaksaan daring ini mempunyai beberapa kelemahan. Diantaranya, pertama : karena tidak bisa tatap muka, maka guru atau pendidik tidak bisa mengontrol secara langsung tugas atau pekerjaan yang diberikan. Sehingga tidak jarang materi, value atau tugas yang kita berikan tidak sampai. Atau kalaupun toh sampai, dicuekin. Diabaikan. Kedua, kendala jaringan di daerah pelosok sering tidak terhindarkan. Ini yang menyebabkan komunikasi putus-sambung. Akibat jaringan naik turun. Apalagi ini sifatnya nasional, 34 propinsi. Sebagai studi komparasi di DIY saja yang dikenal sebagai ikon atau baromaternya pendidikan di Indonesia , masih ada kendala jaringan secara masif untuk daerah-daerah pinggiran.
Namun, upaya pemerintah melalui kementrian pendidikan, budaya, ristek dan teknologi dengan pemberian kuota yang berjenjang nilainya ini, kita apresiasi. Melalui tulisan pendek ini lebih menukik pada upaya membangun suasana KBM layaknya di kelas, sehingga PD lebih nyaman dan betah di “kelas daring”. Sehingga dengan demikian tujuan awal pembelajaran dapat tercapai.
Pertama, menggabungkan teknologi. Dalam KBM daring kita lebih familiar dengan menggunakan beberapa akun atau link, misal banyak kita menggunakan link GCR (Google Class Room), atau GM (Google Meet)atau jika kesulitan dengan link WA (Whats-app). Semuanya mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
GCR misalnya, link ini menurut saya memang mempunyai kelebihan diatas rata-rata. Karena kita bisa presensi kepada PD, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi. Saat penyampaian materi bahkan kita dapat menayangkan rekaman kita saat mengajar beberapa menit awal. Jika masih kurang jelas, bisa ditambahkan dengan membuah link lewat tambahan tautan youtube, tambahkan google drive, upload file, tambah link, atau add item lain. Begitu masuk di GCR ini kita bisa dengan variasi memberikan materi ke PD. Tidak sekedar mencatat dan pertanyaan yang sifatnya standar. Flat.
Namun lebih dari itu kita bisa bermain kuis lewat pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan. Karena ada folder kuis, materi, topik,kembali ke posting dan semacamnya. Hingga penilaian (evaluasi) bisa kita lakukan di GCR ini. Untuk lebih simpel, biasanya kita sebut dengan GC saja.
Sedangkan untuk GM, kita bisa sambung dengan PD lewat tatap layar. Bisa lihat siswanya sudah mandi atau belum, sudah mengenakan seragam atau tidak. Namun memang boros di kuota. Kelebihannya guru bisa menegur langsung ketika tugas belum dikerjakan atau PD tidak fokus saat pembelajaran. Sementara untuk WA, lebih ringan di kuota. Guru bisa komunikasi dengan PD, meski tidak tatap muka. Materi yang disampaikan dikirim dan diterima melalui chat-WA tersebut dalam satu link yang sama.
Dus, berangkat dari pemahaman demikian, saya mengusulkan KBM daring ini dapat digabungkan tekniknya melalui link : GCR dan WA atau GM dan WA. Kelebihannya dengan penggabungan ini, suasana KBM seperti di kelas. Diskripsinya demikian : Misal Grup WA kelas VII A – Senin. Guru piket masuk di link WA mengingatkan kepada PD dan Guru yang mengajar pertama, agar segera prepare, karena KBM daring segera dimulai. Jam 06.50 masuk taddarus – dipandu oleh guru jam 1. Jam 07.00 – 08.30 mapel PPKn masuk kelas, melalui WA dulu yang bersangkutan melakukan presensi atau GCR presensi, namun nanti di tengah atau akhir pelajaran – beberapa siswa yang tidak gabung (joint) dishare di gruop WA.
Dengan demikian guru piket, wali kelas, BK dapat memantau siswa yang tidak masuk hari itu. Sebagai input dalam seminggu untuk evaluasi, berapa prosentase anak yang bisa mengikuti dan anak yang tidak. Presensi bisa dua kali di awal dan akhir. Mengapa? Karena biasanya PD masuk diawal saja, nanti mereka akan “menghilang” ditengah atau akhir, jika tidak terpantau. Begitu seterusnya. Guru piket harian mempunyai peran, pegang kendali untuk mengatur ritme KBM daring selama satu hari. Misal mengingatkan guru yang belum segera masuk di “kelas”. Meskipun guru ybs di rumah. Guru piket bisa WA ke ybs, kalau jam-nya mengajar sudah tiba. Syukur 5-10 menit sudah siap sebelumnya. Begitu hingga akhir jam pelajaran, PD dan guru masih dalam satu frame KBM. Boleh-lah keluar-keluar sebentar, artinya tidak selalu didepan laptop, komputer atau HP, untuk refresh, namun tidak boleh terlalu lama. Karena nanti juga ada jam istirahat. Biasanya 30 menit.
Peran Kepala Sekolah:
Kedua, Kepala Sekolah sebagai manajer di sekolah mempunyai peran strategis dalam mengontrol dan memanej KBM daring. Meski dalam keseharian diserahkan kepada Waka kurikulum, namun sebagai KS tidak boleh lepas tangan. Sesekali tanyakan apa kendala di lapangan dengan KBM daring ini. Toh, KS juga masuk dalam grup kelas WA, GCR dan GM tersebut. Sehingga sesungguhnya juga mengetahui bagaimana dinamisasi KBM itu berjalan. Tahu berapa anak yang interaksi dinamis atau hanya angin-anginan saja. Hanya karena rata-rata KS tidak mengajar, memang bisa dipahami kurang intens merasakannya. Disamping tugas KS yang banyak, tugas manajerial.
Disamping koordinasi dengan Waka kurikulum, tidak keliru jika KS bertanya langsung guru mapel, wali siswa, bahkan siswa sekalipun mengenai keberlangsungan KBM daring ini. Karena sejati-nya ruh pendidikan ada di proses KBM ini. Tujuan akhir adalah untuk membentuk karakter dan kepribadian yang mulia.
Epilog
Karena belum tahu sampai kapan KBM daring ini akan berlangsung. Namun paling tidak, minimal untuk semester gasal 2021/2022 ini penerapannya dilakukan. Maka sudah saatnya, kita sebagai guru yang berada di garda depan dalam ikut serta mencerdaskan anak bangsa, memberikan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar siswa dengan kuota internet yang diberikan oleh pemerintah itu, betah di “kelas daring”. Ruh pembelajaran tetap terjaga rapi. Kuncinya ada pada metode KBM yang menyenangkan dan kerjasama antar steakholder yang ada. (sekian) *
Penulis : Mantan KS, Mengajar daring PPKn di SMP Muhammadiyah Turi dan Muh 1 Sleman DIY.