JAKARTA, MENARA62.COM – Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pada momen peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggaungkan kembali konsep tripusat pendidikan.
Tripusat pendidikan adalah upaya memberdayakan sinergitas lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Istilah ini dipopulerkan oleh Bapak Pendidikan Nasional, yaitu Ki Hajar Dewantara. Istilah ini menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan, baik di keluarga, sekolah, dan masyarakat.
“Pada momen peringatan Hardiknas mari kita tekankan kembali pentingnya melaksanakan konsep tripusat pendidikan seperti yang diajarkan Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara,” kata Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud Purwadi Sutanto saat membuka resmi Gebyar Hardiknas tingkat DKI Jakarta yang digelar di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bahasa, Kamis (25/4/2019).
Menurut Purwadi, mengggaungkan kembali akan pentingnya tripusat pendidikan menjadi penting pada situasi seperti sekarang ini. Dimana banyak orangtua yang sedikit abai terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka cenderung menyerahkan proses pendidikan seluruhnya kepada sekolah. Padahal anak hanya berada di sekolah rata-rata 8 jam per hari.
“Keluarga menjadi titik penting dari proses pendidikan itu sendiri. Kalau anak dididik di keluarga dengan baik maka ia masuk sekolah akan menjadi baik. Lalu keluar ke tengah masyarakat juga menjadi baik, melakukan hal-hal yang baik,” kata Purwadi.
Tetapi sebaliknya jika anak dididik kurang baik di rumah, maka anak cenderung bermasalah di sekolah, lalu bergaul di tengah masyarakat pun menimbulkan masalah lagi. Banyak contoh yang terjadi di tengah masyarakat atau di sekolah bagaimana anak melakukan hal-hal yang melanggar aturan karena memang dari rumah tidak dibekali pendidikan yang baik.
“Sekolah sifatnya membantu, menyempurnakan, bukan menjadi pendidik utama. Jadi orangtua tetap harus mengontrol pendidikan anak, perilaku anak,” lanjut Purwadi.
Ia melihat gejala bagaimana orangtua abai terhadap pendidikan anak, tidak hanya pada kelompok masyarakat kurang mampu atau masyarakat berpendidikan rendah. Pada keluarga kaya, orangtua dengan tingkat pendidikan yang baik juga menemukan hal yang sama. Kesibukan bekerja telah membuat orangtua lupa tugas mendidik anak.
Karena itu pada momen Hardiknas 2019, Purwadi mengajak orangtua untuk mulai memperhatikan pendidikan anak-anaknya, terutama di rumah. Penanaman kebiasaan baik, karakter baik dimulai dari rumah melalui peran orangtua.
Senada juga dikatakan Kepala PPPPTK Bahasa Luizah F Saidi. Dalam momen gebyar peringatan Hardiknas tahun ini, pihaknya berupaya membangkitkan kembali semangat Ki Hajar Dewantara melalui konsep tripusat pendidikan.
“Pendidikan adalah kebutuhan mutlak untuk mencapai cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Dan untuk membuat pendidikan maju, maka dibutuhkan peran bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat,” katanya.
Sebagai bentuk menggaungkan kembali konsep tripusat pendidikan, pada peringatan Hardiknas 2019, pihaknya melibatkan sekolah, orangtua dan masyarakat.
“Kita bekerjasama dengan 8 Unit Pelaksana Tehnis dan sekolah untuk ambil peran dalam kegiatan ini. Juga masyarakat sekitar dengan menampilkan karya-karya yang kita pamerkan pada bazaar Hardiknas,” katanya.
Selain itu pihaknya juga menggelar seminar pendidikan dengan tema Strategi Menyiapkan Guru Bahasa dan Tenaga Kependidikan Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0 Mewujudkan Generasi Emas 2045, lomba mewarnai, lomba menggambar, lomba baca puisi, pameran dari mitra bahasa asing, paduan suara, dan panggung seni yang menampilkan kreativitas siswa dari berbagai sekolah.