JAKARTA, MENARA62.COM – Seiring dengan peningkatan usia, akan terjadi proses penuaan (aging). Salah satu proses aging normal pada wanita akan bermanifestasi menjadi fase menopause. Menopause merupakan tahap akhir proses biologis pada wanita, di mana menstruasi telah berhenti selama 1 tahun dan kemampuan reproduksi telah berakhir. Seiring dengan menopause, maka tingkat produksi hormone estrogen pada tubuh seorang wanita juga menurun.
Menurut dr. Anggara Mahardika, Sp.OG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Klinik Hayandra, semua wanita akan mengalami fase menopause. Fase ini diawali dengan beberapa gejala seperti mudah lupa, mudah lelah, keriput, frigiditas (ketidakmampuan seorang perempuan untuk mencapai orgasme dalam hubungan seksual), dan vagina kering.
“Gejala menopause terdiri dari 3 bagian, yaitu gejala somatik seperti nyeri sendi, vagina kering, dyspareunia atau nyeri berhubungan intim, lalu gejala vasomotor seperti keringat malam dan hot flashes, serta gejala psikis seperti insomnia dan mood swing,” jelas dr Anggara, pada webinar awam yang berjudul “Menjaga Kesehatan dan Fungsi Seksual Wanita di Masa Menopause secara Komprehensif”, sekaligus peluncuran “Center Menopause” dari Klinik Hayandra, Jakarta, Ahad (18/10/2020).
Webinar yang menghadirkan sejumlah narasumber tersebut digelar dalam rangka Hari Menopouse Dunia yang jatuh setiap tanggal 18 Oktober.
Untuk penatalaksanaan keluhan-keluhan tersebut, lanjut dr Anggara, dapat berupa terapi non hormonal seperti pengaturan pola makan, asupan suplemen, serta dapat berupa pemberian terapi hormon.
Ia mengingatkan bahwa meskipun pemberian terapi hormon memiliki keuntungan menekan gejala menopause serta mengurangi resiko osteoporosis, namun terdapat pula peningkatan resiko terjadinya kanker rahim dan kanker usus besar. Sehingga pemeriksaan yang komprehensif dalam suatu center menopause akan sangat menolong para wanita usia menopause untuk mendapatkan terapi yang terbaik.
Menurut Apoteker Nina Indarwaty, S.Farm ada 2 jenis terapi yang bisa dilakukan untuk wanita yang mengalami menopause ini. Terapi pertama berupa non farmakologi seperti mengonsumsi omega3, kalsium dan vitamin D3 termasuk mencermati kegunaan nutraceutical atau terapi herbal. Lalu terapi yang kedua berupa farmakologi yang meliputi hormone replacement therapy (HTI) yang dianggap sangat efektif dalam mengurangi gejala menopause.
”Kekurangan vitamin D pada wanita menopause dapat memperburuk kondisi osteoporosis, serta menurunnya sistim pertahanan tubuh sehingga meningkatkan resiko penyakit kanker,” jelasnya.
Menurut literatur, pemberian rutin vitamin D3 dosis 2000-4800 IU/hari dapat memperbaiki defisiensi vitamin D & mempertahankan kadar normal D3 dalam darah.
Laser dan Cell Therapy
Untuk memperbaiki tampilan dan fungsi seksual wanita menopause, Dr. Fernandi Moegni, Sp.OG(K), dokter spesialis Obstetri Ginekologi konsultan Uroginekologi Rekonstruksi Klinik Hayandra dan Klinik Moegni menjelaskan, gangguan berkemih yang paling umum terjadi pada kaum menopause adalah kencing berulang yang disebabkan kekurangan hormon estrogen, serta kencing bocor saat batuk, bersin dan beraktivitas akibat dari kelemahan struktur jaringan dinding vagina. Teknologi kesehatan terkini untuk mengatasinya dapat dilakukan melalui terapi Laser Vagina yang dikombinasi dengan activated PRP (Platelet-Rich Plasma) yang diproses secara khusus, yang sangat membantu pertumbuhan serta penguatan struktur jaringan dinding vagina, maupun penanganan dryness dan gatal pada vaginal atrophy (penipisan dinding vagina) pada kondisi kurang hormon.
Sedang untuk keluhan kencing bocor dengan gejala berat dapat dilakukan terapi pemasangan pita melalui vagina yang berbasis one day care tanpa rawat inap. “Teknik non invasive dan mutakhir semacam ini membuat pasien nyaman beraktivitas seperti biasa pasca terapi,” tutur dr. Fernandi
Sementara itu Dr. dr. Karina, SpBPRE, doktor bidang ilmu biomedik, spesialis bedah plastik, CEO Klinik Hayandra serta staf pengajar FK UPN Veteran Jakarta menjelaskan berbagai literatur telah menunjukkan bahwa terapi sel mutakhir seperti stem cell, stromal vascular fraction (SVF), platelet-rich plasma (PRP) maupun immune cell therapy (ICT), kesemuanya berperan penting bagi wanita usia menopause, bahkan dapat menurunkan resiko osteoporosis serta berbagai penyakit degenerative.
Sedangkan menurut Dr. dr. Karina, SpBP-RE, untuk mencegah gejala menjelang dan sesudah menopause agar tetap sehat, aktif dan menrik di usia lanjut dapat menggunakan terapi seperti terapi stem cell, SVF, dan immune cell therapy (semua terapi ini mengandung sel hidup di diri sendiri). dr. Karina juga mengakui bahwa terapi sel tercocok dan teraman adalah dari diri sendiri dan terapi ini dapat digunakan secara luas dalam bidang kesehatan dan estetik serta mengatasi masalah pada wanita usia menopause.
“Tak hanya itu, teknologi minimal invasive seperti laser dan fat graft atau transfer lemak yang dipadukan dengan cell therapy, baik ke wajah, tangan yang mulai keriput dan bahkan ke area intim wanita, ternyata tidak hanya memperbaiki penampilan tapi juga memperbaiki kontur kulit dan elastisitas jaringan. Mengapa? Karena stem cell yang terbawa di lemak tersebut akan bekerja memperbaiki jaringan tempat lemak ditanamkan,” jelas Dr. Karina.
Menyadari akan pentingnya layanan komprehensif bagi wanita usia menopause, Klinik Hayandra meluncurkan “Center Menopause” dengan layanan berteknologi canggih seperti cell therapy, deteksi dini kanker melalui pemeriksaan DNA, pemeriksaan hormon, laser rejuvenasi dan rekonstruksi area intim, endometrial sampling biopsy, USG 4 dimensi untuk mendeteksi kelemahan otot dasar panggul serta layanan estetik.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2000, total populasi wanita yang mengalami menopause di seluruh dunia mencapai 645 juta orang, tahun 2010 mencapai 894 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 1,2 miliar orang.