JAKARTA, MENARA62.COM-Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari mengatakan, muhammadiyah terus mengembangkan diri dalam berbagai hal. Termasuk, pengembangan modernisasi manajemen zakat sudah dimulai oleh KH Ahmad Dahlan di awal-awal pendirian Muhammadiyah.
Hajriyanto menceritakan, bermula ketika KH Ahmad Dahlan bersama santri-santrinya mendirikan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) yang merupakan salah satu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang paling konkrit pada masa itu.
“Hajatnya pendirian PKO adalah menolong orang-orang yang mengalami kesengsaraan tanpa membedakan latar belakang suku, agama, dan bangsa,” ungkap Hajriyanto, Kamis malam (12/1) dalam acara Talkshow Zakat Outlook 2017 dan Launching Majalah Matahati Program Unggulan 2017 bertempat di Hotel Aryaduta Jakarta.
Untuk pendirian sekolah-sekolah, lembaga-lembaga pendidikan, dan panti asuhan oleh KH Ahmad Dahlan pada masa itu, pendanaannya telah menggunakan zakat infaq dan shadaqah (ZIS) yang dikelola secara modern.
“Dulu umat islam Indonesia masih sangat tradisional, KH Dahlan yang pertama kalinya merintis ZIS untuk mendanai AUM-AUM di awal berdirinya Muhammadiyah,” terang Hajriyanto.
Gerakan Muhammadiyah menurut Hajriyanto benar-benar merupakan gerakan filantropis yang sangat besar, hal inilah yang harus dipelihara dan dilestarikan oleh kader-kader Muhammadiyah.
Selain itu, Hajriyanto juga mengatakan bahwa tulang punggung dari gerakan filantropisme Muhammadiyah berada pada Lazismu, bersama-sama dengan MDMC dan MPM. “Ketiganya telah membangun trisula baru gerakan Muhammadiyah, yang dulunya hanya fokus pada bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial,” ujarnya.
Hajriyanto berharap, Lazismu kedepannya akan tetap menjadi motor dan sumber pendanaan dari gerakan-gerakan Muhammadiyah. “Diharapkan di tahun 2017 akan terjadi peningkatan dalam hal pengelolaan ZIS dan juga tercapainya program-program yang telah dirancang,” tutupnya.
—muhammadiyah.or.id–
