BOGOR, MENARA62.COM– Arah kiblat sebagian besar masjid di Indonesia tidak tepat menghadap kakbah. Rata-rata kiblat masjid melenceng antara 1 derajat hingga 6 derajat dari titik kiblat sesungguhnya.
Hal tersebut terungkap dalam temu media Geoid, Bumi Datar atau Bumi Bulat?, yang digelar Badan Informasi Geospasial (BIG), Selasa (20/02).
Hadir sebagai pembicara lainnya adalah Dr. Moedji Raharto, Dosen Prodi Astronomi ITB dan DrAntonius Bambang Wijanarto, Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika BIG.
Dr. Heri Andreas, S.T., M.T., Dosen Program Studi Geodesi dan Geomatika Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan penelitian yang dilakukan dalam lima tahun terakhir ini terhadap puluhan masjid kecil dan 10 masjid besar di Pulau Jawa dan Sumatera, baru mendapati satu masjid yang mendekati titik koordinat kiblat yang benar. Yakni masjid At Tin di TMII, Jakarta Timur.
“Melencengnya arah kiblat masjid ini berkisar antara 1 derajat hingga 6 derajat,” kata Heri.
Bahkan masjid-masjid di kota Bandung diakui Heri melenceng hingga 6 derajat. Termasuk masjid megah Al Irsyad di Parahyangan, Bandung. Akibatnya kiblat masjid di kota Bandung rata-rata mengarah ke kota Tanzania di Afrika.
Sedang untuk masjid Istiqlal di Jakarta diketahui melenceng 2,5 derajat. Sehingga jika ditarik garis lurus, titik kiblatnya jatuh beberapa puluh kilometer diselatan Kota Mekkah.
Menurut Heri, derajat kesalahan arah kiblat memang sekilas hanya angka 1 hingga 6. Tetapi angka tersebut menghasilkan jarak yang cukup jauh jika ditarik garis lurus hingga kota Mekkah.
Untuk 1 derajat, melencengnya bisa puluhan kilometer, dua derajat ratusan kilometer dan sebagainya.
Banyaknya masjid yang salah mengambil titik kiblat ini lanjut Heri bisa dimaklumi. Mengingat teknologi saat itu yang digunakan adalah kompas dan arah bintang.
Tetapi saat ini, sudah ada teknologi GPS dari satelit. Sehingga titik kiblat masjid di Indonesia semestinya sudah bisa mulai dikoreksi.
“Pernah beberapa tahun lalu heboh, karena ada masjid yang dibangun dengan kiblat ke barat. Lalu dikoreksi ke barat laut. Dua-duanya tidak tepat. Yang tepat adalah di antara barat laut dengan barat,” lanjut Heri.
Heri mengaku telah menyampaikan persoalan tersebut ke Kementerian Agama, maupun instansi terkait lainnya. Tetapi untuk mengubah dan menentukan kiblat menggunakan teknologi GPS dari satelit ini membutuhkan dana yang tidak sedikit.