JAKARTA, MENARA62.COM — Komitmen Muhammadiyah dan NU ta’awun untuk negeri. Komitmen itu muncul ketika Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima kunjungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan, Muhammadiyah ingin membangun ta’awun atau kerjasama yang lebih aktif lagi dengan berbagai komponen bangsa, termasuk Nahdlatul Ulama (NU)
“Karena ini adalah organisasi Islam yang tua dan ikut mendirikan bangsa, kami ingin hadir sebagai ummatan wasathan, umat tengahan yang tetap berkemajuan membangun keadaban. Semangat kita adalah maju bersama dan berbagi,” ujar Haedar di tengah konferensi pers bersama dengan PBNU di gedung PP Muhammadiyah Jakarta, Menteng Jakarta Pusat pada Rabu (31/10/2018) malam, seperti dilansir situs muhammadiyah.or.id.
Pertemuan ini merupakan kunjungan balasan PP Muhammadiyah yang mendatangi kantor PBNU pada 24 Maret 2018 silam. Rombongan PBNU dipimpin Ketua Umum Said Aqil Siradj mengunjungi PP Muhammadiyah.
“Ini semua tentang persaudaraan, kekeluargaan dan keakraban. Bahkan tadi kami menghadirkan dua hidangan Nasi Liwet Solo yang berkemajuan dan Nasi Kebuli Arab yang dinusantarakan,” celetuk Haedar Nashir disambut tawa oleh Ketua PBNU Said Aqil Siradj.
Di tengah suasana tahun politik yang tidak ideal, Haedar menyatakan. pentingnya mengutamakan kebersamaan.
“Apalagi untuk ta’awun, Muhammadiyah dan NU memiliki usaha spesifik. NU punya pesantren, Muhammadiyah punya pendidikan umum. Sekarang sudah sama-sama bergerak. Muhammadiyah punya pesantren dan NU punya pendidikan umum, NU dan Muhammadiyah adalah organisasi besar yang segala gerak-geriknya akan menjadi rujukan. Kami percaya semua organisasi di Indonesia punya perhatian untuk membangun negara yang damai, kendati bukan berarti tanpa masalah,” ujar Haedar.
Menanggapi Haedar, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menekankan pentingnya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menjaga kepribadian umat Islam Indonesia yang dikenal ramah, pemaaf, toleran, terbiasa dengan perbedaan dan menjaga persaudaraan.
“Dari dulu NU dan Muhammadiyah menjaga karakter ini. NU dan Muhammadiyah berkewajiban mengawal ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah meski tidak ada yang meminta,” ujar Said Aqil.